- Pemerintah diminta untuk melakukan pengawasan secara ketat terkait program MBG menyusul maraknya kasus keracunan massal di daerah.
- Masyarakat terutama anak-anak harus mendapatkan jaminan pangan yang sehat dan aman
- Rajiv pun berharap kasus keracunan massal di Cipongkor tidak lagi terjadi di daerah-daerah lain.
Suara.com - Maraknya kasus keracunan massal siswa diduga menu program makan bergizi gratis (MBG) dianggap bukan kasus biasa. Pemerintah pun diminta untuk memperketat lagi pengawasan program MBG imbas kasus anak-anak yang mengalami keracunan.
Pernyataan itu disampaikan oleh Anggota Komisi IV DPR RI Rajiv saat menjenguk korban keracunan MBG di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat.
Menurutnya, masyarakat terutama anak-anak harus mendapatkan jaminan pangan yang sehat dan aman.
"Keamanan pangan harus menjadi prioritas, karena ini menyangkut hak dasar setiap manusia," ujarnya ditulis pada Sabtu (27/9/2025).
Legislator Partai NasDem itu pun menyebut kasus keracunan MBG tersebut tidak boleh dianggap sebagai insiden biasa, tetapi harus menjadi peringatan serius atau alarm bahwa sistem keamanan pangan masih rapuh. Sebab, kata dia, kasus keracunan massal program MBG seperti ini bukan pertama kali terjadi di Indonesia.
Dengan demikian, Rajiv berharap pemerintah dan pemangku kepentingan harus lebih serius lagi memperketat pengawasan mulai dari bahan baku, proses produksi, hingga distribusi.
"Jangan menunggu ada korban baru kemudian bergerak. Saya ingin memastikan bahwa negara tidak menutup mata atas penderitaan warga," tuturnya.
Ia menekankan swasembada tidak berguna jika hanya terus digaungkan, sementara makanan yang beredar justru membuat masyarakat sakit.
Rajiv mengatakan kedaulatan pangan bukan hanya soal ketersediaan, melainkan juga soal keamanan, sehingga menjadi besar yang harus segera dibereskan.
Baca Juga: 'Saya Penjaga Rumah', Cerita Ahmad Sahroni Nyamar ART saat 'Diamuk' Massa Penjarah!
Berdasarkan laporan dari otoritas kesehatan setempat, korban keracunan MBG sekitar 1.000 orang dari Senin (23/9).
Rajiv mengaku turut prihatin atas kejadian tersebut dan ingin memastikan negara tidak menutup mata atas penderitaan warga, khususnya di Kabupaten Bandung Barat.
Dalam kunjungannya, dia pun mendengarkan cerita dari para orang tua maupun korban keracunan MBG, yang mengalami gejala pusing, sakit perut, mual dan sesak nafas usai mengonsumsi MBG di sekolahnya.
Namun, ia mengaku heran lantaran berdasarkan cerita warga saat mereka sudah diobati kemudian pulang ke rumah, gejala tersebut bisa kambuh kembali.
"Jadi, mereka sudah diobati di Posko Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan MGB, dibolehkan pulang. Begitu sampai di rumah, mereka kambuh lagi akhirnya balik lagi berobat," ungkapnya.
Terungkap, kata dia, perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan adanya kesalahan teknis dari proses masak yang dilakukan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terkait kejadian tersebut.
Berita Terkait
-
'Saya Penjaga Rumah', Cerita Ahmad Sahroni Nyamar ART saat 'Diamuk' Massa Penjarah!
-
Merasa Dituding Dalang Demo Rusuh Agustus, Wanita Ini Polisikan Ferry Irwandi
-
Dicap Proyek Politik, Prof Sulfikar Amir Blak-blakan Kuliti MBG: Brutal!
-
MBG Jalan Terus Meski Ribuan Anak Keracunan, Bivitri Susanti Murka: Keras Kepala Betul Macam Batu!
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- Terbongkar dari Tato! Polisi Tetapkan Pria Lawan Main Lisa Mariana Tersangka Kasus Video Porno
- Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
Pilihan
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
Terkini
-
Ahli BRIN Ungkap Operasi Tersembunyi di Balik Jalan Tambang PT Position di Halmahera Timur
-
Jeritan Sunyi di Balik Tembok Maskulinitas: Mengapa Lelaki Korban Kekerasan Seksual Bungkam?
-
Mendagri Tito Dapat Gelar Kehormatan "Petua Panglima Hukom" dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh
-
'Mereka Mengaku Polisi', Bagaimana Pekerja di Tebet Dikeroyok dan Diancam Tembak?
-
Efek Domino OTT Bupati Ponorogo: KPK Lanjut Bidik Dugaan Korupsi Monumen Reog
-
Bukan Kekenyangan, Tiga Alasan Ini Bikin Siswa Ogah Habiskan Makan Bergizi Gratis
-
Jenderal Bintang Dua Terseret Sengketa Lahan Jusuf Kalla, Mabes AD Turun Tangan
-
Video Aksi Koboi di Tebet, Pulang Kerja Dihadang dan Diancam Tembak
-
Asfinawati Nilai Ada 'Main Politik' di Balik Mandeknya Kasus HAM di Kejagung
-
Ribka Tjiptaning Dilaporkan ke Bareskrim, Organisasi Sayap PDIP Singgung Pembungkaman Suara Kritis