News / Nasional
Minggu, 28 September 2025 | 15:07 WIB
Ilustrasi Muktamar PPP. (Suara.com/Dea)
Baca 10 detik
  • Muktamar X PPP menghasilkan dualisme kepemimpinan, di mana kubu Agus Suparmanto dan kubu Muhamad Mardiono saling mengklaim kemenangan aklamasi sebagai ketua umum
  • Kubu Agus Suparmanto menyatakan kemenangannya sah karena didukung mayoritas peserta dalam sidang paripurna
  • Konflik internal ini diwarnai kericuhan fisik, termasuk aksi lempar kursi yang menyebabkan sejumlah kader terluka

Suara.com - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terancam pecah kongsi setelah perhelatan Muktamar X di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, melahirkan dua klaim kepemimpinan. Kubu Muhamad Mardiono dan kubu Agus Suparmanto sama-sama mengklaim telah terpilih secara aklamasi sebagai ketua umum definitif, di tengah suasana forum yang memanas hingga diwarnai aksi lempar kursi.

Dualisme kepemimpinan ini mencuat setelah kedua kubu menggelar proses persidangan yang saling menegasikan satu sama lain pada Sabtu (28/9/2025).

Kubu Agus Suparmanto, melalui Ketua Pimpinan Sidang Paripurna VIII Qoyum Abdul Jabbar, menyatakan Agus terpilih secara sah dan aklamasi oleh mayoritas peserta yang tetap berada di arena muktamar. Mereka menuding klaim kemenangan Mardiono tidak berdasar dan hanya didasarkan pada absensi.

”Aklamasi Pak Agus Suparmanto merupakan kehendak muktamar dan aspirasi muktamirin yang menentukan keputusan,” ujar Qoyum, dalam keterangan tertulisnya dikutip, Minggu (28/9/2025).

Qoyum menegaskan bahwa proses persidangan di pihaknya berjalan lancar dan penuh sukacita, yang dianggapnya sebagai bukti keabsahan.

"Masa argumentasi aklamasi hanya dengan absen, ya tidak bisa seperti itu. Bisa kita lihat, sidang tetap berjalan, peserta muktamirin sukacita, ini fakta yang berbicara,” kata Qoyum.

Dukungan untuk Agus juga datang dari Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Muhammad Romahurmuziy (Rommy). Ia menyebut klaim kemenangan Mardiono adalah berita palsu dan upaya memecah belah partai. Menurutnya, hingga Sabtu malam, muktamar bahkan belum memasuki agenda pemilihan ketua umum.

”Tidak betul Mardiono terpilih, apalagi aklamasi,” ujar Rommy sebagaimana dilansir Antara.

Ia menilai klaim tersebut tidak masuk akal, terutama karena adanya gelombang penolakan yang masif terhadap Mardiono saat pembukaan muktamar.

Baca Juga: PPP di Ambang Perpecahan? Rommy Tuding Klaim Mardiono Jadi Ketum Aklamasi Hoaks: Itu Upaya Adu Domba

”Jelas-jelas pada saat pidato di arena pembukaan, Mardiono diteriaki ’Yang Gagal Mundur’ dan ’Perubahan’ dari seluruh penjuru forum. Tidaklah masuk akal hawa penolakan yang begitu besar berakhir dengan terpilihnya Mardiono secara aklamasi,” tegas Rommy.

Bantahan Keras Kubu Mardiono

Di sisi lain, kubu Muhamad Mardiono dengan tegas menyebut penetapan Agus Suparmanto adalah ilegal. Wakil Sekretaris Jenderal PPP, Rapih Herdiansyah, mengklaim bahwa pimpinan sidang yang sah, Amir Uskara, telah lebih dulu mengetuk palu untuk kemenangan Mardiono secara aklamasi.

”Pimpinan sidang yang sah, Pak Amir Uskara, sudah ketuk palu dan menetapkan Pak Mardiono aklamasi sebagai ketua umum. Itu dilakukan atas persetujuan peserta muktamar pada sidang pertama,” tutur Rapih.

Menurutnya, keputusan aklamasi terpaksa diambil dalam kondisi darurat untuk menyelamatkan muktamar yang sejak awal sudah tidak kondusif. Ia membenarkan bahwa kericuhan pecah tak lama setelah palu diketuk.

”Begitu Pak Amir menetapkan Pak Mardiono aklamasi, ada kelompok yang menyerang dan kelompok lain melindungi pimpinan sidang. Kursi terbang ke arah panggung tempat sidang,” ucap Rapih.

Mardiono sendiri menyatakan bahwa keputusan aklamasi diambil untuk menyelamatkan jalannya muktamar dan didukung oleh sekitar 80 persen peserta. Ia juga mengungkapkan bahwa kericuhan tersebut telah menimbulkan korban luka dan akan diproses secara hukum.

"Ini nanti akan kita lanjutkan dengan proses hukum. Dalam demokrasi tidak boleh diciderai oleh hal-hal yang tidak konstitusional," kata Mardiono.

Pimpinan sidang versi kubu Mardiono, Amir Uskara, membenarkan telah mengetuk palu setelah seluruh peserta sepakat.

"Saya bacakan, saya langsung meminta kesepakatan. Mereka setuju dan saya ketuk palu," ujarnya.

Load More