News / Nasional
Minggu, 28 September 2025 | 15:59 WIB
Roy Suryo
Baca 10 detik
  • Roy Suryo mengklaim acara besar KAGAMA UGM yang dihadiri menteri dan Rektor UGM sepi peminat
  • Ia secara terbuka menyebut fenomena ini sebagai "karma" bagi UGM yang dinilainya terus membela keaslian ijazah Jokowi 
  • Meskipun UGM telah berulang kali memberikan klarifikasi resmi, pihak Roy Suryo tetap tidak puas 

Suara.com - Pakar telematika Roy Suryo kembali melontarkan serangan pedas terkait polemik ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi). Kali ini, ia menyoroti sebuah acara besar yang diselenggarakan oleh Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) yang menurutnya sepi peminat secara menyedihkan, dan mengaitkannya langsung dengan isu ijazah yang tak kunjung usai.

Acara bertajuk "Indonesia Merdeka AI" yang digelar di Auditorium Abdurrahman Saleh RRI, Jumat (26/9/2025), sejatinya bertabur bintang. Sejumlah tokoh penting hadir sebagai pembicara, mulai dari Rektor UGM, Ova Emilia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, hingga Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi), Nezar Patria.

Namun, kemewahan daftar pembicara itu disebut tak mampu menarik minat para alumni.

Melalui kanal YouTube Refly Harun, Roy Suryo tanpa tedeng aling-aling menyebut kondisi ini sebagai buah dari sikap UGM selama ini.

"Kemarin ada acara yang diselenggarakan oleh KAGAMA pusat di Auditorium Abdurrahman Saleh RRI. Acaranya namanya Indonesia Merdeka AI, pembicaranya hebat-hebat ada Airlangga Hartarto, ada Nezar Patria, ada Ova Emilia," tutur Roy Suryo dikutip, Sabtu (27/9/2025).

Ia kemudian mengklaim bahwa acara tersebut adalah sebuah kegagalan dari sisi kehadiran peserta. Menurutnya, dari kapasitas auditorium yang mampu menampung hingga 700 orang, acara tersebut hanya dihadiri segelintir orang.

Bagi Roy Suryo, fenomena ini bukanlah kebetulan. Ia secara terbuka menyebutnya sebagai karma yang mulai dirasakan oleh UGM karena terus-menerus membela Jokowi dalam kasus tudingan ijazah palsu.

"Ini saya kira karma mulai berlangsung ya. Auditorium isinya harusnya itu jumlah kursinya lebih dari 500 atau 600, bahkan mungkin bisa 700 orang. Alhamdulillah hanya berisi kurang lebih 80 orang," ujarnya sinis.

Untuk meyakinkan publik, Roy Suryo menegaskan bahwa pernyataannya didukung oleh bukti visual. Ia bahkan menunjukkan sebuah foto yang menggambarkan betapa lengangnya kursi peserta di ruangan yang sangat luas tersebut.

Baca Juga: Jokowi Ngotot Prabowo-Gibran 2 Periode, Manuver Politik atau Upaya Selamatkan Ijazah Gibran?

"KAGAMA UGM menyelenggarakan acara besar seperti ini sepi, sepi acaranya. Saya enggak bohong ya, saya nggak omon-omon, buktinya orang yang hadir kemarin tuh cuman segelintir ekor segini nih, dari dari ruang yang sangat luas isinya cuman nggak lebih dari 80 orang," kata Roy Suryo sembari menunjukkan bukti foto.

Sebagai sesama alumni dan mantan dewan pakar KAGAMA, Roy Suryo mengaku sedih melihat pemandangan tersebut. Ia menafsirkan bahwa sepinya acara ini merupakan cerminan dari krisis kepercayaan yang mulai terjadi di internal UGM sendiri.

"Sedih saya, selaku anggota KAGAMA melihat kayak gini dan dulu pernah menjadi dewan pakar KAGAMA, melihat acara resmi kayak gini kok kasihan sekali," ucapnya. "Ini akibat dari itu tadi, mulai ketidakpercayaan internal UGM sendiri terhadap acaranya sendiri."

Di sisi lain, pihak UGM telah berulang kali memberikan klarifikasi resmi mengenai status kealumnian Jokowi. Pernyataan terbaru yang disampaikan langsung oleh Rektor Ova Emilia menegaskan bahwa Jokowi adalah alumni sah Fakultas Kehutanan UGM yang lulus pada 5 November 1985.

"Bapak Joko Widodo adalah mahasiswa Fakultas Kehutanan angkatan 1980. Beliau lulus pada tanggal 5 November 1985. Hal ini tercatat jelas dalam arsip akademik Universitas Gadjah Mada. Kami memastikan bahwa ijazah yang bersangkutan adalah asli dan sah."

Namun, pernyataan ini justru dikritik habis-habisan oleh kubu Roy Suryo. Kuasa hukumnya, Ahmad Khozinudin, menilai klarifikasi tersebut lebih buruk dari sebelumnya karena hanya berisi narasi tanpa menunjukkan bukti-bukti konkret yang diminta publik.

Load More