- Roy Suryo mengklaim acara besar KAGAMA UGM yang dihadiri menteri dan Rektor UGM sepi peminat
- Ia secara terbuka menyebut fenomena ini sebagai "karma" bagi UGM yang dinilainya terus membela keaslian ijazah Jokowi
- Meskipun UGM telah berulang kali memberikan klarifikasi resmi, pihak Roy Suryo tetap tidak puas
Suara.com - Pakar telematika Roy Suryo kembali melontarkan serangan pedas terkait polemik ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi). Kali ini, ia menyoroti sebuah acara besar yang diselenggarakan oleh Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) yang menurutnya sepi peminat secara menyedihkan, dan mengaitkannya langsung dengan isu ijazah yang tak kunjung usai.
Acara bertajuk "Indonesia Merdeka AI" yang digelar di Auditorium Abdurrahman Saleh RRI, Jumat (26/9/2025), sejatinya bertabur bintang. Sejumlah tokoh penting hadir sebagai pembicara, mulai dari Rektor UGM, Ova Emilia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, hingga Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi), Nezar Patria.
Namun, kemewahan daftar pembicara itu disebut tak mampu menarik minat para alumni.
Melalui kanal YouTube Refly Harun, Roy Suryo tanpa tedeng aling-aling menyebut kondisi ini sebagai buah dari sikap UGM selama ini.
"Kemarin ada acara yang diselenggarakan oleh KAGAMA pusat di Auditorium Abdurrahman Saleh RRI. Acaranya namanya Indonesia Merdeka AI, pembicaranya hebat-hebat ada Airlangga Hartarto, ada Nezar Patria, ada Ova Emilia," tutur Roy Suryo dikutip, Sabtu (27/9/2025).
Ia kemudian mengklaim bahwa acara tersebut adalah sebuah kegagalan dari sisi kehadiran peserta. Menurutnya, dari kapasitas auditorium yang mampu menampung hingga 700 orang, acara tersebut hanya dihadiri segelintir orang.
Bagi Roy Suryo, fenomena ini bukanlah kebetulan. Ia secara terbuka menyebutnya sebagai karma yang mulai dirasakan oleh UGM karena terus-menerus membela Jokowi dalam kasus tudingan ijazah palsu.
"Ini saya kira karma mulai berlangsung ya. Auditorium isinya harusnya itu jumlah kursinya lebih dari 500 atau 600, bahkan mungkin bisa 700 orang. Alhamdulillah hanya berisi kurang lebih 80 orang," ujarnya sinis.
Untuk meyakinkan publik, Roy Suryo menegaskan bahwa pernyataannya didukung oleh bukti visual. Ia bahkan menunjukkan sebuah foto yang menggambarkan betapa lengangnya kursi peserta di ruangan yang sangat luas tersebut.
Baca Juga: Jokowi Ngotot Prabowo-Gibran 2 Periode, Manuver Politik atau Upaya Selamatkan Ijazah Gibran?
"KAGAMA UGM menyelenggarakan acara besar seperti ini sepi, sepi acaranya. Saya enggak bohong ya, saya nggak omon-omon, buktinya orang yang hadir kemarin tuh cuman segelintir ekor segini nih, dari dari ruang yang sangat luas isinya cuman nggak lebih dari 80 orang," kata Roy Suryo sembari menunjukkan bukti foto.
Sebagai sesama alumni dan mantan dewan pakar KAGAMA, Roy Suryo mengaku sedih melihat pemandangan tersebut. Ia menafsirkan bahwa sepinya acara ini merupakan cerminan dari krisis kepercayaan yang mulai terjadi di internal UGM sendiri.
"Sedih saya, selaku anggota KAGAMA melihat kayak gini dan dulu pernah menjadi dewan pakar KAGAMA, melihat acara resmi kayak gini kok kasihan sekali," ucapnya. "Ini akibat dari itu tadi, mulai ketidakpercayaan internal UGM sendiri terhadap acaranya sendiri."
Di sisi lain, pihak UGM telah berulang kali memberikan klarifikasi resmi mengenai status kealumnian Jokowi. Pernyataan terbaru yang disampaikan langsung oleh Rektor Ova Emilia menegaskan bahwa Jokowi adalah alumni sah Fakultas Kehutanan UGM yang lulus pada 5 November 1985.
"Bapak Joko Widodo adalah mahasiswa Fakultas Kehutanan angkatan 1980. Beliau lulus pada tanggal 5 November 1985. Hal ini tercatat jelas dalam arsip akademik Universitas Gadjah Mada. Kami memastikan bahwa ijazah yang bersangkutan adalah asli dan sah."
Namun, pernyataan ini justru dikritik habis-habisan oleh kubu Roy Suryo. Kuasa hukumnya, Ahmad Khozinudin, menilai klarifikasi tersebut lebih buruk dari sebelumnya karena hanya berisi narasi tanpa menunjukkan bukti-bukti konkret yang diminta publik.
Berita Terkait
-
Jokowi Ngotot Prabowo-Gibran 2 Periode, Manuver Politik atau Upaya Selamatkan Ijazah Gibran?
-
PPP 'Main Cantik': Tegas Dukung Pemerintahan Prabowo, tapi Ogah Didikte Jokowi soal Pilpres 2029
-
Limbah Plastik Jadi Sensor Air: Terobosan Para Peneliti UGM
-
Dipuji Brand Baru, Aksi Jokowi Tiru Gaya Prabowo Gebrak Podium PBB Malah Banjir Cibiran: Penjilat!
-
Gibran Disebut Cawapres Prabowo Lagi di 2029, PSI: Pernyataan Jokowi Powerfull
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Berapa Harga Mobil Bekas Toyota Yaris 2011? Kini Sudah di Bawah 90 Juta, Segini Pajaknya
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
Pilihan
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
Terkini
-
Mendagri: Pemerintah Siapkan Bantuan Renovasi dan Hunian bagi Warga Terdampak Bencana Sumatra
-
Kemendagri Kirim 1.054 Praja IPDN ke Aceh untuk Pulihkan Desa Terdampak Bencana
-
Profil Amal Said, Dosen Viral Ludahi Pegawai Kasir Terancam Dipenjara
-
Bundaran HI Siap Sambut Tahun Baru 2026, Panggung Hampir Selesai
-
Begini Kata Hasto Soal Sejumlah Ketua DPD PDIP Masih Rangkap Jabatan di Partai
-
Kecelakaan Beruntun di Tol Dalam Kota, Arus Arah Slipi Macet Panjang hingga 4 Kilometer!
-
Bukti Kehadiran Negara, Kemen PU Turun Langsung Bersihkan Pesantren Darul Mukhlisin
-
Waketum PAN Sebut Pilkada Lewat DPRD Layak Dipertimbangkan: Bisa Tekan Politik Uang dan Dinasti
-
Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno Singgung Sila ke-4: Pilkada Lewat DPRD Layak Dikaji dan Konstitusional
-
KPK Sebut Penyidikan Kasus Haji Segera Rampung, Bagaimana Nasib Gus Yaqut hingga Bos Maktour?