News / Nasional
Jum'at, 17 Oktober 2025 | 12:01 WIB
Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM), Muhaimin Iskandar saat meninjau lokasi gedung ambruk di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur. (Foto dok. Ist)
Baca 10 detik
  • Pelatihan konstruksi menjadi bagian dari upaya pemerintah memperkuat kapasitas santri yang kerap gotong royong ikut membangun gedung ponpes.
  • Cak Imin menekankan kalau program itu hanya dapat diikuti oleh santri berusia minimal 18 tahun. 
  • Menteri PU Dody Hanggodo menjelaskan, pelatihan bagi santri itu bersifat dasar dan akan disertifikasi agar bisa diakui secara profesional

Suara.com - Pemerintah seriuskan program pelatihan konstruksi bagi para santri di pesantren. Menko Pemberdayaan Manusia (PM) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengatakan, pelatihan konstruksi menjadi bagian dari upaya pemerintah memperkuat kapasitas santri yang kerap gotong royong ikut membangun gedung ponpes.

Kendati begitu, Cak Imin menekankan kalau program itu hanya dapat diikuti oleh santri berusia minimal 18 tahun. Ketentuan ini ditetapkan karena pelatihan tersebut akan bersertifikat dan masuk dalam kategori vokasi resmi di bawah Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

"Menteri PU dan jajaran siap melatih menambah skill para santri yang usia minimum 18 tahun untuk menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan vokasi," kata Cak Imin dalam Rapat Tingkat Menteri (RTM) di kantor Kemenko PM, Jakarta, Jumat (17/10/2025).

Selain pelatihan, pemerintah juga akan melanjutkan proses audit terhadap kondisi pesantren, terutama yang berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan belajar akibat masalah keamanan gedung.

Proses audit akan dibarengi dengan pendampingan dan penyempurnaan mekanisme perizinan bangunan pesantren.

Sementara itu, Menteri PU Dody Hanggodo menjelaskan, pelatihan bagi santri itu bersifat dasar dan akan disertifikasi agar bisa diakui secara profesional

"Harapan kami sih semacam vokasi lah ya. Kalau memang mereka nanti ke depan tertarik berada di bidang konstruksi ya monggo saja. Paling engga mereka di awal sudah mendapat pelatihan awal yang bersertifikat makanya kemudian ada minimum usia 18 tahun," tuturnya.

Diketahui sebelumnya, program itu dibuat pemerintah tak lama adanya insiden masjid ponses Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, roboh pada akhir September lalu. Para santri kedapatan kerap ikut membangun masjid tersebut.

Bangunan Ponpes Al-khoziny Sidoarjo yang ambruk, Senin (29/9/2025). [Basarnas Surabaya]

Dody sebelumnya juga mengakui kalau banyak pondok pesantren yang menumbuhkan semangat gotong royong dengan turut membangun gedung belajarnya.

Baca Juga: Prabowo Minta Tak Boleh Ada Aset Negara Mangkrak, Fasilitas Pemerintah Harus Dipakai untuk UMKM

"Ini lahir dari keikhlasan. Kami benar-benar tidak ingin semangat budaya itu hilang. Kami justru ingin memperkuatnya dengan pengetahuan. Untuk itu, insya Allah PU akan melatih dan mensertifikasi para santri sebagai tenaga kerja konstruksi. Itu for free," kata Dody di Jakarta beberapa waktu lalu.

Kendati sempat tuai kritikan publik karena dinilai bentuk eksploitasi anak, Dody meyakini kalau program pelatihan konstruksi yang direncanakan tidak akan menimbulkan hal tersebut.

Dia menyampaikan kalau para santri yang masih berusia anak itu bisa membantu lakukan pekerjaan ringan.

"Hanya membantu agar yang kecil-kecil, misalnya yang urusan yang tidak terlalu berat, sekadar ikut bantu nyemen. Yang agak berat itu bisa dikerjakan oleh tenaga alihnya. Saya kok tidak yakin bahwa itu akan menjadi eksploitasi karena dari dulu pesantren itu banyak sekali sifatnya sudah gotong royong," ucapnya.

Load More