- Kebijakan itu tidak seharusnya langsung diterapkan secara nasional tanpa mempertimbangkan kapasitas dan relevansi di sekolah.
- Menurutnya sistem pendidikan saat ini sudah cukup padat, sementara ruang belajar siswa tidak bisa terus diperluas.
- Ina mengingatkan bahwa prinsip dasar Kurikulum Merdeka yang dijalankan saat ini seharusnya bersifat interdisipliner, bukan linier.
Suara.com - Rencana Presiden Prabowo Subianto untuk memprioritaskan bahasa Portugis sebagai salah satu pelajaran di sekolah dinilai lebih bersifat politis ketimbang kebutuhan riil pendidikan nasional.
Terlebih kebijakan itu disampaikan Prabowo saat bertemu dengan Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (23/10) kemarin.
Pakar pendidikan Ina Liem mengatakan, kebijakan itu tidak seharusnya langsung diterapkan secara nasional tanpa mempertimbangkan kapasitas dan relevansi di sekolah.
"Omongan itu keluar hanya untuk menjalin relasi dengan negara lain. Tapi kan tidak harus kemudian dipraktikan lagi secara nasional," kata Ina kepada Suara.com, Jumat (24/10/2025).
Ia menyoroti bahwa sistem pendidikan saat ini sudah cukup padat, sementara ruang belajar siswa tidak bisa terus diperluas.
Menurutnya, menambah mata pelajaran baru justru akan menambah beban siswa dan berisiko mengganggu keseimbangan waktu belajar mereka.
Ina mengingatkan bahwa prinsip dasar Kurikulum Merdeka yang dijalankan saat ini seharusnya bersifat interdisipliner, bukan linier. Artinya, pembelajaran di sekolah tidak harus menambah jumlah mata pelajaran setiap kali muncul isu baru di tingkat global.
"Bukan berarti sekarang lagi eranya AI, eranya coding, semua ditambahkan sebagai mata pelajaran. Lama-lama anak-anak dapat 50 mata pelajaran," kritiknya.
Ia mengungkapkan kalau saat ini bahkan sudah ada sekolah yang memberikan hingga 21 mata pelajaran, jumlah yang menurutnya tidak masuk akal untuk usia pelajar.
Baca Juga: Lamban Lindungi Rakyat dari Rokok dan Gula, 32 Organisasi Desak Pemerintah Tegakkan PP Kesehatan
"Ada sekolah yang sudah punya 21 mata pelajaran, itu sudah tidak masuk akal. Padahal anak-anak waktunya sama dengan kita orang dewasa, 24 jam. Dan mereka butuh tidur 8 jam. Mau ditambahkan, disumpelin mata pelajaran lagi ya tidak memungkinkan," pungkasnya.
Sebelumnya, kebijakan itu disampaikan langsung oleh Prabowo saat konferensi pers bersama Presiden Brasil di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin.
Kebijakan tersebut disambut langsung dengan apresiasi oleh Presiden Lula, yang secara spontan bertepuk tangan saat Prabowo kembali menegaskan komitmennya dalam sesi pernyataan pers bersama.
"Karena pentingnya hubungan ini, saya sudah putuskan bahwa bahasa Portugis menjadi bahasa prioritas di pendidikan kita. Kita ingin hubungan ini lebih baik," kata Prabowo.
Prabowo menjelaskan, bahasa Portugis kini akan sejajar dengan bahasa asing lain yang telah lebih dulu menjadi prioritas dalam kurikulum pendidikan nasional.
"Selain bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Jepang, Korea, Prancis, Jerman, dan Rusia, kini bahasa Portugis dan Spanyol menjadi bahasa prioritas bagi kita," rincinya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
DPR Usul Presiden Bentuk Kementerian Bencana: Jadi Ada Dirjen Longsor, Dirjen Banjir
-
Pemerintah Pulangkan 2 WN Belanda Terpidana Kasus Narkotika Hukuman Mati dan Seumur Hidup
-
Aksi 4 Ekor Gajah di Pidie Jaya, Jadi 'Kuli Panggul' Sekaligus Penyembuh Trauma
-
Legislator DPR Desak Revisi UU ITE: Sikat Buzzer Destruktif Tanpa Perlu Laporan Publik!
-
Lawatan ke Islamabad, 6 Jet Tempur Sambut Kedatangan Prabowo di Langit Pakistan
-
Kemensos Wisuda 133 Masyarakat yang Dianggap Naik Kelas Ekonomi, Tak Lagi Dapat Bansos Tahun Depan
-
27 Sampel Kayu Jadi Kunci: Bareskrim Sisir Hulu Sungai Garoga, Jejak PT TBS Terendus di Banjir Sumut
-
Kerugian Negara Ditaksir Rp2,1 T, Nadiem Cs Segera Jalani Persidangan
-
Gebrakan KemenHAM di Musrenbang 2025: Pembangunan Wajib Berbasis HAM, Tak Cuma Kejar Angka
-
LBH PBNU 'Sentil' Gus Nadir: Marwah Apa Jika Syuriah Cacat Prosedur dan Abaikan Kiai Sepuh?