News / Nasional
Selasa, 04 November 2025 | 10:40 WIB
Heru Prasetyo, pekerja mandiri dari Pati (Dok: bpjs-kesehatan.go.id)

Suara.com - Terik matahari memancar di sepanjang Jalan Diponegoro, Pati Kota, Kamis (30/10/2025). Di antara lalu lalang kendaraan yang tiada henti, seorang lelaki paruh baya tampak sibuk di tepi jalan. Tangan tuanya dengan cekatan menyalakan kompresor angin, membantu seorang pengendara motor yang ingin menambah tekanan bannya. Tak lama kemudian, ia beralih melayani pembeli bensin eceran yang datang membawa botol bekas air mineral. Wajahnya tampak teduh, berkeringat, namun tetap menampilkan senyum ramah setiap kali melayani pelanggan.

Dialah Heru Prasetyo (65), warga Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati. Sehari-hari, ia menggantungkan hidup dari pekerjaan sebagai tukang tambal ban dan penjual bensin eceran di kawasan padat lalu lintas tersebut. Usaha kecil yang ia jalani bertahun-tahun ini menjadi sumber utama untuk menghidupi empat anggota keluarganya.

Dalam sehari, penghasilannya tak lebih dari Rp30.000. Semua tergantung dari banyaknya kendaraan yang mampir ke tempatnya. Heru tetap menjalani hari-harinya dengan sabar dan penuh syukur meski hidup dalam keterbatasan.

“Rezeki memang nggak selalu banyak, tetapi yang penting saya masih bisa kerja, bisa menafkahi keluarga, bisa makan, dan nggak ngerepotin orang lain,” ujar Heru dengan senyum kecil di wajahnya.

Heru tinggal bersama istri dan dua anak yang masih menjadi tanggungannya. Istrinya mengurus rumah tangga, sementara Heru menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga. Meski hidup sederhana, ia menyatakan tak pernah berhenti bersyukur. Terlebih lagi, karena ia telah terdaftar sebagai peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah. Ia merasa program itu bukan hanya membantu, tetapi benar-benar menjadi penyelamat hidupnya dan keluarga.

"Tanpa JKN, saya tidak tahu harus bagaimana waktu sakit dulu. Saya ini orang kecil, mana mampu bayar rumah sakit. Untung ada JKN, jadi saya bisa berobat tanpa mikir biaya,” kata Heru.

Dua tahun yang lalu, Heru mengalami musibah besar. Ia terjatuh dan mengalami patah tulang rusuk. Kondisinya cukup parah hingga membuatnya harus menjalani perawatan intensif dalam waktu lama. Ia tak mampu membayangkan bagaimana nasibnya jika harus menanggung seluruh biaya pengobatan sendiri.

“Waktu itu saya cuma bisa pasrah. Namun, alhamdulillah semua biaya rumah sakit ditanggung JKN. Saya bisa sembuh tanpa keluar uang. Dokternya juga sabar sekali merawat saya,” tuturnya.

Selama dirawat, Heru tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun. Semua kebutuhan medis, obat, dan tindakan sudah dijamin penuh oleh Program JKN. Ia merasa seperti diselamatkan di saat tidak berdaya.

Baca Juga: Potensi Transaksi Rp52,5 Miliar Digarap Mitra Binaan Indonesia Eximbank Lewat TEI 2025

“Rasanya seperti mimpi, saya ini cuma tukang tambal ban, tetapi bisa dirawat sampai sembuh tanpa mikir biaya,” ucapnya,

Belum lama ini, ujian datang lagi. Pandangan matanya mulai kabur hingga dokter menyarankan operasi katarak. Heru sempat cemas membayangkan biaya yang besar. Namun kekhawatiran itu sirna setelah petugas BPJS Kesehatan menjelaskan bahwa semuanya dijamin JKN.

“Waktu mendengar begitu, saya langsung lega. Saya operasi tanpa bayar apa pun, dan sekarang mata saya sudah terang lagi. Rasanya seperti dapat hidup baru,” katanya.

Bagi Heru, Program JKN bukan hanya soal jaminan kesehatan gratis, tetapi bukti nyata bahwa negara hadir melindungi masyarakat kecil. Ia menyadari betul, tanpa program ini mungkin banyak warga sepertinya yang tak sanggup berobat saat sakit datang tiba-tiba.

“Sekali sakit, biayanya besar. Akan tetapi, dengan JKN, kami jadi tenang. Ada jaminan kalau sakit terjadi, dan kita tidak tau sakit apa yang akan kita alami," ujarnya.

Ia berharap program ini bisa terus berjalan dan semakin baik kedepannya. Heru bahkan sering mengingatkan rekan-rekan sesama pekerja informal yang belum terdaftar agar menjadi peserta JKN.

Load More