- Dimas menilai langkah itu sarat kepentingan pribadi dan politis Presiden Prabowo yang merupakan mantan menantu Soeharto.
- Soeharto pernah disebut dalam sembilan kasus yang diselidiki secara pro-justisia oleh Komnas HAM.
- Prabowo akan semakin kuat hubungannya dengan Partai Golkar yang dekat dengan keluarga cendana.
Suara.com - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menolak keras usulan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto.
Koordinator KontraS, Dimas Bagus Arya, menilai langkah itu sarat kepentingan pribadi dan politis Presiden Prabowo Subianto yang merupakan mantan menantu Soeharto.
Menurutnya, secara moral, Soeharto adalah sosok yang kontroversial karena banyaknya pelanggaran kemanusiaan selama 32 tahun berkuasa.
“Dia selama mungkin 32 tahun, selama menjadi presiden kedua Republik Indonesia, ada banyak sekali tragedi-tragedi kemanusiaan yang terjadi, semenjak tahun 1965–1966, lalu kemudian diakhiri dengan sejumlah peristiwa kekerasan negara tahun 1998 sebelum lengsernya Soeharto yang dipaksa mundur oleh rakyat tanggal 21 Mei 1998,” ujarnya saat melakukan aksi di depan Kantor Kementerian Kebudayaan, Jakarta Pusat, Kamis (6/11/2025).
Dimas menilai, keputusan pemerintah untuk tetap mendorong pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto sama saja mempertaruhkan martabat bangsa.
“Pemberian gelar pahlawan Soeharto bisa diartikan sebagai sebuah upaya cuci dosa atau upaya untuk melanggungkan impunitas oleh pemerintah Republik Indonesia,” ucapnya.
Ia mengingatkan bahwa Soeharto pernah disebut dalam sembilan kasus yang diselidiki secara pro-justisia oleh Komnas HAM, mulai dari tragedi 1965 hingga penculikan aktivis pada 1998.
Selain itu, Soeharto juga dikenal sebagai sosok yang koruptif.
"Ada tujuh yayasan yang diketuai oleh Soeharto atau yang merupakan kepemilikan dari Soeharto termasuk Yayasan Supersemar yang didakwa melakukan money laundering,” kata Dimas.
Baca Juga: Presiden Prabowo Tinjau KRL Manggarai - Tanah Abang, Disambut Antusias Penumpang!
Dimas menyebut langkah itu tak lain demi kepentingan pribadi Presiden Prabowo.
Lalu secara politis, Prabowo akan semakin kuat hubungannya dengan Partai Golkar yang dekat dengan keluarga cendana.
“Keuntungannya tentu keuntungan pribadi buat Prabowo. Pertama, Prabowo adalah bekas menantu dari Soeharto. Tentu kemudian kalau bisa kita lihat bahwa kemudian gelar pahlawan ini ada muatan untuk merekonsiliasi dirinya dengan keluarga Cendana,” katanya.
Meski begitu, ia menilai tak ada keuntungan sosial bagi bangsa dalam pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto.
“Keuntungan sosialnya tentu bisa diperdebatkan karena lagi-lagi memberikan gelar pahlawan nasional pada orang yang didakwa melanggar hak asasi manusia, yang didakwa melakukan korupsi, merugikan negara, dan didakwa melakukan sejumlah pelanggaran-pelanggaran lingkungan,” lanjut Dimas.
Ia juga mengkritik pemerintah yang disebutnya terus “obral gelar” selama setahun pemerintahan Prabowo-Gibran.
Berita Terkait
-
Prabowo Bicara Budaya 'Kuyu-kuyu' Pemimpin, Minta Masyarakat Hormati Jokowi: Jangan Dihujat!
-
Prabowo Bantah Dibayangi-bayangi Jokowi: Beliau Tak Pernah Titip Apa-apa, Ngapain Takut?
-
Prabowo Sanjung Habis Jokowi: Beliau Paling Berjasa di Proyek Raksasa Lotte!
-
Ungkap Alasan Undang Jokowi di Peresmian Pabrik, Prabowo: Saya Lihat Mulai Ada Budaya Tidak Baik
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
Terkini
-
Media Asing Soroti Progres IKN, Kekhawatiran soal Lingkungan dan Demokrasi Jadi Perhatian Utama
-
Sandi 'Tujuh Batang' dan Titah 'Satu Matahari' yang Menjerat Gubernur Riau dalam OTT KPK
-
Rumah Hakim Kasus Korupsi Rp231 M Dibakar, Komisi III DPR: Ini Kejahatan Terencana
-
Jeritan Buruh 'Generasi Sandwich', Jadi Alasan KASBI Tuntut Kenaikan Upah 15 Persen
-
Penuhi Permintaan Publik, Dasco: Dana Reses Per Anggota DPR Dipangkas Rp 200 Juta
-
Tari Jaipong Meriahkan Aksi Buruh KASBI di Depan DPR RI
-
Kampung Bahari Digeruduk BNN: 18 Orang Diciduk, Target Operasi Kakap Diburu
-
Targetkan Rumah dengan Lampu Menyala Siang Hari, Dua Residivis Pembobol Rumah Kosong Ditangkap
-
Residivis Spesialis Rumah Kosong Beraksi Lagi di Jakarta Barat: Lampu Menyala Jadi Incaran!
-
Prabowo Bicara Budaya 'Kuyu-kuyu' Pemimpin, Minta Masyarakat Hormati Jokowi: Jangan Dihujat!