- KPAI menyebut anak-anak di masa transisi Gen Z–Alpha memiliki kondisi psikologis lebih rentan, dengan resiliensi yang menurun saat menghadapi tekanan.
- Dalam sebulan terakhir, sejumlah kasus ekstrem akibat bullying terjadi, termasuk siswa yang menjadi pelaku hingga ada yang meninggal.
- KPAI khawatir pola serupa dapat terulang, termasuk risiko balas dendam dan tindakan destruktif, sebagaimana pada kasus ledakan di SMA 72.
Suara.com - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan, saat ini kondisi psikologis anak-anak sedikit berbeda. Kondisi mental anak saat ini dianggap jauh lebih rentan.
“Kondisi anak-anak kita hari ini berbeda. Anak-anak SMA sekarang adalah transisi antara Gen Z dan Gen Alpha, jadi mereka secara psikologis itu jauh lebih rentan,” kata Komisioner KPAI, Diyah Puspitari, di SMA 72 Jakarta, Minggu (9/11/2025).
Saat ini, jika anak merasa dalam tekanan yang semakin tinggi, maka kemampuannya untuk bangkit semakin rendah.
“Nah anak-anak ini ketika dia mengalami satu hal yang membuat tekanannya semakin besar, resiliensinya pun semakin rendah,” katanya
“Dan anak-anak kita ini hari ini lebih banyak berdiskusi atau berinteraksi dengan dunia maya daripada dunia nyata,” imbuhnya.
Dalam sebulan terakhir, KPAI telah mengkaji berbagai kasus siswa yang nekat mengakhiri hidup karena perundungan. Salah satu kasus tersebut terjadi di Gerobokan, Lampung, dan Purbalingga.
“Ya itu anak yang sebelumnya juga menjadi korban bullying, terus kemudian menjadi pelaku, sampai ada yang meninggal,” jelasnya.
Dengan kondisi yang seperti itu, Diyah khawatir jika nantinya para korban perundungan bakal melakukan balas dendam dengan hal serupa.
“Kami khawatir bahwa kondisi seperti ini Ini adalah bentuk keresiliensi yang rendah pada anak sehingga melakukan upaya balas dendam, ataupun juga men-destroy yang lain, atau kita juga khawatir ini adalah bentuk suicide yang lain,” tandasnya.
Baca Juga: SMAN 72 Dijaga Ketat Pasca Ledakan, Polisi Dalami Motif Bullying
Diberitakan sebelumnya, ledakan terjadi di Masjid SMA 72 sesaat sebelum dilaksanakannya Salat Jumat, pada 7 November lalu. Puluhan siswa mengalami luka akibat insiden tersebut.
Diketahui, terduga pelaku merupakan salah seorang siswa yang selama ini mendapat perundungan dari rekan-rekannya. Ia melakukan peledakan akibat ingin membalaskan dendam.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Prediksi Cuaca Hari Ini 10 November 2025: Waspada Hujan & Petir di Sejumlah Kota
-
Pimpin Ziarah Nasional di TMPNU Kalibata, Prabowo: Jangan Sekali-sekali Lupakan Jasa Pahlawan
-
Ketua DPD Raih Dua Rekor MURI Berkat Inisiasi Gerakan Hijau Nasional
-
Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Jakarta Hari Ini, Senin 10 November 2025
-
Kondisi Terduga Pelaku Ledakan SMA 72 Jakarta Membaik Usai Operasi, Polisi Fokus Pemulihan
-
Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
-
Polemik Pahlawan Nasional: Soeharto Masuk Daftar 10 Nama yang akan Diumumkan Presiden Prabowo
-
Soeharto, Gus Dur, Hingga Marsinah Jadi Calon Pahlawan Nasional, Kapan Diumumkan?
-
Motif Pelaku Ledakan di SMAN 72: KPAI Sebut Dugaan Bullying hingga Faktor Lain
-
Siswa SMAN 72 Terapkan Pembelajaran Online 34 Hari untuk Redam Trauma Usai Ledakan