News / Nasional
Rabu, 12 November 2025 | 22:39 WIB
Pelaku penculikan anak di Mapolrestabes Makassar, Senin (10/11/2025).[SuaraSulsel.id/Lorensia Clara]
Baca 10 detik
  • Pendamping hukum menduga ada sindikat besar di balik penculikan Bilqis, bukan Suku Anak Dalam.
  • Bilqis, yang diculik dari Makassar, ditemukan selamat setelah dijual seharga Rp80 juta di Jambi.
  • Kecil kemungkinan Suku Anak Dalam mengadopsi, menguatkan dugaan mereka hanya dimanfaatkan oleh pelaku utama.

Suara.com - Wahida Baharuddin Upa, yang menjadi Pendamping Hukum Masyarakat Suku Anak Dalam, menyuarakan keprihatinan mendalam dan menduga kuat bahwa komunitas Suku Anak Dalam (SAD) hanyalah pihak yang dimanfaatkan dalam skema kejahatan ini.

Wahida secara kritis mempertanyakan informasi awal yang menyebut Bilqis ditemukan dan dititipkan kepada SAD.

Ia meragukan kemungkinan keterlibatan langsung komunitas tersebut sebagai pelaku adopsi ilegal, apalagi penculikan.

"Kami nggak tahu. Ini seperti sindikat sebenarnya. Tapi kan yang kasihannya adalah orang yang mengadopsi," ujar Wahida saat ditemui di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Rabu (12/11/2025).

Menurut analisisnya, pihak yang 'mengadopsi' Bilqis kemungkinan besar memiliki intensi baik untuk memiliki keturunan, namun terjebak dalam prosedur ilegal yang dirancang oleh sindikat.

Oleh karena itu, Wahida menekankan bahwa fokus penegakan hukum seharusnya menyasar pada aktor intelektual dan pelaku utama yang mendalangi penculikan dari lokasi awal.

"Sebenarnya yang patut dihukum adalah tentu adalah pelaku pertama. Pelaku utama ya dalam hal ini yang menculik dari tempat yang berada di lokasi penculikan itu," tegasnya.

Keraguan Wahida semakin menguat ketika ia mempertanyakan narasi adopsi oleh SAD.

"Sebenarnya informasi ditemukan di Suku Anak Dalam. Dititipkan. Tetapi apakah mereka yang mengadopsi itu ya kami juga belum tahu. Karena kan juga belum disampaikan secara tegas oleh kepolisian," jelasnya.

Baca Juga: Cermin Kasus Bilqis: 5 Pelajaran Pahit di Balik Drama Penculikan yang Mengguncang Indonesia

Ia juga menyoroti karakteristik sosial komunitas SAD yang secara umum memiliki banyak anak dan hidup komunal, sehingga kecil kemungkinan mereka membutuhkan adopsi dari luar.

"Setahu saya, Suku Anak Dalam itu rata-rata punya anak banyak. Nggak ada yang sedikit. Contoh Bang Fukar, anaknya 13. Jadi sangat kecil kemungkinan mereka mengambil dari luar," paparnya.

Berdasarkan fakta ini, Wahida menduga kuat kasus ini adalah tipu muslihat yang dirancang oleh para penculik.

Sebelumnya, pencarian tragis Bilqis yang diculik dari Makassar berakhir di pedalaman Jambi.

Korban ditemukan selamat setelah dijual seharga Rp80 juta kepada sebuah kelompok dalam komunitas Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Mentawak, Kabupaten Merangin.

Pengungkapan ini adalah buah kerja investigatif tim gabungan Polrestabes Makassar, Resmob Polda Jambi, dan Satreskrim Polres Kerinci.

Load More