-
- Tambakrejo makin tergerus abrasi, reklamasi, dan perubahan arus hingga menghancurkan mangrove dan tambak warga; kondisi makin parah sejak pembangunan sheet pile.
- Warga terus memulihkan pesisir lewat penanaman mangrove meski sering rusak; ekosistem ini penting karena menyimpan 17 persen potensi karbon biru dunia dan melindungi pesisir.
- Pendanaan karbon biru jadi peluang pemulihan dan pendapatan, tetapi hanya berhasil jika masyarakat menjadi pusat proyek, dilibatkan penuh, dan mendapat manfaat langsung.
Suara.com - Kawasan pesisir Tambakrejo di Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Gayamsari, Semarang, sudah lama hidup berdampingan dengan laut.
Namun dalam satu dekade terakhir, tekanan terhadap kawasan ini makin kuat, abrasi, reklamasi, dan perubahan arus laut kian merusak ekosistem mangrove yang selama ini menjadi benteng alami warga.
Secara geografis, posisi Tambakrejo memang rentan. Bagian utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa, sementara sisi timur dan barat diapit Sungai Banger, Banjir Kanal Timur, dan Sungai Mati.
Reklamasi yang berlangsung di kawasan tersebut memicu pengerukan tanah hingga sekitar 20 sentimeter per tahun. Tambak-tambak warga perlahan hilang diterjang laut.
Ketua Kelompok Pemanfaatan Lahan (KPL) Camar, Juraimi, menyaksikan perubahan itu sejak ia pindah ke Tambakrejo pada 1991.
“Dulu mangrove di sini lebat. Tapi abrasi dan reklamasi bikin satu per satu hilang. Tambak warga pun hilang karena air laut terus masuk,” ujarnya.
Kerusakan terbesar terjadi pada akhir 2024 hingga awal 2025, ketika pembangunan sheet pile tahap kedua mengubah arah gelombang dan menghantam kawasan mangrove di sisi timur.
“Kampung tidak lagi kena rob separah dulu, tapi gelombang sekarang memantul dan merusak mangrove,” kata Juraimi.
Upaya Warga Menyelamatkan Pesisir
Baca Juga: Berlangsung di GBK, Komunitas Telkom Runners Kampanye Peduli Mangrove
Meski tekanan alam terus datang, warga tidak berhenti berupaya. Sejak 2014, mereka memulai penanaman mangrove secara masif sebagai langkah pemulihan. Saat ini sekitar 1,5 hektare mangrove dewasa masih bertahan, sementara penanaman baru seluas 3 hektare terus dilakukan meski sering rusak diterjang musim baratan.
“Kami tetap menanam. Regenerasi harus tetap ada. Tapi kalau ombak datang, kami tidak bisa apa-apa,” ujar Juraimi.
Upaya warga seperti ini menjadi semakin penting dalam konteks global. Sejumlah data menunjukkan kawasan mangrove dan lamun Indonesia menyimpan sekitar 17 persen potensi karbon biru dunia, karbon yang diserap dan disimpan oleh ekosistem pesisir.
Rusaknya mangrove tidak hanya menghilangkan pelindung pesisir, tetapi juga berpotensi melepaskan karbon kembali ke atmosfer.
Peluang Pendanaan: Kredit Karbon Biru
Menurut Karizki Hadyanafi, Perencana di Bappenas, skema kredit karbon biru kini mulai didorong sebagai sumber pendanaan pelestarian yang lebih berkelanjutan. Jika dikelola sesuai standar internasional seperti Verra atau Plan Vivo, proyek rehabilitasi mangrove dapat menghasilkan kredit karbon yang dijual ke perusahaan domestik maupun global.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Sepatu Skechers Diskon hingga 50% di Sports Station, Mulai Rp300 Ribuan!
- Cek Fakta: Jokowi Resmikan Bandara IMIP Morowali?
- Ramalan Shio Besok 29 November 2025, Siapa yang Paling Hoki di Akhir Pekan?
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Foot Locker
- 3 Rekomendasi Sepatu Lari Hoka Terbaik Diskon 70 Persen di Foot Locker
Pilihan
-
OJK Selidiki Dugaan Mirae Asset Sekuritas Lenyapkan Dana Nasabah Rp71 Miliar
-
Pasaman: Dari Kota Suci ke Zona Rawan Bencana, Apa Kita Sudah Diperingatkan Sejak Lama?
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
-
Penjarahan Beras di Gudang Bulog Sumut, Ini Alasan Mengejutkan dari Pengamat
Terkini
-
Darurat Hukum Narkoba! Pemerintah 'Hidupkan' Lagi Pasal Lama, Ini Alasan di Baliknya
-
Tiga Bupati Aceh Kompak Angkat Tangan! Minta Bantuan Provinsi karena Bencana Sudah 'Di Luar Kendali'
-
Kala Hujan Tak Lagi Jadi Berkah, Mengurai Akar Masalah Banjir Sumatra
-
Misteri Kayu Gelondongan Hanyut saat Banjir Sumatera, Mendagri Tito Siapkan Investigasi
-
Ketua MPR: Bencana Sumatera Harus Jadi Pelajaran bagi Pemangku Kebijakan Soal Lingkungan
-
Ngerinya 'Tabrakan' Siklon Senyar dan Koto, Hujan Satu Bulan Tumpah Sehari di Aceh
-
IDAI Ingatkan: Dalam Situasi Bencana, Kesehatan Fisik hingga Mental Anak Harus Jadi Prioritas
-
Perempuan yang Dorong Petugas hingga Nyaris Tersambar KRL Ternyata ODGJ
-
DPR Desak Status Bencana Nasional: Pemerintah Daerah Lumpuh, Sumatera Butuh Penanganan Total
-
442 Orang Tewas, Pemerintah Masih Enggan Naikkan Status Sumatra Jadi Bencana Nasional