- PBB menobatkan Jakarta sebagai kota terpadat dunia pada 18 November 2025, dengan hampir 42 juta jiwa berdasarkan metode DEURB baru.
- Kepadatan Jakarta terbukti dari kerugian ekonomi kemacetan Rp100 triliun per tahun dan hanya 61% penduduk terlayani air bersih.
- Pemprov DKI mengatasi kepadatan melalui pengembangan transportasi massal terpadu dan pemanfaatan teknologi Jakarta Smart City.
"Data BPS kami kan, Jakarta itu 11 juta," paparnya belum lama ini.
Angka fantastis tersebut ternyata memang muncul karena metode penghitungan wilayah aglomerasi yang baru diterapkan PBB.
"Dihitung dari ini kan, Depok, Bekasi, kemudian Bogor," jelas Rano lagi.
Tapi, Suka Tidak Suka, Jakarta Memang Padat Penduduk
Terlepas dari jumlah penduduk Jakarta yang jauh dari penghitungan data PBB, nyatanya wilayah ibu kota tetap tergolong padat.
Hal itu sangat terlihat dari keseharian warga Jakarta, yang sebegitu sulitnya lepas dari masalah kemacetan.
Bahkan sempat terucap dari Rano Karno sendiri medio Agustus 2025, kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jakarta diperkirakan mencapai Rp100 triliun per tahun.
"Setara dengan 4 persen PDB Jabodetabek, atau 6 kali biaya pembangunan MRT fase pertama senilai Rp16 triliun," tuturnya.
Tingkat kepadatan Jakarta terlihat juga dari beban kebutuhan air bersih yang mencapai sekitar 43 ribu meter kubik per hari.
Baca Juga: Masalah Rumput JIS Tak Kunjung Usai, Erick Thohir: Itu Aset Pemda DKI
Hingga kini, hanya sekitar 61 persen penduduk Jakarta yang terlayani kebutuhan air bersih.
Sisanya, lebih dari 4 juta orang, bergantung pada pasokan air dari sumur bor, air tanah, atau tangki air yang harganya mahal dan kualitasnya sering tidak terjamin atau steril.
Yang tidak kalah penting, kualitas buruk udara hasil kombinasi emisi dari kendaraan bermotor dan industri ikut jadi cerminan tingkat kepadatan Jakarta.
Bahkan saat berita ini ditulis, data Indeks Kualitas Udara di Jakarta tercatat di angka 131, yang sudah masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Solusi Atasi Kepadatan Penduduk?
Pemprov DKI Jakarta bukan tanpa solusi untuk mengatasi kepadatan penduduk di wilayah mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
Parah! SEA Games 2025 Baru Dimulai, Timnas Vietnam U-22 Sudah Menang Kontroversial
-
Adu Gaji Giovanni van Bronckhorst vs John Heitinga, Mana yang Pas untuk Kantong PSSI?
-
5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Kebutuhan Produktivitas dan Gaming
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah Terbaru Desember 2025, Pilihan Wajib Gamer Berat dan Multitasker Ekstrem
-
Tak Sampai Satu Bulan, Bank Jakarta Klaim Salurkan 100 Persen Dana dari Menkeu Purbaya
Terkini
-
Pastikan Tak Ada Lagi Warga Ditahan Terkait Penjarahan di Sumut, Kapolri: Mereka Hanya Butuh Makanan
-
Pemda Tak Kuat Atasi Banjir Sumatra, DPR Dorong Pusat Ambil Alih Lewat Status Bencana Nasional
-
Legislator Gerindra Warning Kemenkeu: Haram Pangkas Dana TKD Daerah Terdampak Banjir Sumatra
-
Masih Terdampak Bencana, Seleksi Petugas Haji di Aceh, Sumbar, dan Sumut Ditunda
-
Gus Yahya Ancam Tempuh Jalur Hukum, Tak Rela Posisinya Direbut Kepentingan Sepihak
-
Akses Darat Mulai Normal, Bantuan Pangan Korban Banjir di Aceh Tamiang Dipercepat
-
Soal Dugaan Aliran Uang Rp100 Miliar ke PBNU, Gus Yahya Santai: Silahkan Diproses!
-
Banjir Dahsyat Sumut, Benarkah Ulah Korporasi Raksasa Asing dan Astra di Baliknya?
-
Belum Tetapkan Tersangka Kasus Kuota Haji, KPK Masih Tunggu Penyidik Pulang dari Arab Saudi
-
Akui Kerusakan Lingkungan Bikin Parah Banjir Sumatera, Pemerintah Turunkan Tim Investigasi