- Parlemen, melalui Sugiat Santoso, mendesak pemerintah pusat mengambil alih penanganan bencana di Sumatra.
- Skala bencana di tiga provinsi melampaui kapasitas Pemda, memerlukan intervensi pusat untuk pemulihan.
- Data BNPB per Rabu (3/12/2025) mencatat 810 korban tewas dan 612 orang hilang akibat musibah tersebut.
Suara.com - Di tengah masifnya dampak bencana banjir bandang dan longsor yang memorak-porandakan sejumlah wilayah di Sumatra, suara keras dari parlemen menggema, menyoroti ketidakmampuan pemerintah daerah (Pemda) dalam menangani krisis kemanusiaan yang terjadi.
Pemerintah pusat didesak untuk segera mengambil alih komando melalui penetapan status bencana nasional.
Seruan ini datang dari Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Sugiat Santoso, yang menilai bahwa skala bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat sudah jauh melampaui kapasitas pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota.
Menurutnya, tanpa intervensi langsung dari pusat, pemulihan infrastruktur hingga kondisi psikologis masyarakat akan berjalan lambat.
"Saya pikir pemerintah kabupaten, kota, pemerintah provinsi tidak cukup kuat untuk menanganinya ini sendiri. Perlu turun tangan langsung dari pemerintah pusat dan seluruh lembaga negara yang terkait ini seperti TNI-Polri," tegas Sugiat di Komplek Parlemen, Jakarta, Rabu (3/12/2025).
Pernyataan Sugiat bukan tanpa dasar. Setelah meninjau langsung beberapa lokasi paling parah, khususnya di Sumatra Utara, ia mengaku miris menyaksikan kondisi pascabencana.
Sebagai legislator yang berangkat dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sumut III, ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana wilayah-wilayah seperti Tapanuli Tengah, Sibolga, Tapanuli Selatan, dan Langkat berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Rabu (3/12/2025) sore mencatat korban tewas di tiga provinsi telah mencapai 810 jiwa, dengan 612 orang lainnya masih dinyatakan hilang.
"Kalau mencermati dari beberapa hari penanganan banjir di Sumatra, kita melihat bahwa memang di beberapa daerah kan situasinya sudah sangat memprihatinkan," katanya.
Baca Juga: Akses Darat Mulai Normal, Bantuan Pangan Korban Banjir di Aceh Tamiang Dipercepat
Lebih jauh, Sugiat mengungkap sebuah fakta yang mengkhawatirkan di lapangan. Ia menyebut masih ada belasan titik wilayah yang terendam banjir, namun belum tersentuh penanganan yang memadai dari pemerintah daerah.
Banyak warga, termasuk lansia, yang terjebak di rumah-rumah mereka tanpa evakuasi yang layak dan kekurangan pasokan kebutuhan paling mendasar.
"Apakah evakuasi korban, misalnya warga yang sudah tua ataupun terkait dengan kebutuhan pokok mereka seperti kebutuhan pangan, pakaian, dan lain sebagainya," ungkapnya, menggambarkan urgensi situasi.
Kondisi inilah yang menjadi landasan kuat bagi Sugiat untuk mendorong pemerintah pusat agar tidak ragu menetapkan status bencana nasional.
Baginya, status tersebut bukan sekadar label, melainkan sebuah 'kunci' untuk membuka jalan bagi mobilisasi sumber daya nasional secara penuh dan terpusat untuk memulihkan Sumatra. Tanpa status itu, pergerakan pemerintah pusat menjadi terbatas.
"Tapi kan ini tidak bisa dilakukan kalau status bencananya belum ditetapkan," katanya.
Berita Terkait
-
Kemendagri Perkuat Koordinasi Pemda untuk Pemulihan Pascabencana Sumatra
-
Akses Darat Mulai Normal, Bantuan Pangan Korban Banjir di Aceh Tamiang Dipercepat
-
Banjir Dahsyat Sumut, Benarkah Ulah Korporasi Raksasa Asing dan Astra di Baliknya?
-
Akui Kerusakan Lingkungan Bikin Parah Banjir Sumatera, Pemerintah Turunkan Tim Investigasi
-
Kenapa Tak Tetapkan Bencana Nasional untuk Banjir Sumatra? Pemerintah Ungkap Alasannya
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
Geger Isu Patrick Kluivert Dipecat Karena Warna Kulit?
-
Parah! SEA Games 2025 Baru Dimulai, Timnas Vietnam U-22 Sudah Menang Kontroversial
-
Adu Gaji Giovanni van Bronckhorst vs John Heitinga, Mana yang Pas untuk Kantong PSSI?
-
5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Kebutuhan Produktivitas dan Gaming
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah Terbaru Desember 2025, Pilihan Wajib Gamer Berat dan Multitasker Ekstrem
Terkini
-
Hasil DNA Kerangka Positif, Jenazah Alvaro Kiano akan Dimakamkan Besok
-
Awas Cuaca Ekstrem, DPR Minta Kemenhub hingga BMKG 'Kawin' Data Demi Mudik Nataru Aman
-
TOK! Hakim Djuyamto Cs Dibui 11 Tahun Gegara Jual Vonis Kasus CPO
-
Percepat Penanganan, Mendagri Ajak Pemda Bantu Daerah Terdampak Bencana
-
Puan Maharani Soal Bantuan Bencana Dilempar dari Heli: Jaga Martabat Korban
-
Gubernur Papua Tengah Meki Nawipa Gelontorkan Rp90 Miliar, 26 Ribu Siswa Kini Sekolah Gratis!
-
Mensos Ingatkan Instansi Pemerintah dan Swasta Harus Beri Kesempatan Kerja untuk Disabilitas
-
Pentingnya Pembangunan Berbasis Aglomerasi untuk Gerakkan Ekonomi Kawasan
-
Banjir Sumatra Penuh Kayu Gelondongan, DPR Panggil Menhut Besok, Buka Peluang Bentuk Pansus
-
Dua Karyawan PT WKM Dituntut 3,5 Tahun Bui Buntut Sengketa Lahan Tambang di Maluku Utara