Suara.com - Saat di banyak negara pejabat publik seperti anggota DPR identik dengan kemewahan, muncul anomali yang luar biasa.
Anggota parlemen (DPR) di Swedia tidak mendapatkan fasilitas khusus, termasuk dalam urusan transportasi harian.
Mereka hidup dan diperlakukan sama seperti rakyat yang mereka wakili: berdesakan di bus dan kereta umum.
Ini bukan pencitraan, melainkan sebuah budaya dan sistem yang sudah mengakar kuat di negara tersebut.
Di Swedia, kemewahan atau hak istimewa bukanlah bagian dari kamus seorang politisi. Tanpa mobil dinas atau supir pribadi, para menteri dan anggota parlemen Swedia bepergian dengan transportasi publik bersama warga lainnya.
"Tanpa mobil dinas atau sopir pribadi, para menteri dan anggota parlemen Swedia bepergian dengan bus dan kereta api yang penuh sesak, layaknya warga negara yang mereka wakili," demikian kutipan dari Mail and Guardian.
Bahkan, politisi yang nekat menghabiskan uang rakyat untuk naik taksi ketimbang transportasi massal bisa menjadi berita besar dan merusak citra. Juru bicara Parlemen pun hanya dibekali kartu untuk transportasi umum.
Dari seluruh pejabat tinggi negara, hanya ada satu orang yang berhak menggunakan mobil dinas permanen dari pasukan keamanan.
Siapa dia? Tentu saja Perdana Menteri.
Baca Juga: Ancaman Demo Besar 25 Agustus, Puan Maharani: Pintu DPR Terbuka Lebar, Silakan Datang
Ini menunjukkan betapa ketatnya aturan mengenai penggunaan fasilitas negara, bahkan untuk para wakil rakyat.
Fakta Menarik Fasilitas Pejabat Swedia
Untuk memberi gambaran lebih jelas, berikut adalah rincian fasilitas transportasi untuk para pejabat di Swedia:
- Hanya 3 Unit Mobil Dinas: Parlemen Swedia hanya memiliki tiga unit mobil Volvo S80.
- Penggunaan Terbatas: Mobil tersebut hanya boleh digunakan oleh ketua DPR dan tiga wakilnya untuk keperluan tugas resmi parlemen, bukan untuk antar-jemput ke rumah.
- Tidak Ada Sopir Pribadi: Konsep supir pribadi untuk pejabat hampir tidak dikenal di sana.
- Transportasi Publik Jadi Andalan: Kartu akses transportasi publik adalah "fasilitas" utama yang mereka terima.
Mengapa mereka memilih jalan ini? Jawabannya sederhana: untuk tetap membumi dan benar-benar memahami denyut nadi kehidupan masyarakat.
Seorang anggota DPR dari Partai Sosial Demokrat, Per-Arne Hakansson, menjelaskan filosofi ini dengan lugas.
"Kami ini tak berbeda dengan warga kebanyakan," ujar Hakansson seperti dikutip BBC News.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Motul Meriahkan Kustomfest 2025 dengan Peluncuran Produk Pelumas Terbaru
-
Penampakan Mobil Mercy Ringsek di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Milik Siapa?
-
5 Rekomendasi Motor Listrik Harga Mulai Rp6 Jutaan, Ramah Lingkungan dan Aman Digunakan saat Hujan
-
Pebalap Binaan Astra Honda Melesat di IATC Mandalika
-
Di Balik Juara HDRP di Kustomfest 2025: Kisah Drama Cat Gagal hingga Kru Patah Tulang
-
Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
-
Sensasi Jelajah Keindahan Lombok Bersama New Honda ADV160
-
Update Harga Mobil Honda Oktober 2025: Dari Brio hingga CR-V
-
Apakah Bensin untuk Tunggangan Pembalap MotoGP Sama dengan Motor Harian?
-
Pilihan Mobil Bekas 50 Jutaan di Surabaya, Bikin Kantong Aman!