- Campuran Pertamax dan bioetanol 5% ber-RON 95, aman untuk mayoritas mobil modern, namun berisiko pada mobil lawas.
- Etanol dapat menyerap air, merusak komponen karet/plastik, dan meninggalkan endapan yang mengganggu kinerja mesin.
- Gunakan bensin bebas etanol (E0) bila memungkinkan, tambahkan fuel stabilizer, dan ganti komponen dengan material tahan etanol.
Suara.com - Sejak diluncurkan pada 20 Juni 2023, Pertamax Green 95 langsung jadi bahan perbincangan. Bahan bakar ini merupakan campuran Pertamax dengan bioetanol 5% (E5) yang berasal dari tebu.
Pertamina mempromosikannya sebagai BBM ramah lingkungan dengan RON 95, lebih tinggi dari Pertamax biasa.
Secara teori, oktan tinggi membuat pembakaran lebih sempurna dan emisi lebih rendah. Tapi, apakah aman untuk semua mobil, terutama motuba alias mobil tua bangka?
Risiko Etanol untuk Mesin Lawas
Ilustrasi Toyota AE86, sebagai contoh mobil tua. (Drive Place)
Menurut My Auto Experts, mesin mobil buatan sebelum tahun 2000 umumnya dirancang untuk bensin murni tanpa etanol.
Penambahan etanol bisa memicu beberapa masalah serius:
1. Menyerap Air
Etanol mudah menarik uap air dari udara. Air yang bercampur di tangki atau saluran bahan bakar bisa menyebabkan mesin misfire, mati mendadak, hingga memicu karat dan korosi pada pompa bensin atau karburator.
2. Merusak Karet dan Plastik
Seal, gasket, selang, dan komponen plastik pada mesin lama biasanya tidak tahan etanol. Kontak terus-menerus dapat membuatnya retak, mengembang, atau bocor.
Baca Juga: Intip Motuba Eks Menkeu Sri Mulyani saat Jadi Pejabat 2004, Kini Lebih Murah dari Yamaha XMAX
3. Meninggalkan Endapan Lengket
Campuran etanol yang mengendap bisa membentuk lapisan lengket di karburator atau injektor, menyumbat aliran bahan bakar dan membuat mesin brebet.
Rekomendasi Bahan Bakar untuk Mobil Klasik
Slashgear menegaskan, “Bahan bakar terbaik untuk mobil klasik adalah bensin bebas etanol (E0) dengan oktan tinggi, seperti 91 atau lebih.”
Etanol, bahkan pada kadar 10%, bisa menggerogoti logam, melunakkan karet, menarik air, dan menurunkan tenaga.
Tapi agak beda ceritanya dengan bensin dengan kadar etanol terendah yang tersedia (E5 atau E10), ditambah octane booster atau ethanol stabilizer jika perlu, terutama sebelum penyimpanan jangka panjang.
Campur E0 dan E10, Aman atau Tidak?
Menurut Carxplorer, mencampur E0 dan E10 akan menghasilkan campuran di antaranya, misalnya setengah tangki E0 dan setengah E10 menjadi E5.
ECU mobil modern bisa menyesuaikan perbedaan ini tanpa masalah berarti. Namun, untuk mobil klasik atau mesin kecil yang idealnya hanya minum E0, sebaiknya hindari pengisian penuh dengan E10.
Jika terlanjur, habiskan segera atau kuras tangki sebelum disimpan lama.
E5 vs E10: Mana Lebih Aman?
Autohangar menyebut, lebih dari 90% mobil yang diproduksi sejak 2011 sudah kompatibel dengan E10.
Namun, pengujian menunjukkan bahwa E5 cenderung lebih stabil: penguapan lebih rendah, tidak ada tanda korosi, dan umur simpan lebih panjang, bahkan tanpa fuel stabilizer. Artinya, untuk karburator atau mesin lama, E5 relatif lebih aman dibanding E10.
E5 (atau di Indonesia contohnya adalah Pertamax Green 95) aman untuk mayoritas mobil modern, termasuk yang diproduksi sejak 2011, seperti diklaim banyak pabrikan.
Namun, untuk motuba atau mobil klasik (buatan tahun 2000 atau lebih tua), risiko tetap ada. Etanol bisa mempercepat kerusakan komponen karet/plastik, memicu korosi, dan meninggalkan endapan.
Jika Anda pemilik mobil lawas, pertimbangkan untuk:
- Menggunakan bensin bebas etanol (E0) bila tersedia.
- Memakai fuel stabilizer dan membersihkan sistem bahan bakar secara berkala.
- Mengganti komponen karet/plastik dengan material tahan etanol.
Dengan langkah pencegahan ini, Anda bisa meminimalkan risiko dan tetap menjaga mesin klasik tetap sehat, meski sesekali harus mengisi BBM campuran etanol.
Berita Terkait
-
Intip Motuba Eks Menkeu Sri Mulyani saat Jadi Pejabat 2004, Kini Lebih Murah dari Yamaha XMAX
-
5 Rekomendasi Mobil Turbo Murah September 2025, Cocok Buat Harian dan Gaya
-
5 Rekomendasi Mobil Tua Irit BBM yang Cocok untuk Harian, Harganya Mulai 20 Jutaan
-
Bahaya Efek Salah Isi Bensin Pada Mobil Diesel dan Cara Tepat Mengatasinya
-
5 Rekomendasi Mobil Harga Rp60 Jutaan September 2025: Awet, Cocok untuk Persiapan Krisis Ekonomi
Terpopuler
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Patrick Kluivert Senyum Nih, 3 Sosok Kuat Calon Menpora, Ada Bos Eks Klub Liga 1
Pilihan
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
Terkini
-
Potret Kawasaki J300: Ninja Versi Matik Siap Guncang Pasar, Harganya Bikin Dompet Bergetar
-
Chery Akui Masih Studi Soal Bangun Pabrik Sendiri di Indonesia
-
Menperin: Insentif Mobil Listrik Impor Dihentikan
-
Update Harga Suzuki Karimun Bekas di September 2025: Modal Nongkrong atau Cuma Bikin Pusing?
-
Lupakan BYD Atto 1, Honda Rilis Mobil Listrik Mungil dengan Fitur Canggih
-
Penjualan Mobil Indonesia Januari hingga Juli 2025 Turun 125.000 Unit Dibanding Dua Tahun Lalu
-
5 Mobil Bekas di Bawah Rp100 Juta untuk Pensiunan PNS: Irit dan Anti Rewel
-
Suzuki Jepang Rilis Status "End of Production", Nasib GSX 150 di Indonesia Gimana?
-
Wuling Air ev: Sentuhan Modern dan Inovasi Mobilitas Perkotaan
-
5 Tipe Mobil Bekas Toyota Avanza yang Masih Jadi Incaran Karena Harga Stabil Dan Irit