Suara.com - Tak ada yang meragukan kehebatan tangan dingin seorang Richard Mainaky dalam mencetak para juara di sektor ganda campuran Indonesia.
Berbagai gelar bergengsi mulai dari All England hingga Olimpiade yang diraih para pasangan ganda campuran Indonesia merupakan buah gemblengan pria kelahiran Ternate, Maluku Utara ini.
Namun, siapa sangka Richard Mainaky sempat merasakan beragam lika-liku kehidupan.
Sebelum bertranformasi menjadi pelatih yang disegani dunia, kakak dari legenda bulutangkis Rexy Mainaky itu sempat berprofesi sebagai debt collector alias penagih hutang.
Semua berawal setelah Richard memutuskan pensiun sebagai pebulutangkis dan keluar dari Pelatnas PBSI pada 1994 silam.
Richard Mainaky yang memang kurang bersinar saat berkarier sebagai pemain, memilih menjadi pelatih di klubnya dulu, PB Tangkas.
Asyik berkarier sebagai pelatih, Richard kemudian mendapat tawaran dari sang paman yang saat itu berporfesi sebagai debt collector.
Awalnya dia hanya iseng. Namun, lama-kelaman Richard menikmati pekerjaan sampingannya itu.
"Saat itu ada waktu cukup banyak, jadi kebetulan om saya banyak yang kerja seperti debt collector, dari Maluku kan banyak memang ya," kata Richard Mainaky saat ditemui Suara.com di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur, Senin (18/2/2019).
Baca Juga: Senggolan Motor, Pebalap Nasional M Zaki Meninggal Ditikam
"Saya tak tahu juga kok menyenangkan ya (jadi debt collector). Saya ingin coba sekali-sekali. Jadi satu kali mencoba, pergi, saya disuruh nagih, berhasil. Kedua kali saya nagih lagi berhasil," Richard Mainaky menambahkan.
Perubahan Hidup
Sekitar tahun 1996, sebuah telepon telah mengubah jalan hidup Richard Mainaky. Panggilan telepon tersebut datang dari mantan pelatihnya di Pelatnas, Christian Hadinata.
Saat itu Richard Mainaky sedang mempertimbangkan tawaran untuk kembali menagih hutang. Kali ini dengan jumlah yang lebih wah.
Tapi, ajakan Christian Hadinata yang memintanya untuk bergabung kembali ke Pelatnas PBSI sebagai staf kepelatihan, membuatnya bimbang.
Posisinya yang saat itu baru menikah, membuat Richard memilih berdiskusi lebih dulu dengan sang istri, Meike Paruntu Mainaky.
"Lalu saat ada tawaran (untuk menagih hutang) lebih besar lagi, kebetulan Koh Chris—sapaan akrab Christian—juga menawarkan saya sebagai pelatih," ujar Richard.
"Saat ditelepon Koh Chris, dia bilang pikirkan (tawaran melatih ini) 2 hingga 3 hari. Waktu itu posisi saya baru menikah, saya berpikir bagaimana ya, lalu istri saya bilang, 'Lebih baik kamu melatih saja'. Ya sudah saya terima ajakan Koh Chris," ungkap Richard Mainaky.
Richard mengakui jika ajakan Christian Hadinata sangat berarti dalam hidupnya. Jika ajakan ke Pelatnas tak pernah datang, pria 54 thun itu tak yakin apakah dirinya bisa seperti sekarang.
"Jadi debt collector sebenarnya memang tidak bagus juga sih, tapi itu bumbu-bumbu hidup bagi saya," tutur Richard.
"Makanya saya pikir beruntung juga saya bisa ke sini (jadi pelatih di Pelatnas PBSI), dipanggil sama Koh Chris," tukas Richard Mainaky.
Buah Tangan Dingin
Ditahun pertamanya bergabung kembali ke Pelatnas PBSI pada 1997 silam, Richard Mainaky tak langsung diberikan jabatan pelatih.
Dirinya lebih dulu menjadi asisten pelatih Imelda Wiguna yang saat itu memegang dua sektor, ganda putri dan campuran.
Berselang dua tahun, barulah Richard diberi mandat penuh sebagai pelatih oleh Christian Hadinata, yang saat itu menjabat sebagai kepala sub bidang pembinaan PBSI.
Hasilnya luar biasa, Richard Mainaky sukses membawa duet Tri Kusharjanto/Minarti Timur meraih medali perak Olimpiade 2000 Sydney.
Sejak saat itu yang kita tahu mengenai Richard Mainaky adalah sejarah. Ya, berkat tangan dinginnya, sektor ganda campuran terus-menerus membuahkan prestasi bagi Indonesia.
Setelah era keemasan Tri/Minarti berakhir, Richard Mainaky terus mengorbitkan pasangan ganda campuran hebat lainnya.
Sebut saja Nova Widianto/Liliyana Natsir yang meraih medali perak Olimpiade 2008 Beijing, serta Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang sukses meraih tiga kali All England beruntun, Kejuaraan Dunia, serta medali emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro.
Tag
Berita Terkait
-
Raih 16 Gelar, PB Djarum Juara Umum Muria Cup Sirnas C 2025
-
Saling Sindir, Sarwendah Dituding Ingin Rusak Citra Ruben Onsu
-
Salah Alamat? Kronologi Lengkap Debt Collector Datangi Rumah Sarwendah Cari Mobil Mewah Mantan Suami
-
Pengacara Ruben Onsu Curiga soal Koar-Koar Sarwendah: Ingin Bikin Klien Kami Terlihat Miskin
-
Bantah Ruben Onsu Nunggak Cicilan, Pengacara: Uang Bulanan Sarwendah Rp200 Juta Tak Pernah Telat
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Hajar Ganda Korsel, Cerita Putra/Daniel usai Berhasil Juarai IIC 2025
-
Thalita Ramadhani Tak Menyangka Bisa Juara IIC 2025, Jadi Modal Berharga Hadapi Scottish Open
-
Sukses Juarai IIC 2025, Prahdiska Bagas Shujiwo Kini Alihkan Fokus ke SEA Games
-
Raih 16 Gelar, PB Djarum Juara Umum Muria Cup Sirnas C 2025
-
Diledek Juara yang Membosankan, Islam Makhachev Berani Hajar Ilia Topuria?
-
Hancurkan Della Maddalena, Islam Makhachev: Buka Pintu White House, Saya Datang!
-
Perjuangan Maksimal Gregoria Mariska Meski Gagal Juara Kumamoto Masters 2025
-
Didukung Perpani, MilkLife Archery Challenge Seri 2 Alami Lonjakan Peserta 50 Persen
-
Ribuan Peserta Padati GBK! Indonesia Domino Tournament 2025 Resmi Bergulir Meriah
-
Jawaban Polos 'Bocah Ajaib' Arimbi Mengapa Pilih Posisi sebagai Opposite