Suara.com - Banyak negara di Eropa dan Amerika Utara memiliki kebiasaan mengirim sampah daur ulang ke negara-negara berkembang di Asia Timur. Selain murah, pengiriman sampah itu akan memberikan ruang lebih di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Tetapi dalam upaya untuk melawan kebiasaan ini, Malaysia mengirim kembali 150 kontainer berisi sampah daur ulang ilegal yang dikirim ke sejumlah negara maju.
Tercatat sejak Oktober 2019, kementerian lingkungan hidup Malaysia telah "memulangkan" 150 kontainer dengan sekitar 3.737 metrik ton limbah plastik, yang secara ilegal dibawa oleh negara-negara maju ke Malaysia.
"Kami tidak ingin menjadi tempat sampah dunia. Latihan repatriasi tidak memiliki implikasi biaya apapun kepada pemerintah. Biaya dapat ditanggung oleh eksportir atau oleh perusahaan pelayaran. Ini adalah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Malaysia," ucap Yeo Bee Yin, Menteri Lingkungan dan Sains Malaysia, seperti dikutip dari IFL Science.
Sebanyak 43 kontainer dikirim kembali ke Perancis, 42 ke Inggris, 17 ke Amerika Serikat, 11 ke Kanada, dan sejumlah lainnya dikirim ke Spanyol, Hong Kong, Singapura, dan Jepang.
Selanjutnya, sebanyak 110 kontainer dijadwalkan akan dikirim kembali pada pertengahan 2020, di mana 60 kontainer di antaranya akan dikirim ke Amerika Serikat.
Malaysia bukan satu-satunya yang mengambil tindakan. Indonesia, Filipina, dan sejumlah negara Asia Timur lainnya telah mengembalikan limbah yang tidak diinginkan selama setahun terakhir.
Dalam salah satu langkah terbesar, China memperkenalkan kebijakan pada awal tahun 2018 yang secara permanen melarang impor sebagian besar sampah plastik. Pada saat itu, China adalah importir terbesar limbah plastik.
Tindakan keras China terhadap impor limbah plastik berpotensi mengakibatkan jutaan ton sampah plastik terlantar, menurut sebuah studi dalam jurnal Science Advances.
Baca Juga: Ilmuwan Australia Ciptakan Virus Corona, Wabah Coronavirus Bisa Dihentikan?
Sebagian akibat dari larangan itu, kota-kota di seluruh Amerika Serikat dan di tempat lain kewalahan dengan sampah plastik mereka sendiri, yang akhirnya menumpuk tinggi di TPA.
Berita Terkait
-
Wabah Virus Corona Sampai di Malaysia, 7 Orang Positif
-
Kalah dengan Malaysia, Jokowi Sebut Tingkat Literasi Keuangan RI Rendah
-
Turis China Ngamuk Ogah Screening Virus Korona, Satu Bandara Geger
-
70 Kontainer Sampah Ditemukan di Tanjung Priok, Dedi Mulyadi Gebrak Meja
-
Miris, Partikel Sampah Plastik Ditemukan dalam Telur Ayam di Jawa Timur
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Mobil Bekas yang Lebih Murah dari Innova dan Fitur Lebih Mewah
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
Tier List Pet Game Grow A Garden Desember 2025: Hadirkan Mutasi dan Panen Terbaik
-
5 Rekomendasi Smartwatch yang Bisa WhatsApp, Harga Mulai Rp300 Ribuan
-
8 Cara dan Prompt AI Membuat Video Renovasi Rumah Berantakan Jadi Rapi
-
Registrasi Kartu SIM Pakai Face Recognition Tuai Keraguan Publik, Isu Keamanan Data Jadi Sorotan
-
5 Tablet Murah untuk Anak SMP Awet, Mulai Rp1 Jutaan Nyaman untuk Belajar
-
Tren Stiker LINE 2025: Emosi, Humor, dan Karya Lokal Jadi Raja Percakapan Digital
-
Infinix Siapkan Note Edge, HP Midrange Layar Lengkung yang Siap Guncang Pasar Indonesia
-
HP Murah Tecno Camon 50 Lolos Sertifikasi di Indonesia, Baterai Makin Jumbo
-
Registrasi SIM Pakai Face Recognition Mulai 2026, Solusi Keamanan atau Ancaman bagi Konter Pulsa?
-
Amazfit Active Max Debut: Baterai Tahan 25 Hari, Usung Layar AMOLED 3.000 Nits