Di Prancis, Philippe Gautret dan koleganya melakukan uji klinis hidroksiklorokuin untuk indikasi COVID-19 secara open-label (peneliti dan pasien mengetahui obat diujicobakan pada tubuh pasien) dan tanpa acak pada pada 36 orang. Sebanyak 26 pasien terdaftar dalam kelompok pengobatan, sedangkan 16 orang dalam kelompok kontrol.
Kelompok pengobatan minum 200 mg hidroksiklorokuin sulfat tiga kali sehari selama 10 hari. Enam pasien juga diberi azitromisin (obat antiinfeksi bakteri) selama lima hari (500 mg/hari) pada hari pertama, diikuti 250 mg/hari selama 4 hari berikutnya.
Hasilnya menunjukkan adanya hasil positif penggunaan hidroksiklorokuin baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan azitromisin. Para pasien menunjukkan negatif SARS-CoV-2 pada hari keenam. Namun, temuan ini masih sangat dini dan hanya dilakukan pada subjek terbatas. Philippe sendiri menyarankan untuk menelitinya lebih lanjut terkait hal ini.
Jianjun Gao dan koleganya dari Departemen Farmakologi Qingdao University China juga melaporkan penggunaan klorokuin pada 100 pasien lebih yang terkena Covid-19 di China.
Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang diberi pengobatan klorokuin fosfat lebih unggul daripada kelompok tanpa diberi klorokuin dalam menghambat memburuknya pneumonia (radang paru-paru), memperbaiki gambaran CT-scan paru, menghasilkan pengurangan virus, dan memperpendek durasi penyakit.
Riset Gao ini memberikan harapan pada penanganan Covid-19. Namun, data yang diperoleh dalam penelitian tersebut tidak dapat kami pelajari lebih lanjut karena detail protokol dan hasil penelitian dipublikasi masih menggunakan bahasa Mandarin.
Saat ini, uji klinis fase I (uji obat pertama kali pada manusia untuk menentukan keamanan obat) hidroksiklorokuin untuk indikasi infeksi Covid-19 sedang didaftarkan di National Institute of Health Amerika Serikat.
Uji klinis ini akan menilai efektivitas penggunaan hidroksiklorokuin sebagai obat pencegahan penularan Covid-19 bagi orang berisiko tinggi seperti tenaga kesehatan yang berinteraksi dengan pasien Covid-19. Riset yang disponsori oleh Universitas Oxford direncanakan mulai Mei 2020 selama 100 hari.
Selain itu di China sedang berjalan setidaknya 23 uji klinik pada pasien Covid-19 untuk membuktikan kemanjuran dan keamanan obat tersebut. Hasilnya kemungkinan akan dipublikasikan dalam waktu dekat.
Baca Juga: Urine Negatif Narkoba, Polisi Periksa Darah dan Rambut Aurelia
Efek yang merugikan
Selain dapat menyembuhkan beberapa penyakit, klorokuin memiliki efek merugikan bagi pasien yang minum obat ini. Namun karena masyarakat telah menggunakan obat ini cukup lama, klinisi mampu memprediksi, memantau, dan mengatasi efek merugikan dari obat ini.
Obat ini diketahui memiliki indeks terapi yang sempit, artinya konsentrasi obat untuk menghasilkan efek terapi sangat berdekatan dengan konsentrasi obat untuk menghasilkan efek toksik/beracun.
Berikut ini beberapa efek membahayakan dari klorokuin/hidroksiklorokuin:
- Gangguan pada otot jantung dan memperparah kondisi pasien dengan riwayat penyakit jantung.
- Gangguan pada pergerakan otot: kepayahan bergerak hingga kekakuan, kejang berlanjut, dan gerakan menyentak tidak teratur.
- Kerusakan retina hingga kebutaan yang muncul pada penggunaan dalam jangka waktu lama (lebih dari 5 tahun) dan dosis tinggi.
- Adanya kemungkinan interaksi yang berbahaya antara klorokuin dengan obat lain seperti antibotik, antimuntah dan antidepesan.
Karena itu, penggunaan klorokuin harus dilakukan dengan monitoring yang ketat seperti pemeriksaan darah, uji serum elektrolit, uji fungsi hati dan ginjal, uji fungsi mata, serta EKG untuk mengetahui fungsi jantung.
Dengan kata lain, penggunaan obat ini sangat tidak dianjurkan untuk pengobatan mandiri tanpa pengawasan ketat dari dokter, apoteker, perawat, atau tenaga kesehatan lainnya.
Berita Terkait
-
Senggol Terus Ijazah Jokowi dan Gibran, Apa Latar Belakang Pendidikan Roy Suryo?
-
Titiek Soeharto Angkat Bicara Soal Jokowi Dukung Prabowo-Gibran 2 Periode: Ada Apa?
-
Politisi PSI Bela Jokowi Soal Tuduhan Absen di Sidang Umum PBB, Singgung Masa Pandemi
-
Beda Kasus Ijazah Jokowi vs Gibran: Bapak-Anak Terus Disentil Geng Roy Suryo dan Dokter Tifa
-
Intip Riwayat Pendidikan 3 Menantu Jokowi, Siapa Paling Mentereng?
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
-
Dokter Tifa Kena Malu, Kepala SMPN 1 Solo Ungkap Fakta Ijazah Gibran
-
Penyebab Rupiah Loyo Hingga ke Level Rp 16.700 per USD
-
Kapan Timnas Indonesia OTW ke Arab Saudi? Catat Jadwalnya
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
Terkini
-
Remaja Main Game Lebih Lama dari Waktu Sekolah, Pakar Ingatkan Resiko
-
Biodata Kioway, Esports Asal Rusia yang Bersinar di Mobile Legends
-
Fujifilm Instax Mini Evo Gentle Rose Hadir ke Indonesia, Kamera Instan Harga Rp 3 Juta
-
Realme 15 5G dan 15 Pro 5G Masuk Indonesia 8 Oktober, Intip Spesifikasinya
-
20 Kode Redeem MLBB 25 September: Dapatkan Skin Summer Spark dan Hadiah Blazing Summer Sekarang!
-
Kapan iPhone 18 Dirilis? Ini Estimasi Harga dan Inovasi Terbarunya
-
20 Kode Redeem FC Mobile 25 September: Klaim Hadiah Golden Transfer, Langsung Masuk ke Akunmu
-
Itel S26 Ultra Resmi ke Indonesia, HP Murah Harga Rp 2 Jutaan
-
7 Misteri Sinkhole di Dunia, Indonesia Pernah Mengalami Sebelum Bangkok
-
20 Kode Redeem FF Hari Ini 25 September 2025: Klaim Hadiah Cyber Clash Sebelum Kehabisan!