Suara.com - Tidak ada yang dapat memastikan perkembangan virus Corona (Covid-19) di masa depan. Namun, para ilmuwan percaya bahwa Covid-19 akan hilang dalam waktu dekat.
Ketika vaksin sudah tersedia dan penyakit ini akan ditambahkan ke kelompok penyakit menular, yang dikenal sebagai endemik dalam populasi manusia. Penyakit endemik merupakan penyakit yang terus-menerus ada di suatu daerah tertentu dan tidak menyebar dengan cepat ke daerah lainnya.
Dengan penyebaran penyakit di seluruh dunia yang meningkat lagi, tampaknya tidak mungkin bahwa tindakan yang tersedia saat ini dapat melakukan lebih dari mengendalikan penyebaran itu.
Ini akan terjadi jika lokasi tertentu mencapai kekebalan populasi. Ketika cukup banyak orang menjadi kebal terhadap suatu penyakit, baik melalui vaksinasi atau infeksi alami, penyebarannya mulai melambat dan jumlah kasus berangsur-angsur menurun.
Namun, bukan berarti akan hilang seketika atau seluruhnya. Di luar daerah manapun dengan kekebalan populasi, mungkin ada banyak lokasi yang masih memiliki cukup individu yang rentan untuk terus ditularkan. Tidak ada ukuran isolasi yang kuat sehingga dapat sepenuhnya menghentikan interksi manusia antar wilayah.
Ada kemungkinan juga bahwa penyebaran infeksi pada akhirnya akan stabil pada tingkat yang konstan sehingga infeksi tersebut muncul di populasi setiap saat. Mungkin pada tingkat yang relatif rendah, dan terkadang dapat diprediksi. Hal inilah yang dimaksud para ahli sebagai endemik.
Beberapa infeksi secara aktif menyebar hampir di mana-mana, tetapi kebanyakn infeksi endemik berada di bagian wilayah tertentu.
Hal ini dapat terjadi bila pengendalian yang efektif berhasil menghilangkan infeksi di tempat lain atau karena kondisi yang diperlukan untuk penularan yang efektif hanya dapat ditemukan di lokasi tertentu. Sebagai contoh adalah kasus malaria, DBD, atau infeksi lain yang ditularkan oleh nyamuk.
Secara teori, suatu infeksi menjadi endemik jika rata-rata setiap individu yang terinfeksi menularkannya ke satu orang lainnya. Dengan kata lain, ketika angka reproduksi (R) = 1. Sebagai perbandingan, selama epidemi ketika penyebaran penyakit meningkat, R lebih dari 1 dan ketika penyebaran menurun melalui tindakan pengendalian atau kekebalan populasi, R menjadi kurang dari 1.
Baca Juga: Ilmuwan Unggah Video Musik dari Genom Covid-19
Dalam praktiknya, ada sejumlah pola yang dapat diamati pada penyakit endemik. Beberapa mungkin ada pada tingkat rendah sepanjang tahun, sementara yang lain mungkin menunjukkan periode penularan yang lebih tinggi diselingi dengan periode penularan rendah. Ini mungkin terjadi jika faktor musiman memengaruhi seberapa banyak kontak yang dilakukan antar individu, seberapa rentan mereka terhadap penyakit, atau organisme lain yang menyebarkannya seperti serangga.
Meski begitu, para ilmuwan masih belum tahu berapa lama kekebalan dari infeksi Covid-19 akan bertahan atau seberapa baik vaksin akan melindungi manusia. Tetapi virus Corona lain yang endemik pada populasi manusia, seperti virus yang menyebabkan pilek, hanya memberikan kekebalan sementara sekitar satu tahun.
Poin penting lainnya adalah orang-orang dengan kekebalan tubuh jarang tersebar secara merata di seluruh populasi atau negara. Pasti di dalam kasus Covid-19 terdapat daerah yang penularannya lebih intensif.
Dilansir dari IFL Science, Rabu (21/10/2020), bagaimana para ahli menangani Covid-19 setelah menjadi endemik pun akan bergantung pada seberapa baik vaksin dan perawatan yang ditawarkan.
Jika dapat melindungi individu dari gejala yang paling parah, infeksi akan dapat ditangani. Covid-19 kemudian akan menjadi seperti beberapa penyakit lain yang umum ditemukan atau dialami banyak orang selama hidup.
Bergantung pada apakah kekebalan bersifat permanen atau sementara, para ahli mungkin memerlukan pembaruan vaksin tahunan untuk melindungi semua orang atau dapat dikontrol dengan vaksinasi pada usia tertentu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Mobil Bekas yang Lebih Murah dari Innova dan Fitur Lebih Mewah
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
51 Kode Redeem FF Terbaru 31 Desember 2025, Ada Skin XM8 dan Hadiah Tahun Baru Gratis
-
23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 31 Desember 2025, Klaim Hadiah Tahun Baru Gratis!
-
Tier List Pet Game Grow A Garden Desember 2025: Hadirkan Mutasi dan Panen Terbaik
-
5 Rekomendasi Smartwatch yang Bisa WhatsApp, Harga Mulai Rp300 Ribuan
-
8 Cara dan Prompt AI Membuat Video Renovasi Rumah Berantakan Jadi Rapi
-
Registrasi Kartu SIM Pakai Face Recognition Tuai Keraguan Publik, Isu Keamanan Data Jadi Sorotan
-
5 Tablet Murah untuk Anak SMP Awet, Mulai Rp1 Jutaan Nyaman untuk Belajar
-
Tren Stiker LINE 2025: Emosi, Humor, dan Karya Lokal Jadi Raja Percakapan Digital
-
Infinix Siapkan Note Edge, HP Midrange Layar Lengkung yang Siap Guncang Pasar Indonesia
-
HP Murah Tecno Camon 50 Lolos Sertifikasi di Indonesia, Baterai Makin Jumbo