Suara.com - Kelompok ilmuwan menemukan seekor jerapah kerdil dengan kaki yang lebih pendek, saat sedang melakukan survei fotografi terhadap populasi Jerapah di Taman Nasional Air Terjun Murchison, Uganda.
Tak hanya itu, saat melakukan pekerjaan serupa di Namibia, para ahli melihat jerapah liar kedua dengan kelainan morfologi serupa.
Para ilmuwan yakin, kedua jerapah dipengaruhi oleh kondisi yang mirip dengan displasia kerangka. Istilah umum untuk kondisi yang mempengaruhi panjang tungkai termasuk dwarfisme.
Makalah penelitian tim ilmuwan tersebut adalah yang pertama mendeskripsikan jerapah dengan kondisi kerdil ditemukan di alam liar.
Jerapah umumnya memiliki tinggi rata-rata 4,6 hingga 6,1 meter. Namun, mengukur jerapah liar adalah tugas yang tidak mudah bagi manusia karena dapat mengganggu.
Mengatasinya, dikembangkan metode pengukuran yang disebut fotogrametri. Teknik tersebut menggunakan pengintai laser untuk mengukur jarak antara fitur yang diinginkan.
Dengan mengukur jarak antara piksel digital pada foto dan membandingkannya dengan ukuran sebenarnya, para ilmuwan dapat memberikan pengukuran akurat dari foto hewan besar, termasuk jerapah.
Membandingkan data morfometri ini, para ahli dapat menetapkan bahwa dua jerapah yang tampak kerdil memang berbeda secara signifikan, dari rata-rata tinggi badan setiap populasi jerapah.
Jerapah di Uganda memiliki phalanx (segmen paling bawah dari kaki) yang kira-kira sama panjangnya dengan rekan-rekan jerapah lainnya. Bagian kaki jerapah di Namibia sangat pendek dengan masing-masing berukuran 21,1 dan 15,8 sentimeter.
Baca Juga: Ilmuwan: Bumi Beputar Lebih Cepat dalam 50 Tahun Terakhir
Menariknya, jerapah Uganda memiliki perawakan pendek dengan panjang leher sedikit lebih panjang dari jerapah dewasa, dengan panjang hampir 1,5 meter. Namun, jerapah Namibia memiliki ukuran leher di bawah rata-rata.
Para ilmuwan mengatakan, ini adalah pertama kalinya jenis displasia kerangka ditemukan pada jerapah liar.
Setelah berdiskusi dengan beberapa anggota komunitas kebun binatang, hal ini juga tidak terjadi pada hewan di penangkaran.
Fakta bahwa para ilmuwan tidak dapat menemukan anggota komunitas ilmiah dan kebun binatang yang pernah melihat hal ini pada jerapah sebelumnya, menunjukkan bahwa kondisi itu mungkin sangat langka.
"Sulit mengatakan secara pasti mengapa kedua hewan ini tidak menumbuhkan kaki panjang yang menjadi ciri khas jerapah, tetapi kami berspekulasi bahwa displasia kerangka ini mungkin terkait dengan beberapa kelainan genetik karena munculnya displasia kerangka sering kali berakar pada etiologi molekuler," kata Michael B Brown, ahli biologi konservasi dengan Giraffe Conservation Foundation, seperti dikutip IFL Science, Kamis (7/1/2021).
Sebelumnya, populasi jerapah di Taman Nasional Air Terjun Murchison, Uganda, mengalami penurunan populasi signifikan pada akhir tahun 1980-an akibat kerusuhan sipil dan perburuan.
Namun, populasi telah meningkat pesat sejak saat itu dengan perkiraan saat ini lebih dari 1.500 jerapah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
NVIDIA Suntik Puluhan Triliun Rupiah, Harga Saham Intel Langsung Meroket
-
Redmi Pad 2 Pro: Bocoran Spesifikasi Gahar, Baterai 12.000 mAh, Siap Meluncur Minggu Depan?
-
Tencent Tuduh Sony Memonopoli Game usai Digugat, Sebut Horizon Tidak Orisinal
-
Telkomsel Pertajam Kepiawaian Generasi Muda Manfaatkan Teknologi AI lewat IndonesiaNEXT Summit 2025
-
55 Kode Redeem FF Terbaru 19 September 2025: Ada Skin Scar, XM8, dan Diamond
-
GoTo Kantongi Rp 4,65 Triliun Siap Ekspansi dan Dorong Pertumbuhan Ekosistem Digital
-
Peluncuran iPhone 17 Picu Penipuan Online di Seluruh Dunia
-
15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 September: Ribuan Gems dan Pemain 111 Menanti
-
AMD Ryzen AI 300 Series Otaki Laptop AI Tercanggih Hadir di Lenovo Yoga Pro dan IdeaPad!
-
EA FC 26 Sudah Bisa Dimainkan: Daftar Ikon Terungkap, Gameplay Tuai Pujian