Suara.com - Centre for Strategic and International Studies (CSIS) meluncurkan "dashboard" ujaran kebencian yang bernama CSIS National Hate Speech Dashboard dan dapat diakses melalui hatespeech.csis.or.id.
"Dashboard ini mudah-mudahan bisa memberi sumbangan pada usaha-usaha kita untuk mengurangi risiko konflik (akibat ujaran kebencian, red)," kata Direktur Eksekutif CSIS Philips Vermonte dalam seminar bertajuk "Api dalam Sekam: Fenomena Ujaran Kebencian di Indonesia", yang diselenggarakan secara daring, Rabu (18/8/2021).
Adapun tujuan dari di adakannya seminar tersebut adalah untuk memperkenalkan National Hate Speech Dashboard kepada publik.
Ia mengatakan, dashboard ujaran kebencian ini merupakan cara baru yang dibentuk oleh para peneliti CSIS guna melihat tren kebencian yang terjadi di platform daring, khususnya Twitter.
Pentingnya mengawasi tren kebencian di masyarakat dilatarbelakangi oleh banyaknya konflik etnis, agama, dan politik yang bermula dari tidak terkendalinya ujaran kebencian di media sosial.
:Sehingga pecah menjadi konflik terbuka yang mengakibatkan banyak korban jiwa," ucapnya.
Oleh karena itu, Philips mengatakan bahwa penting bagi peneliti dan juga pemerintah untuk melihat peningkatan frekuensi ujaran kebencian yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat agar dapat segera melakukan mitigasi konflik.
"Dashboard ini berperan untuk memotret tren (ujaran kebencian, red) dan kemudian mendorong rekomendasi-rekomendasi kebijakan," tutur Philips.
Seluruh peneliti, termasuk para analis kebijakan yang berada di berbagai kementerian terkait, dapat memanfaatkan data yang ditampilkan di dashboard ujaran kebencian untuk melakukan analisis kebijakan.
Baca Juga: CSIS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dari Teknologi Digital Capai 1 Persen
"Sehingga dapat memitigasi persoalan terkait hate speech dan konflik sosial maupun politik di Indonesia," ujar Philips Vermonte.
Saat ini, dashboard ujaran kebencian hanya tersedia dalam bahasa Inggris. Selain itu, CSIS juga masih membatasi fokus ujaran kebencian pada serangan-serangan yang ditujukan ke Ahmadiyah Indonesia, Syiah Indonesia, dan etnis Tionghoa-Indonesia.
Peneliti CSIS Alif Satria menambahkan, meski berangkat dari tiga minoritas tersebut, CSIS memiliki tujuan untuk memperluas cakupan mereka agar dapat menjangkau kelompok etnis Papua, umat Kristen di Indonesia, dan kelompok-kelompok lainnya yang sering menjadi target ujaran kebencian.
Selain itu, platform sosial media yang menjadi sumber data dari dashboard ini adalah platform Twitter. Hal ini didasari oleh hasil penelitian Simon Kemp yang berjudul "Digital 2020: Indonesia".
Penelitian Simon menunjukkan bahwa tingkat engagement (keterlibatan, interaksi, dan pengaruh) Twitter menduduki peringkat kedua tertinggi di Indonesia apabila dibandingkan dengan platform lainnya (Instagram, Facebook, YouTube, dan lain-lain). Twitter juga menempati peringkat kedua berdasarkan lama durasi kunjungan yang dilakukan oleh penggunanya.
Atas temuan-temuan tersebut, CSIS menetapkan Twitter sebagai platform yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Berita Terkait
-
Profil PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS), Siapa Pemilik Sahamnya?
-
TikTok Perketat Penanganan Konten Ekstremisme dan Ujaran Kebencian
-
Anggota DPR Non Aktif Korban Disinformasi dan Fitnah, Bukan Pelaku Kejahatan
-
Pelajar Jakarta Jadi Duta Damai Digital, Siap Perangi Ujaran Kebencian di Media Sosial
-
DPR Semakin Jauh dari Rakyat, Lebih Lengket dengan Istana
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
52 Kode Redeem FF Terbaru 17 Desember 2025, Ada MP40 Cobra dan Bundle Anniversary Gratis
-
27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Desember 2025, Klaim Kartu Glorious dan Rank Up Gratis
-
Render Anyar Motorola Edge 70 Ultra: Ada Varian Carbon dan Martini Olive
-
Ubisoft Akuisisi Game MOBA Milik Amazon, Kreator Rainbow Six Siege Kembali
-
HP Murah Realme Narzo 90 Debut: Desain Mirip iPhone, Usung Baterai 7.000 mAh
-
4 Tablet RAM 8 GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking Kerja Harian
-
iQOO Tancap Gas Sepanjang 2025, Siap Jadi Penentu Arah Smartphone Berperforma Tinggi di 2026
-
5 HP Spek Dewa Diskon Besar Desember 2025: Cocok Buat Game Berat dan Fotografi
-
Registrasi SIM Card Pakai Face Recognition Mulai 2026, Operator Seluler Klaim Siap Tempur
-
Pakai Snapdragon 6 Gen 3, Segini Skor AnTuTu Redmi Note 15 5G Global