Fenomena ini juga dikenal dengan loss aversion bias yang dibahas lebih lanjut dalam Prospect Theory, salah satu teori penting dari bidang ilmu ekonomi perilaku (Behavioral Economics).
Berdasarkan teori ini, manusia cenderung lebih memilih untuk mencegah terjadinya kehilangan atau kerugian ketimbang mendapatkan manfaat atau keuntungan dengan nilai atau nominal yang sama.
Ini karena manusia cenderung menilai bahwa rasa sakit yang terjadi akibat suatu kehilangan jauh lebih besar dibanding rasa puas yang didapat atas sesuatu meski untuk nilai atau nominal yang sama.
Dengan analogi sederhana: bagi manusia, rasa puas memperoleh uang Rp 100 ribu itu tidak sebanding dengan rasa kesal saat kehilangan uang Rp 100 ribu.
Terlepas dari manfaat dari sisi keamanan, penggunaan 2FA juga dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan dalam penggunaan aplikasi atau akun digital.
Memang, dalam dunia keamanan terdapat sebuah ironi bahwa pada umumnya keamanan berbanding terbalik dengan kenyamanan. Protokol keamanan yang lebih baik biasanya menimbulkan ketidaknyamanan di sisi pengguna.
Teknologi 2FA yang memaksa seseorang untuk juga memiliki sesuatu benda tertentu (nomor telepon atau aplikasi di smartphone) sebagai penyedia informasi tambahan yang biasanya dalam bentuk kode sekali pakai atau one-time-passcode (OTP) sebelum mereka dapat mengakses aplikasi atau akun digital miliknya sendiri.
Faktanya, tidak semua orang siap untuk menerima ketidaknyamanan ini.
Kembali ke loss aversion bias, kelompok dari tingkat ekonomi yang berbeda memiliki penilaian yang tidak sama terhadap nilai akses ke aplikasi atau akun-akun digital yang mereka miliki.
Baca Juga: Aplikasi PeduliLindungi Perlu Gunakan Autentikasi Biometrik
Mereka dari kalangan ekonomi lemah tidak merasa memiliki sesuatu yang berharga, terutama dalam bentuk finansial yang perlu mereka takutkan hilang.
Singkat kata, mereka cuek atau nothing to lose. Maka wajar jika rasa tidak nyaman untuk mengaktifkan fitur 2FA yang mereka rasakan lebih besar dibandingkan potensi manfaat yang didapatkan.
Sebaliknya, mereka yang berpenghasilan tinggi merasa memiliki sesuatu yang berharga (something to lose) pada aplikasi dan akun-akun digitalnya. Oleh karena itu, rasa tidak nyaman dari penggunaan 2FA itu tidak seberapa besar dibandingkan potensi kerugian finansial jika akun-akun digital mereka sampai diretas.
Dari sisi latar belakang pendidikan, secara umum lulusan perguruan tinggi memiliki tingkat kesadaran dan penggunaan 2FA yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak mengenyam pendidikan tinggi.
Namun, walau berpendidikan tinggi, orang-orang dengan penghasilan rendah tetap enggan menggunakan 2FA.
Artinya, pendidikan tinggi saja tidak menjamin seseorang untuk menerapkan protokol keamanan siber yang lebih baik selama potensi kehilangan (terutama dalam bentuk finansial) belum sebanding dengan rasa nyaman yang ditimbulkan.
Tag
Berita Terkait
-
Waduh, Potensi Kerugian Akibat Serangan Siber Tembus Rp 397,26 Kuadriliun
-
Situs Web Kamu Bisa Jadi Sarang Konten Ilegal Tanpa Sadar, Ini Modus Kejahatan Siber Terbaru!
-
UU PDP Dinilai Bisa Jadi 'Tameng' Pejabat Korup, Koalisi Sipil Minta MK Beri Pengecualian
-
Berkaca dari Kriminalisasi UU ITE, Ahli HAM UGM Minta MK Perjelas Pengecualian di UU PDP
-
Uji Materi UU PDP di MK, Koalisi Sipil Minta Jurnalisme Tak Dianggap Perbuatan Melawan Hukum
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Resident Evil Requiem Rilis 2026, Begini Bocoran Campaign dan Gameplay-nya
-
XLSMART Sukses Terapkan Zero Waste di AXIS Nation Cup 2025
-
4 Smartwatch Xiaomi yang Layak Dibeli 2025, Budget Mulai Rp300 Ribuan Aman
-
Update Xiaomi HyperOS November 2025: Atasi Bug dan Perbaikan HP Mati Mendadak
-
Nubia V80 Max Lolos Sertifikasi di Indonesia, Desain Mirip iPhone Lagi?
-
Akselerasi Adopsi AI dan Cloud, Ekosistem Mitra Teknologi di Asia Pasifik Diperkuat Solusi Canggih
-
Game Survival Baru dari Kreator PUBG Telah Tiba, Early Access Dibuka
-
Item GTA 6 Muncul di GTA Online? Petunjuk Baru di Tengah Penantian Panjang
-
Studi Baru Ungkap Lebah Bumblebee Bisa Dilatih Mengenali Kode Morse
-
7 Rekomendasi Tablet Ringan untuk Freelancer, Enteng Dibawa ke Mana-Mana