Suara.com - Fortinet, keamanan siber yang mendorong konvergensi antara jaringan dan keamanan, mengumumkan temuan dari survei terbaru IDC yang mengungkap, peningkatan tajam baik dalam volume maupun kecanggihan kejahata siber di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik.
Simon Piff, Research Vice-President, IDC Asia-Pacific, mengungkapkan bahwa temuan survei ini menunjukkan kebutuhan yang semakin mendesak akan strategi pertahanan berbasis AI di seluruh wilayah APJC.
"Organisasi kini menghadapi lonjakan ancaman yang semakin senyap dan kompleks dari kesalahan konfigurasi dan aktivitas internal hingga serangan berbasis AI hingga yang berhasil melewati metode deteksi tradisional," bebernya.
Dia menambahkan, pergeseran menuju model keamanan siber yang terintegrasi dan berpusat pada risiko menjadi sangat krusial.
"Dalam lanskap ancaman yang baru ini, pendekatan keamanan yang reaktif tidak lagi memadai sehingga operasi yang prediktif dan berbasis intelijen harus menjadi standar,” imbuh Simon Piff dalam keterangan resminya, Jumat (20/6/2026).
Studi yang ditugaskan oleh Fortinet ini menyoroti bagaimana para pelaku ancaman dengan cepat mengadopsi Kecerdasan Buatan (AI) untuk melancarkan serangan secara diam-diam dan sangat cepat sehingga menyebabkan tim keamanan kewalahan dalam mendeteksi dan merespons secara tepat waktu.
Hasilnya menunjukkan lanskap ancaman yang tidak hanya berkembang dalam hal kompleksitas, tetapi juga bergeser menuju celah-celah dalam visibilitas, tata kelola, dan infrastruktur, sehingga menimbulkan tantangan yang lebih besar bagi tim siber yang sudah bekerja melebihi kapasitasnya.
Kenaikan kejahatan siber berbasis AI bukan lagi sekadar teori. Tercatat hampir 54 persen organisasi di Indonesia menyatakan telah mengalami ancaman siber yang didukung AI dalam satu tahun terakhir.
Ancaman ini berkembang pesat, dengan peningkatan dua kali lipat dilaporkan oleh organisasi sebesar 62 persen dan peningkatan tiga kali lipat oleh organisasi sebesar 36 persen.
Baca Juga: Cara Kerja Penjahat Siber Mengeksploitasi Tren Gen Z, Mulai Dari FOMO hingga Fast Fashion
Kelas baru dari ancaman berbasis AI ini lebih sulit dideteksi dan seringkali mengeksploitasi kelemahan dalam perilaku manusia, kesalahan konfigurasi, dan sistem identitas.
Di Indonesia, ancaman berbasis AI yang paling banyak dilaporkan mencakup penyamaran deepfake dalam skema penipuan email bisnis (BEC), pengintaian otomatis terhadap permukaan serangan.
Selain itu, serangan credential stuffing dan brute force yang dibantu AI, malware bertenaga AI (seperti polymorphic malware), serta AI adversarial dan data poisoning.
Meskipun serangan berbasis AI meningkat, hanya sebesar 13 persen organisasi yang menyatakan sangat percaya diri dalam kemampuan mereka untuk bertahan dari serangan tersebut.
Sementara itu, sebesar 8% mengakui bahwa ancaman AI melampaui kemampuan deteksi mereka, dan 18% organisasi di Indonesia tidak memiliki kemampuan sama sekali untuk melacak ancaman berbasis, yang menunjukkan adanya kesenjangan kesiapan yang signifikan.
Lanskap keamanan siber kini tidak lagi ditandai oleh krisis yang bersifat incidental melainkan oleh kondisi paparan yang terus-menerus.
Berita Terkait
-
Belanja Online Melonjak saat Ramadan, Fortinet Ingatkan Bahaya Phishing AI
-
Riset: Lebih dari 500 Ribu Serangan Phishing pada Bisnis di Asia Tenggara 2024, Indonesia Nomor Dua di Asia Tenggara
-
Pakar Keamanan Peringatkan Pengguna iPhone untuk Mematikan Tiga Pengaturan Ini
-
Kolaborasi Dua Perusahaan Ini, Memperluas Portofolio Keamanan Siber
-
Ransomware 3.0 Makin Canggih! Begini Cara Kaspersky Bantu Lindungi Data Perusahaan Anda
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
-
Sepanjang Semester I 2025, Perusahaan BUMN Lakukan Pemborosan Berjamaah Senilai Rp63,75 Triliun
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
Terkini
-
6 Tablet 8000 mAh untuk Kerja Mulai Rp1 Jutaan, Ada yang Dilengkapi Slot SIM Card
-
Dimensity 7060 Setara Snapdragon Berapa? Jadi Chipset Mumpuni HP 5G Murah
-
4 Perangkat Xiaomi Dapat Update HyperOS 3 Berbasis Android 16, Fitur Mirip iOS
-
Cara Menggunakan Master Cut di HP OPPO: Edit Video Profesional Tanpa Aplikasi Tambahan
-
Qualcomm Snapdragon 685 Setara Chipset Apa? Pesaing dari MediaTek hingga Snapdragon Seri Lama
-
Game Skyrim Hadir di Nintendo Switch 2, Lengkap dengan Cara Upgrade Gratis
-
28 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 11 Desember: Raih Juventus 111-115 dan 8.000 Gems
-
5 Cara Cek Tagihan BPJS Kesehatan Pakai HP, Mudah Tanpa Ribet
-
7 Rekomendasi HP POCO yang Promo 12.12 Harbolnas 2025, Diskon 500 Ribu!
-
Perbandingan spesifikasi realme C85 Pro vs realme C85 4G, Pilih Layar AMOLED Apa 144 Hz?