Suara.com - Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengatakan Saving Bond Ritel (SBR) merupakan wujud untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah situasi global yang belum menunjukkan pemulihan sempurna.
"Saving bond ritel seri SBR001 merupakan penerbitan pertama kali untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi karena situasi global belum menunjukkan pemulihan sempurna. Pasca krisis 2008 pernah naik namun menurun kembali," kata Anny di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (2/5/2014).
Ani menilai situasi global seperti goncangan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat, bisa berdampak pada ekonomi Indonesia. Karena itu, menurut dia, Indonesia harus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi agar tidak rentan dengan krisis ekonomi.
"Minimal pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas lima persen agar tercipta lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan mengurangi kemiskinan," ujarnya.
Ia menjelaskan saat ekonomi terjaga, implikasinya penerimaan negara belum cukup sehingga belanja fiskal defisit. SBR menurut dia untuk pembiayaan defisit pemerintah dalam menjaga keberlangsungan fiskal.
"Apabila surat berharga negara dipegang asing, kita harus khawatir apabila ada pembalikan capital out flow sehingga bisa beresiko pada fiskal domestik," katanya.
Menurut dia, "basis fiscal domestic" sangat penting sebagai peredam apabila ada guncangan ekonomi di eksternal sehingga capital domestic aman.
Anny menjelaskan peluncuran SBR001 akan diikuti dengan dikeluarkannya Obligasi Ritel Indonesia (ORI) pada semester kedua 2014. Menurut dia, seluruh pembiayaan defisit negara akan dijaga pemerintah pada level yang aman yang diperlukan untuk membangun infrastruktur.
"Seluruh pembiayaan defisit akan dijaga pemerintah pada level yang aman karena diperlukan untuk membangun infrastruktur bagi percepatan ekonomi dan mencapai pertumbuhan minimal enam persen," katanya.
Masa penawaran SBR001 adalah 2-22 Mei 2014 dengan tanggal penjatahan 26 Mei 2014 dan tanggal jatuh tempo 20 Mei 2016. (Antara)
Berita Terkait
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Anies Bahas Angka Pengangguran Terendah tapi Orang Susah Cari Kerja, Ini Penyebabnya
-
Gaya Komunikasi Menkeu Purbaya Mulai Bikin Pejabat Pertamina Gusar: Intip Latar Pendidikannya
-
Hingga September BP Batam Sedot Investasi Rp54,7 Triliun
-
Prabowo Mau Kirim 500 Ribu Tenaga Kerja ke Luar Negeri, Siapkan Anggaran Rp 8 Triliun
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
Kebiasaan Mager Bisa Jadi Beban Ekonomi
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Dorong Pembiayaan Syariah Indonesia, Eximbank dan ICD Perkuat Kerja Sama Strategis
-
Respon Bahlil Setelah Dedi Mulyadi Cabut 26 Izin Pertambangan di Bogor
-
Buruh IHT Lega, Gempuran PHK Diprediksi Bisa Diredam Lewat Kebijakan Menkeu Purbaya
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
IHSG Merosot Lagi Hari Ini, Investor Masih Tunggu Pertemuan AS-China
-
Ada Demo Ribut-ribut di Agustus, Menkeu Purbaya Pesimistis Kondisi Ekonomi Kuartal III
-
Bahlil Blak-blakan Hilirisasi Indonesia Beda dari China dan Korea, Ini Penyebabnya