Suara.com - Harga minyak mentah dunia, Senin (8/9/2014) dilaporkan turun hingga titik terendah sepanjang 16 bulan terakhir. Minyak jenis Brent turun hingga di bawah 99,36 dolar AS, atau yang terendah sejak Juni 2013. Sedangkan minyak jenis North Sea juga turun ke titik terendah sejak Mei 2013. Sedangkan minyak U.S. turun 1,40 dolar ke 91,89 dolar AS per barel, setelah pada Jumat (5/9/2014) diperdagangkan 93,29 dolar per barel.
Penurunan harga minyak dunia ini dipicu melemahnya pertumbuhan ekonomi AS dan Cina yang merupakan konsumen minyak terbesar dunia.
Harga minyak dunia turun, setelah laporan impor Cina pada bulan Agustus kembali menurun, dan merupakan yang terburuk selama setahun terakhir. Sudah dua bulan terakhir impor Cina mengalami penurunan.
"Data ekonomi Cina, dengan hasil impor yangmengecewakan mengindikasikan ekonomi domestik Cina masih lemah," ujar Victor Shum, partner di konsultan minyak Purvin & Gertz.
Suplai minyak yang berlimpah juga menjadi faktor yang emngakibatkan harga minyak turun, setelah sempat menyentuh harga 115 dolar AS per barel pada Juni 2014. Kondisi ini mempersulit upaya bank sentral untuk menangkal deflasi dan memicu tekanan pada anggaran negara produsen minyak utama.
Namun organisasi pengekspor minyak OPEC memperkirakan penurunan harga minyak hingga di bawah 100 dolar AS per barel ini hanya bersifat sementara. Arab Saudi dan sejumlah anggota OPEC lainnya sebelumnya telah mengatakan mereka lebih memilih minyak di atas 100 dolar.
"Penurunan harga adalah hal yang sementara. Dan harganya masih dalam rentang yang dapat diterima. Kita sekarang mendekati musim dingin sehingga harga diperkirakan naik," kata ," kata seorang delegasi OPEC dari negara Teluk yang menolak untuk diidentifikasi.
Investor terus menutup mata pada kekhawatiran geopolitik di Eropa dan Timur Tengah, terutama tentang dampak ketegangan bisa saja pada permintaan Eropa. Sejauh ini pertempuran di Irak tak terlalu mempengaruhi produksi minyak, dan produksi minyak Libya telah meningkat selama tiga bulan terakhir meskipun kekerasan melanda negeri itu. (Reuters)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Shio Paling Beruntung Besok 25 November 2025, Cuan Mengalir Deras
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Jelang Nataru, Pertamina Pastikan Stok Energi Aman
-
Melihat Lebih Dekat Pembangunan Jembatan Kaca Terpanjang di Indonesia
-
Upah Magang Nasional Tahap 1 Cair, Airlangga: Alhamdulillah Sudah Dibayar!
-
Prabowo Disebut Lagi Bersih-bersih Konglomerat Hitam Migas, Mau Rebut Kendali Sumber Daya
-
WIKA Bicara Keuntungan Jika BUMN Karya Jadi Merger
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Shell Akan Kembali Garap 5 Blok Migas Indonesia
-
Dukung Asta Cita, BRI Dorong Pertumbuhan Inklusif lewat Penyaluran KUR Senilai Rp147,2 Triliun
-
Impor Pertalite Capai 60 persen dari Kebutuhan 39 Juta kl per Tahun
-
Apindo Nilai Janji 19 Juta Lapangan Kerja dari Prabowo Tidak Realistis