Suara.com - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) berkomitmen untuk memangkas rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perseroan di akhir tahun. NPL ditargetkan turun hingga berada di bawah level 4%. Untuk meraih target tersebut, Bank BTN telah membentuk 2 unit kerja, yaitu Consumer Collection & Remedial Division (CCRD) dan Asset Management Division (AMD).
Sekretaris Bank BTN Eko Waluyo mengatakan, perbaikan kualitas kredit menjadi salah satu fokus utama manajemen. Meski sangat menantang, proses penyelesaian aset kredit bermasalah mengalami kemajuan yang sangat baik.
"Dengan membentuk dua unit kerja yang khusus menangani NPL, kami optimis kualitas kredit di Bank BTN akan terus membaik. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kami mampu mendapatkan recovery aset NPL rata-rata 130% dari nilai agunan," jelas Eko di Jakarta, Senin (13/10/2014).
CCRD bertanggung jawab atas pengelolaan kualitas seluruh kredit consumer dengan umur tunggakan kurang dari 360 hari. Perbaikan kualitas kredit oleh CCRD dilakukan melalui penagihan dan restrukturisasi. Adapun unit AMD bertugas untuk menangani kredit consumer dengan tunggakan lebih dari 360 hari serta seluruh kredit komersial yang sudah tidak lagi dapat ditangani dengan penagihan dan restrukturisasi. AMD akan melakukan penjualan agunan terhadap kredit-kredit ini.
Eko menjelaskan, NPL Bank BTN dari segmen kredit consumer berasal dari KPR Subsidi dengan skema Interest Only Baloon Payment (IOBP) yang disalurkan pada periode 2007-2010. Hingga semester I/2014 total outstanding KPR IOBP mencapai Rp 7,5 triliun dengan NPL sekitar 10%.
Dari segmen kredit komersial, NPL terbesar datang dari KUR dan kredit-kredit KUKM lainnya, yang terjadi akibat perlambatan ekonomi dan penundaan beberapa proyek perumahan.
Lebih dari 88% kredit Bank BTN dijamin oleh rumah dan tanah yang nilainya terus meningkat setiap tahun. "Dari sisi jaminan kredit kita tidak khawatir karena harga tanah akan terus meningkat. Perbandingan nilai agunan dan kredit yang ada di Bank BTN saat ini rata-rata adalah 195%. Kami optimistis recovery aset NPL ini akan tinggi dan menguntungkan bagi Bank BTN," tutur Eko.
Terlebih lagi, risiko kredit KPR subsidi saat ini sudah dimitigasi. Sejak tahun 2010 hingga sekarang, Bank BTN telah menjalankan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Pada Semester I/2014 outstanding KPR FLPP sebesar Rp 18,8 triliun dengan NPL yang sangat baik, yaitu 1,5%.
Eko menambahkan perbaikan kualitas kredit BTN selama ini dilakukan melalui kegiatan penagihan, restrukturisasi kredit dan penjualan agunan.
“Kami tidak melakukan penghapusbukuan atau write off kredit untuk memperbaiki NPL,” jelas Eko.
Dengan membaiknya kualitas kredit, Eko berharap kinerja bisnis perseroan sampai akhir tahun akan semakin solid. Berdasarkan kinerja Bank BTN per Juni 2014, kredit Bank BTN tumbuh 16,61% menjadi Rp 106,58 triliun dengan tingkat pertumbuhan aset sebesar 14,3% mencapai Rp 135,62 triliun.
Analis pasar modal Alfred Nainggolan mengatakan melihat kinerja keuangan Bank BTN per semester I/2014 tersebut, tidak terlalu sulit bagi Bank BTN untuk menekan NPL. Bank BTN telah terbukti berhasil melelang aset kredit bermasalahnya serta sukses melakukan sekuritisasi aset senilai Rp 3,9 triliun yakni beragun rumah KPR BTN itu sendiri.
“Bisnis Bank BTN itu unik, berbeda dengan bank-bank lainnya. Bank BTN sebagai bank pemberi KPR, mereka memiliki aset kredit yang nilainya terus naik. Aset-aset ini bisa disekuritisasi untuk memperoleh dana jangka panjang. Pembiayaan dari sekuritisasi beragun KPR ini tepat dilakukan Bank BTN sejalan dengan bisnisnya untuk membiayai KPR dalam jangka panjang,” kata Alfred.
Berita Terkait
-
OJK Sebut Bank Tetap Bisa Berikan Kredit Meski SLIK Macet, Tapi...
-
Menkeu Purbaya Bakal Hapus Kredit Macet di Bawah Rp1 Juta
-
Penyaluran Dana Paling Minim, Menkeu Purbaya Tunggu Pimpinan BTN Menghadap
-
Menkeu Purbaya Tunggu Pimpinan BTN Menghadap, Penyaluran Dana Paling Minim di Antara Bank Himbara
-
Cara dan Syarat Lengkap Mengajukan KUR BTN
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
Terkini
-
HET Pupuk Subsidi Turun, Dirut Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi Dukung Langkah Bersejarah Pemerintah
-
New Ethylene Project Diresmikan, Bahlil Curhat Proses Pembangunannya di Depan Prabowo!
-
KJP Plus Tahap II 2025 Cair untuk 707 Ribu Siswa DKI, Cek Nominalnya
-
23 Juta Peserta BPJS Kesehatan Nunggak Iuran, Bakal Dapat Pemutihan Semua?
-
4 Fakta Jusuf Kalla Geram, Tuding Rekayasa Mafia Tanah GMTD Lippo Group
-
Saham PJHB ARA Hari Pertama, Dana IPO Mau Dipakai Apa Saja?
-
PGN Mulai Bangun Proyek Injeksi Biomethane di Pagardewa
-
Qlola by BRI Bawa Revolusi Baru Pengelolaan Keuangan Digital, Raih Anugerah Inovasi Indonesia 2025
-
ReforMiner Institute: Gas Bumi, Kunci Ketahanan Energi dan Penghematan Subsidi!
-
Isi Pertemuan Prabowo, Dasco, dan Menkeu Purbaya Rabu Tadi Malam