Suara.com - Budi daya rumput laut di Indonesia berpotensi menguntungkan ekonomi dalam negeri, dikarenakan produksinya yang berlimpah. Hal tersebut antara lain seperti dikatakan oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran (Unpad), Ina Primiana Syinar, di Jakarta, Selasa (14/10/2014).
"Setiap tahun, Indonesia memproduksi rumput laut dengan jumlah yang tinggi dibandingkan komoditas perikanan budi daya lain, sehingga potensi ini harus mulai dimanfaatkan pemerintah," ungkap Ina.
Menurut Ina, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi rumput laut selama enam tahun berturut-turut sejak 2008 hingga 2013, menduduki posisi tertinggi pada komoditas perikanan yang dibudidayakan. Jumlahnya mengalahkan jumlah produksi udang, kerapu, kakap, bandeng, ikan mas, nila, patin, serta gurami.
Pada tahun 2013 lalu saja, produksi rumput laut tercatat sebanyak 3.384.133 ton. Angka tersebut sama dengan enam kali lipat produksi ikan nila sebagai komoditas perikanan budi daya terbanyak kedua di Indonesia. Berdasarkan data itu, Ina mengatakan bahwa pemerintah harus mengambil keuntungan dengan menciptakan inovasi pada perdagangan rumput laut.
"Selain diperdagangkan, pemerintah dapat mengolah bahan tersebut menjadi makanan atau kosmetik, yang nilai jualnya lebih besar dibandingkan sekadar mengekspor bahan mentah," ujarnya.
Inovasi tersebut, menurut Ina pula, di antaranya akan mengembangkan perdagangan Indonesia, meningkatkan pendidikan masyarakat mengenai pengolahan rumput laut, sekaligus juga mengembangkan industri dalam negeri.
"Potensi ini juga dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, sehingga ekonomi Indonesia dapat berkembang," jelasnya.
Sebelumnya, Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) disebut berencana menjadikan Indonesia sebagai poros maritim di dunia, di mana sektor laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan bangsa. Cita-cita membangun Indonesia menjadi poros maritim itu bahkan telah ia sampaikan sejak masa kampanye Pilpres, yang disebut akan menjadi salah satu program prioritas pemerintahannya mendatang. [Antara]
Berita Terkait
-
RI Kembali Jadi Anggota Dewan IMO, Pengusaha Kapal Ungkap Keuntungannya
-
Wamen KP hingga Menteri Ngaku Terbantu dengan Polisi Aktif di Kementerian: Pengawasan Jadi Ketat
-
KKP Amankan Kapal Ikan Asing Ilegal di Perairan Natuna
-
Jaga Kelestarian Laut, KKP Terapkan Batasan Penangkapan Ikan Maksimal 7 Juta Ton
-
Bahlil Blak-blakan Hilirisasi Indonesia Beda dari China dan Korea, Ini Penyebabnya
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
Harga Emas Antam Melonjak Drastis dalam Sepekan
-
Hari Minggu Diwarnai Pelemahan Harga Emas di Pegadaian, Cek Selengkapnya
-
Orang Kaya Ingin Parkir Supercar di Ruang Tamu, Tapi Kelas Menengah Mati-matian Bayar Cicilan Rumah
-
Mampukah Dana Siap Pakai dalam APBN ala Prabowo Bisa Pulihkan Sumatera?
-
Anak Purbaya Betul? Toba Pulp Lestari Tutup Operasional Total, Dituding Dalang Bencana Sumatera