Suara.com - Di usia 44 tahun, Lei Jun sudah menjadi biliuner. Dia adalah pendiri dan juga ‘wajah’ dari Xiaomi, perusahaan teknologi asal Cina yang sering disebut sebagai “Apple of China.” Julukan itu sepertinya terlalu berlebihan. Tetapi, Xiaomi memang melakukan apa yang dilakukan oleh Apple yaitu menjual smartphones dan tablets.
Sebagian besar produk Xiaomi memang mirip dengan produk smartphone keluaran Apple. Lei juga berpenampilan sama seperti pendiri Apple, almarhum Steve Jobs. Dia lebih senang menggunakan celana jins dan kaus oblong.
Apabila Apple mempunyai slogan “Think Different” maka Xiaomi mengambil slogan “Expect More.” Didirikan pada 2010, Xiaomi sudah menguasai pasar smartphone secara agresif di Cina. Di semester pertama tahun ini, Xiaomi sudah bisa menjual 26 juta unit smartphone. Jumlah itu meningkat 271 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Pemasukan perusahaan itu mencapai 5,3 miliar dolar Amerika atau naik 149 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sukses yang diraih Lei bersama Xiaomi memang memunculkan kritik. Xiaomi dianggap meniru mentah-mentah Apple. Namun, Lei membantah tudingan. Menurut dia, Xiaomi berpikir beda dengan Apple.
“Apple adalah kelompok orang jenius yang membuat produk yang bagus bersama-sama. Mereka tidak peduli apa yang diinginkan konsumen. Mereka membayangkan apa yang diinginkan konsumen. Anda baru tahu apa yang akan anda dapat ketika produk itu diluncurkan. Xiaomi berbeda. Xiaomi mengumpulkan opini dari jutaan konsumen secara online. Kami menciptakan produk bersama,” ujarnya.
Pada tahun ini, Xiaomi memprediksi bisa menjual 40-60 juta unit smartphones. Di Cina, penjualan Xiaomi sudah mengalahkan penjualan Samsung yaitu 15 juta berbanding 13,2 juta unit.
Model bisnis yang diterapkan Xiaomi memang berbanding terbalik dengan Apple. Apple adalah perusahaan dengan margin keuntungan yang besar. Mereka membuat smartphone dengan harga yang murah lalu menjualnya dengan harga premium.
Margin yang diraih Apple pada kuartal ketiga tahun ini adalah 39,4 persen. Itu merupakan sebuah angka yang luar biasa untuk perusahaan yang menjual produk yang seharusnya sudah menjadi komoditas yang murah.
Sedangkan Xiaomi lebih menilih cara yang dilakukan Jeff Bezos dari Maxim. “Margin anda adalah kesempatan saya.”
Xiaomi menjual produknya dengan margin yang tidak terlalu besar dibandingkan biaya produksi. Sebagai perbandingan, Samsung menjual produknya di Cina dengan harga 500 dolar Amerika dan iPhone dijual dengan harga 861 dolar Amerika. Sedangkan Xiaomi menjual produknya Cuma sebesar 400 dolar Amerika dengan kapasitas 64 gigabyte. Model terbaru mereka yaitu Redmi 1 S dijual dengan harga 100 dolar Amerika.
Produk Xiaomi memang murah tetapi spesifikasinya tidak kalah dengan produk smartphone dari kompetitor lainnya. Mereka menjalankan sistem operasi Android yang disebut MIUI (dibaca: Me You I). Semua pelayanan yang diberikan Google di Android dihapus dan digantikan dengan sistem yang dibuat Xiaomi. Meski demikian, Xiaomi masih membolehkan konsumennya untuk mengunduh aplikasi Google.
Sukses di Cina membuat Xiaomi menjadi perusahaan smartphone terbesar kelima di dunia. Perusahaan itu mencapai posisi itu dari bawah hanya dalam waktu empat tahun. Nilai lebih Xiaomi adalah bisa meraih konsumen di negaranya sendiri yang merupakan pangsa pasar smartphone terbesar di dunia.
Kini, Xiaomi mulai mengincar pasar luar negeri. Mereka sudah menjual 300 ribu unit di India. Produk mereka Redmi 1 S bisa terjual 60 ribu unit hanya dalam waktu 13,9 detik. Sukses Xiaomi memang belum akan mengancam Apple yang identik dengan pasar kelas atas. Untuk sementara, Apple masih aman di Cina. Namun, Xiaomi sudah menggerus pangsa pasar Samsung, Huawei, Lenovo dan LG.
Ketika Xiaomi mulai menyebar ke seluruh dunia dengan produk yang murah, otomatis hal itu akan memberikan tekanan kepada kompetitor seperti Samsung dan Apple. Bukan tidak mungkin, lima tahun ke depan, iPhone dan Samsung terpaksa harus menurunkan harga jualnya karena ekspansi yang masif dari Xiaomi. Lei Jun telah membuat Samsung dan Apple tidak berdaya melalui produk smartphone murah produksi Xiaomi. (BusinessInsider)
Berita Terkait
-
Pakai Snapdragon 6 Gen 3, Segini Skor AnTuTu Redmi Note 15 5G Global
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan Baterai 6.000 mAh, Cocok bagi Pekerja Lapangan dan Ojek Online
-
4 Rekomendasi HP dengan Kamera Leica Terbaik 2025, Cocok bagi Kreator Konten dan Fotografer
-
Xiaomi Siapkan Acara pada 17 Desember 2025, Peluncuran 2 HP Baru?
-
Redmi K90 Ultra Diprediksi Usung Baterai 10.000 mAh, Cikal Bakal POCO F Series?
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Pakar Ingatkan Risiko Harga Emas, Saham, hingga Kripto Anjlok Tahun Depan!
-
DPR Tegaskan RUU P2SK Penting untuk Mengatur Tata Kelola Perdagangan Aset Kripto
-
Mengapa Rupiah Loyo di 2025?
-
Dukungan LPDB Perkuat Layanan Koperasi Jasa Keselamatan Radiasi dan Lingkungan
-
LPDB Koperasi Dukung Koperasi Kelola Tambang, Dorong Keadilan Ekonomi bagi Penambang Rakyat
-
Profil Agustina Wilujeng: Punya Kekayaan Miliaran, Namanya Muncul di Kasus Chromebook
-
RUPSLB BRI 2025 Sahkan RKAP 2026 dan Perubahan Anggaran Dasar
-
Pemerintah Jamin UMP Tak Bakal Turun Meski Ekonomi Daerah Loyo
-
Mengapa Perusahaan Rela Dijual ke Publik? Memahami Gegap Gempita Hajatan IPO
-
KEK Mandalika Kembali Dikembangkan, Mau Bangun Marina