Suara.com - Camilan pisang cokelat sepertinya sudah bukan hal yang asing lagi. Begitu juga dengan keluarga drg. Yohannes Wahyudi. Pisang cokelat merupakan hidangan utama yang disajikan apabila mereka melakukan ibadah sembahyang lingkungan.
Namun, keluarga besar Yudi – begitu dia biasa dipanggil – tidak terlalu puas dengan pisang cokelat yang mereka beli. Hingga akhirnya diputuskan untuk membuat camilan pisang cokelat sendiri.
“Jadi, sekitar tahun 2005, mama saya mulai membuat pisang cokelat sendiri. Resepnya didapat dari mbak yang bekerja dengan mama saya. Ketika itu saya masih tinggal di Pisangan Lama. Saat pisang cokelat produksi sendiri itu dibawa ke acara sembahyang lingkungan, ternyata animonya luar biasa. Pisang itu langsung habis dalam sekejap,” cerita Yudi.
Pisang cokelat atau piscok yang dibuat pertama kali bukan yang berisi cokelat justru pisang dengan rasa caramel. Ketika pisang dengan rasa caramel itu berhasil memuaskan konsumennya, Yudi mulai membuat pisang cokelat.
“Awalnya saya menerima pesanan dari teman-teman secara cuma-cuma. Tetapi, lama kelamaan kok semakin banyak yang pesan. Akhirnya, saya memutuskan untuk menjual pisang cokelat ini pada Maret 2014,” jelasnya.
Sebelum mengkomersilkan pisang cokelat itu, Yudi selalu melayani pesanan teman-temannya dengan cara meminjamkan Tupperware miliknya. Dengan catatan, tupperware itu harus dikembalikan lagi.
Saat memutuskan untuk menjual pisang cokelat itu, Yudi memutuskan untuk memberi nama Mila Banana. Mila diambil dari nama depan kedua anaknya yaitu Milo dan Lana. Yudi bukan hanya membeli sendiri bahan-bahan untuk pembuatan piscok itu, tetapi juga ikut membantu dan mengawasi proses pembuatan di dapur.
“Saya dibantu oleh dua asisten rumah tangga, yang sebelumnya sudah diberi ilmu oleh mbak dari mama saya tentang cara membuat pisang cokelat yang enak. Pisang yang saya pakai adalah pisang yang rasanya manis. Sedangkan bahan lainnya saya hanya menggunakan yang ada di dapur,” katanya.
Harga satu piece pisang cokelatnya itu Rp3.000 hingga Rp4.000. Minimal pemesanan adalah 20 pieces. Yudi mempromosikan Mila Banana lewat akun Facebook-nya dan juga Path.
“Responnya luar biasa, banyak teman-teman saya yang pesan. Karena tidak ada stock, maka biasanya saya selalu beritahu bahwa pemesanan minimal dilakukan 2-3 hari sebelumnya. Ketika sudah jadi, biasanya saya sendiri yang mengantarkan kepada pemesan. Sebagian besar pemesan tinggal di sekitar rumah saya di Rawamangun atau terkadang bertemu di tengah jalan yang sejalan dengan rute perjalanan saya ke rumah sakit tempat saya bekerja di wilayah Jakarta Barat,” katanya.
Yudi menambahkan, perbedaan pisang cokelat buatannya dengan pisang cokelat lainnya adalah proses pembuatan yang higienis dan tidak berminyak. Karena, setelah selesai digoreng maka piscok itu ditiriskan hingga sama sekali tidak berminyak lagi.
“Jadi, saya bisa katakan bahwa Mila Banana ini adalah camilan sehat. Saya mengawasi langsung proses pembuatannya yang higienis. Pesanan yang saya terima juga semakin banyak. Dalam sehari, pesanan terbanyak itu 250 pieces. Saya perlu empat tandan pisang untuk memproduksi 250 pieces. Selain rasanya yang enak, para pembeli biasanya bilang kalau harganya juga tidak terlalu mahal,” ungkapnya.
Mila Banana sudah hampir berusia satu tahun. Usaha yang dimulai dari hobi ini ternyata sudah mendapatkan respon yang positif dari konsumen. Dengan modal kurang dari Rp200 ribu, Yudi sudah bisa menghasilkan omset Rp1,5 juta per bulan. Yudi punya keinginan untuk bisa mempunyai kurir sendiri untuk mengantarkan pesanan kepada pelanggan.
“Selain itu, sepertinya saya juga harus punya supplier khusus untuk pisang sehingga ketika ada banyak pesanan saya tidak harus putar-putar di pasar,” jelasnya.
Ingin merasakan lezatnya camilan sehat ala drg Wahyudi? Anda bisa memesannya lewat akun Facebook, Yohanes Wahyudi atau lewat WhatsApp di nomor 081908306981. Ada empat rasa yang bisa dipesan yaitu pisang isi cokelat, caramel, keju dan campuran ketiganya.
Berita Terkait
-
Dari Kasir ke Dashboard: Semua Data Bisnis Kini Mengalir Otomatis dalam Satu Ekosistem Digital
-
Siapa Bumi Firdauzi? Talenta Muda Asli Bandung di Cruzeiro, Punya Mimpi Bela Timnas Indonesia
-
Harga Emas UBS dan Galeri 24 Kompak Naik Signifikan Jadi Rp 2,4 Jutaan
-
HyperOS 3 Hadir dengan 2 Versi: Android 15 dan Android 16 Tapi Ada Fitur yang Hilang, Upgrade?
-
Anggota DPR: Kasus Pertalite Campur Air di Jawa Timur Cuma Isu Medsos
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
Terkini
-
Keponakan Luhut Sebut RI Bakal Dibanjiri Investor Asing pada 2026, China Mendominasi
-
BI Guyur Likuiditas Rp 404 Triliun ke Bank-bank, Siapa Saja yang Dapat?
-
Rupiah Kembali Merosot Sentuh Level Rp 16.748 per Dolar Amerika
-
Ada Perubahan Rencana, Daftar Lengkap Penggunaan Dana Rp 23,67 Triliun Garuda Indonesia
-
Harga Emas Antam Semakin Mahal Hari Ini, Dibanderol Rp 2.364.000 per Gram
-
Investasi Aset Properti Cuma Modal Rp 10 Ribu? Begini Caranya
-
IHSG Masih Betah Nongkrong di Zona Hijau Pagi Ini, Cek Rekomendasi Saham
-
Kinerja BRI Stabil dan Berkelanjutan, Laba Capai Rp41,2 Triliun
-
Bos Danantara Geleng-geleng, Dari Ribuan BUMN Hanya 8 yang Setor Dividen Jumbo
-
Merger BUMN Karya: WSKT Makin Dekat Desliting, Rugi Bersih Naik Jadi Rp 3,17 T