Suara.com - Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman mengatakan bahwa energi nuklir harus mulai dipertimbangkan sebagai sumber energi penyokong peningkatan rasio elektrifikasi Indonesia.
"Nuklir harus mulai dipertimbangkan sebagai sumber energi yang murah dan dapat dipasok dalam jumlah besar," tuturnya saat membuka acara "Indonesia Power Project Finance 2015 Conference" di Jakarta, Selasa, (24/3/2015).
Ia mengatakan bahwa pada tahun 2015 ini sumber energi listrik terbesar masih berasal dari batubara dengan persentase 52,80 persen, diikuti dengan gas 24 persen, dan BBM 11,45 persen.
Pemerintah sendiri menargetkan pada 2019 mendatang penggunaan BBM untuk pembangkit listrik sudah harus di bawah 2 persen, batubara 60 persen, dan gas 25 persen.
"Tapi dalam jangka panjang yaitu tahun 2025, penggunaan batubara dibatasi hanya 60 persen supaya emisi (CO2) tetap terkendali, gas dibatasi 17 persen karena harga yang relatif mahal, BBM 1 persen, dan sisanya menggunakan energi baru terbarukan (EBT)," ujar Jarman.
Namun, pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan pada EBT mengingat jumlahnya yang tidak akan memenuhi untuk target kenaikan elektrifikasi sebesar 99 persen pada 2020 mendatang sehingga diperlukan sumber energi lain salah satunya adalah energi nuklir.
Kementerian ESDM mencatat bahwa tahun 2015 ini rasio elektrifikasi Tanah Air hanya sebesar 84,35 persen. Artinya, 15,6 persen atau sekitar 10 juta kepala keluarga (KK) di Indonesia belum mendapat akses listrik.
"Data terakhir yang kami peroleh pada awal Maret lalu, dari 22 sistem besar di Indonesia, yang normal (cadangan listriknya di atas 20 persen) hanya 6 sistem," tutur Jarman.
Sedangkan 11 sistem lain, katanya, dalam kondisi siaga (cadangannya di bawah 20 persen) dan 5 lainnya dalam kondisi defisit (pasokan yang ada kurang dari permintaan).
"Kondisi defisit inilah yang menyebabkan lima daerah di Indonesia yaitu NTT, NTB, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, dan Belitung mengalami pemadaman sebagian," tuturnya.
Untuk menopang pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 6,7 persen per tahun dan dalam rangka mengatasi krisis penyediaan tenaga listrik, pemerintah telah mencanangkan program pembangunan pembangkit 35.000 MW di luar proyek pembangkit yang saat ini sedang tahap konstruksi dengan total kapasitas mencapai 7.968 MW.
Dengan demikian, penambahan pembangkit hingga tahun 2019 diharapkan mencapai 42,9 GW dimana akan dibangun oleh PT PLN (Persero) sebesar 42 persen (18 GW) dan dibangun swasta melalui mekanisme "Independent Power Producers" (IPP) sebesar 58 persen (24,9 GW). (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
Terkini
-
Pertamina Bakal Izinkan Pertashop Jual Pertalite
-
Perkuat Bisnis, Anak Usaha Pertamina Siap Jadi Tulang Punggung Maritim Indonesia
-
Belanja di Jepang Kini Bisa Bayar dengan QRIS GoPay
-
Vietjet Umumkan Investasi Miliaran Dolar untuk Beli Pesawat Ramah Lingkungan
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian: Antam Naik, UBS Turun, Masih 2 Jutaan!
-
Bukan Cuma Bisnis, SIG 'Gedor' Kualitas SDM Lewat Investasi Jangka Panjang
-
Bos Pertamina Bantah Hambat Impor BBM SPBU Swasta
-
Ekonomi Sirkular di Lapas Nusakambangan Bisa Raih Omzet Rp 5,4 Miliar
-
Rezeki Nomplok! 3 Link Saldo DANA Kaget Rp149 Ribu Siap Diklaim, Cek Caranya di Sini!
-
APBN 2026 Dikaji Ulang, Indonesia Upayakan Penurunan Tarif AS