Suara.com - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menegaskan bahwa kondisi perekonomian Indonesia saat ini berbeda dan tidak bisa disamakan dengan kondisi ekonomi pada 1998.
"Sekarang begini ya. Kondisi ekonomi saat ini sangat berbeda jauh dengan kondisi ekonomi pada 1998. Yang jelas terlihat nyata kalau di 1998 itu jelas kondisi fundamental, kalau sekarang tidak. Saat itu (1998) kita terlalu terbuai dengan pertumbuhan ekonomi kita," kata Bambang saat menghadiri Businessweek Breakfast Meeting 'Wasapada Ekonomi' di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (27/8/2015).
Selain itu, lanjut Bambang perbedaan yang paling nyata terlihat dari kondisi makro ekonominya masih baik. Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang masih positif meksi mengalami perlambatan dengan realisasi 4,7 persen di semester I 2015. Catatan inflasi pun sebesar dua persen year to date dan tear to year sebesar 7 persen.
Sementara neraca perdagangan Indonesia surplus dan defisit transaksi berjalan menyempit dari 3 persen ditahun lalu menjadi 2,1 persen hingga 2,2 persen.
"Kondisi ekonomi saat ini kan jelas terlihat bukan kondisi fundamental, jadi masih baik saya tegaskan. Perlambatan ini karena pasar global yang sedang bergejolak yang tidak bisa kita hindari. Disatu sisi AS ingin memperketat kebijakan tapi sisi lain Cina ingin mendevaluasi mata uangnya," ungkapnya.
Dilihat dari sisi perbankan, Bambang mengatakan rasio kecukupan modal rata-rata Bank Indonesia mencapai 20 persen. Rasio kredit bermasalah juga masih terjaga di 2,5 persen. Sementara Loan to Deposit Ratio bank menurutnya masih aman.
"Coba kalau kita liat Loan to Depositnya naik menjadi 95 persen dari periode sebelumnya hanya 92 hingga 93 persen. Serta pertumbuhan Usaha Kecil Menengah pun masih 18-19 persen. Kalau melihat seperti ini, kondisi ekonomi saat ini sangat jauh dari kondisi ekonomi 1998. Jadi masyarakat tidak perlu panik," ungkapnya.
Ia pun menghimbau kepada para pengusaha dan masyarakat tidak perlu panik. Pasalnya kondisi seperti bisa menjadi pacuan untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang.
"Jangan langsung panik,pengusaha harus pintar-pintar cari celah di tengah kondisi saat ini. Karena dengan begitu, mereka bisa lebih maju lagi di masa yang akan datang," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Hari Minggu Diwarnai Pelemahan Harga Emas di Pegadaian, Cek Selengkapnya
-
Orang Kaya Ingin Parkir Supercar di Ruang Tamu, Tapi Kelas Menengah Mati-matian Bayar Cicilan Rumah
-
Mampukah Dana Siap Pakai dalam APBN ala Prabowo Bisa Pulihkan Sumatera?
-
Anak Purbaya Betul? Toba Pulp Lestari Tutup Operasional Total, Dituding Dalang Bencana Sumatera
-
Percepat Pembangunan Infrastruktur di Sumbar, BRI Dukung Pembiayaan Sindikasi Rp2,2 Triliun
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
Usulan Kiai ke Prabowo: Bersihkan Jutaan Kayu Gelondongan Bencana Tanpa Bebani APBN!
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Perusahaan RI Bakal Garap Proyek Kabel Laut Jakarta-Manado
-
Baksos Operasi Katarak BCA Bangun Harapan, Buka Jalan Hidup Masyarakat yang Lebih Produktif