Suara.com - Mantan Wakil Presiden Boediono mengatakan tindakan pengamanan terhadap datangnya krisis harus diputuskan secara cepat agar tidak menimbulkan ketidakpastian di kalangan pelaku pasar keuangan dan masyarakat.
"Situasi yang cepat berubah dalam krisis membutuhkan kecepatan pengambilan keputusan," kata Boediono di Jakarta, Selasa.
Berbicara dalam acara seminar "Managing Financial Turbulence" yang diadakan untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke-10 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Boediono mengatakan banyak ketidakpastian selama proses pengambilan keputusan sehingga hal terpenting yang harus dilakukan adalah meminimalkan ketidakpastian.
Lebih jauh dia mengatakan antisipasi terhadap kemungkinan datangnya krisis harus dilakukan sejak jauh hari pada masa normal dan komunikasi antarotoritas terkait pada masa itu harus lebih efektif agar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan informasi yang memadai serta akal sehat.
"Pelajaran berharga ketika terjadi krisis adalah pengambilan keputusan harus diambil oleh orang yang tepat dalam waktu yang tepat pula, dan prosesnya harus dimulai pada saat situasinya normal karena bertahan dari krisis tidak mudah. Secara realistis kita juga harus meminimalisasi cost," ujar Boediono.
Namun, ia mengatakan pengambilan keputusan yang didasarkan dengan terburu-buru dan tidak layak, justru makin menjerumuskan dan konsekuensinya malah memberatkan masyarakat seperti ketika terjadi krisis finansial 1997-1998.
"Dalam waktu tiga bulan pada 1997-1998 kita tidak mempunyai kebijakan yang layak, padahal pada waktu itu krisis sudah berlangsung. Situasi pun makin memburuk dan bank-bank terancam. Tapi kita belajar dari periode itu, dan kita lebih baik dalam menangani krisis pada 2008 dengan respon bagus," katanya.
Boediono juga mengingatkan pentingnya untuk menangani psikologi pasar dan mendorong peningkatan komunikasi ketika terjadi krisis, karena salah mengelola ekspektasi dan rumor secara berlebihan maka kepercayaan publik akan hilang.
"Dulu pada November 1997, pemerintah menutup beberapa bank, dalam beberapa jam rumor merebak bahwa beberapa bank akan menyusul. Meskipun pada waktu itu, pemerintah telah menjamin simpanan, namun masyarakat tetap khawatir. Episode itu memberikan pelajaran risk contagion juga harus diupayakan," jelasnya.
Untuk itu, mantan Gubernur Bank Indonesia mengingatkan pentingnya mengambil pelajaran dari berbagai krisis terdahulu agar ketahanan ekonomi lebih siap dalam menghadapi gejolak dan mengatasi berbagai persoalan sosial lainnya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
-
6 HP Tahan Air Paling Murah Desember 2025: Cocok untuk Pekerja Lapangan dan Petualang
Terkini
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Cara Transfer Saham di Stockbit dari Sekuritas Lain
-
Bangunan Tercemar Radioaktif, Bapeten Pertimbangkan Pindahkan Warga di Cikande Secara Permanen
-
BRI 130 Tahun: Menguatkan Inklusi Keuangan dari Desa ke Kota
-
PLTN Ditargetkan Beroperasi 2032, Aturan tentang Badan Operasional Tinggal Tunggu Persetujuan
-
Menko Airlangga Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,6 Persen di Tengah Bencana
-
Pemerintah Masih Punya PR, 9 Juta KPM Belum Terima BLT Rp 900.000
-
1.000 UMKM Tebar Diskon, Mendag Pede Transaksi Harbolnas Capai Rp 17 Triliun
-
Menkeu Purbaya Wanti-wanti Banjir Sumatra Ancam Pertumbuhan Ekonomi RI
-
Alasan Pemerintah Tetap Gelar Harbolnas di Tengah Isu Daya Beli Lemah