Suara.com - Nilai tukar rupiah kembali bergerak melemah 82 poin menjadi Rp13.705, Senin (23/11/2015) pagi. Kemarin rupiah di posisi Rp13.623 per dolar AS.
"Faktor teknikal menjadi salah satu faktor yang menekan nilai tukar rupiah bergerak melemah terhadap dolar AS. Akhir pekan lalu, (20/11) nilai tukar rupiah telah menguat cukup signifikan hingga 150 poin sehingga sebagian investor pasar uang cenderung menahan transaksinya terhadap mata uang domestik," kata Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, Senin (23/11/2015).
Pelemahan rupiah pada awal pekan ini dinilai masih wajar. Karena mata uang di kawasan Asia juga sedang berada dalam area negatif.
Kendati demikian, menurut dia, potensi penguatan nilai tukar rupiah masih cukup terbuka karena faktor ketidakpastian dari bank sentral Amerika Serikat (the Fed) untuk menaikkan suku bunga cenderung mulai jelas.
"Hilangnya ketidakpastian dari bank sentral Amerika Serikat mengenai rencana kenaikan suku bunga acuannya akan menopang aset mata uang berisiko karena sebagian investor sudah dapat melakukan kalkulasinya untuk mengambil langkah investasi ke depannya," katanya.
Apalagi, lanjut dia, kenaikan suku bunga AS akan terbatas dan bertahap dalam beberapa bulan ke depan mengingat masih rapuhnya ekonomi global. Kekuatan ekonomi Amerika Serikat juga masih belum dapat dikatakan sudah kuat.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa pelaku pasar terlihat mulai tidak terlalu mengkhawatirkan imbas dari rencana bank sentral AS yang akan menaikkan suku bunganya pada bulan Desember nanti.
"Sentimen positif dari dalam negeri mengenai paket kebijakan ekonomi yang akan kembali diluncurkan pemerintah diproyeksikan dapat mengimbangi sentimen eksternal," katanya. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025
-
Bolehkah JHT diklaim Segera Setelah Resign? Di Atas 15 Juta, Ada Aturan Khusus
-
Kereta Gantung Rinjani: Proyek 'Rp6,7 Triliun', Investor China Ternyata Tidak Terdaftar
-
Impor Teksil Ilegal Lebih Berbahaya dari Thrifting
-
Kilang Balikpapan Diresmikan 17 Desember, Bahlil Janji Swasembada Energi di 2026