Suara.com - Secara kumulatif inflasi periode Januari hingga Oktober 2015 tercatat sebesar 2,16 persen. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,19 persen.
Rendahnya inflasi tersebut, menurut engamat ekonomi dari Intitute For Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati bukan berita bagus. Hal tersebut lantaran rendahnya inflasi tersebut menunjukan merosotnya daya beli masyarakat.
"Sebenarnya ini bukan berita bagus, karena daya beli masyarakat malah merosot. Disis lain, sekalipun inflasi umum tahunan cenderung rendah 6,25 persen YoY, namun inflasi bahan makanan masih lebih tinggi 6,85 persen YoY, bahkan pada bulan Agustus sempat menyentuh 9,26 persen YoY," kata Enny saat ditemui dalam Seminar Nasional Prediksi Ekonomi 2016 di Jakarta Selatan, Kamis (26/11/2015).
Menurutnya, inflasi yang rendah tersebut tidak dibarengi dengan inflasi dari sektor komoditas yang masih tinggi yang akhirnya membuat daya beli masyarakat menjadi menurun. Padahal, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih disumbang dari konsumsi rumah tangga.
"Kan pertumbuhan kita masih ditopang dari konsumsi rumah tangga. Kalau inflasi komoditas tinggi, harga-harga jadi naik, akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi," tegasnya.
Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau kepada pemerintah untuk memperhatikan setiap perkembangan inflasi. Dan terus menjaga agar inflasi ini berada dilevel stabil agar tidak menurunkan daya beli masyarakat.
"Yang penting inflasi ini harus stabil. Jangan kerendahan juga jangan ketinggian. Ini agar daya beli masyarakat kita terjaga. Dan mengendalikan harga-harga komoditas penyumbang inflasi. Ini soalnya komoditas yang gampang dikendalikan kok," tegasnya.
Berita Terkait
-
Ekonom Sarankan Pemerintah Beri Diskon Tarif Listrik Lagi Demi Daya Beli
-
Bos KFC Ungkap Nasib Usahanya di RI
-
Indef Sebut Tantangan Perbankan Ada di Daya Beli, Bukan Soal Likuiditas
-
Indef Kritik Kebijakan Fiskal Pemerintah: Sektor Riil Sakit, Suntikan Likuiditas Bukan Obatnya
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
Terkini
-
Pertamina Klaim Masih Negosiasi dengan SPBU Swasta soal Pembelian BBM
-
Bahlil: BBM Wajib Dicampur Etanol 10 Persen
-
Didesak Beli BBM Pertamina, BP-AKR: Yang Terpenting Kualitas
-
BPKH Buka Lowongan Kerja Asisten Manajer, Gajinya Capai Rp 10 Jutaan?
-
Menkeu Purbaya: Jangan Sampai, Saya Kasih Duit Malah Panik!
-
Purbaya Kasih Deadline Serap Anggaran MBG Oktober: Enggak Terpakai Saya Ambil Uangnya
-
BKPM Dorong Danantara Garap Proyek Carbon Capture and Storage
-
Mengenal Kalla Group: Warisan Ayah Jusuf Kalla yang Menjadi Raksasa Bisnis Keluarga dan Nasional
-
Uang Primer Tumbuh 18,6 Persen, Apa Penyebabnya?
-
IHSG Sempat Cetak Rekor Level Tertinggi 8.200, Ternyata Ini Sentimennya