Suara.com - Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) masih terpecah secara mendalam tentang pakta perdagangan global unggulannya menjelang konferensi penting di Nairobi. "Beberapa negara anggota WTOP menyatakan negosiasi harus dimulai dari awal", ketua Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedeo, Kamis (26/11/2015).
Pembicaraan putaran Doha yang bertujuan meliberalisasi perdagangan global telah menghadapi rintangan tak berujung sejak prosesnya dimulai pada 2001, dan tidak ada prospek mencapai kesepakatan pada konferensi dua tahunan WTO di ibukota Kenya bulan depan.
Azevedeo mengatakan kepada wartawan bahwa salah satu pertanyaan paling penting yang dihadapi organisasi dalam beberapa minggu mendatang adalah apakah negara-negara anggota ingin melanjutkan negosiasi di bawah sistem saat ini.
Azevedeo berbicara tentang dua kubu dalam badan perdagangan global, dengan satu sisi ingin untuk terus mencoba berlanjut menuju kesepakatan melalui kerangka Doha, meskipun kurangnya bukti kemajuan.
"Anggota lain mengatakan, 'lupakan saja, di beberapa titik, kami mengambil jalan yang salah ... ini tidak akan pernah membawa kita pada keberhasilan kesimpulan dari Putaran Doha. Mari kita merekayasa ulang semuanya. Pada dasarnya, mari kita mulai dari awal'", kata Azevedeo.
Amerika Serikat dan anggota Uni Eropa dianggap dalam kelompok terakhir.
Azevedo menambahkan bahwa ia percaya 161 negara-negara anggota WTO tetap berkomitmen untuk tujuan luas menghapus tarif dan membebaskan perdagangan global.
Sebuah paket manfaat menargetkan negara-negara termiskin di dunia -- mungkin difokuskan di sektor pertanian -- kemungkinan akan disepakati pada pertemuan Nairobi, Azevedo mengatakan, mencatat bahwa tidak ada yang dijamin.
WTO telah melihat beberapa keberhasilan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk persetujuan perjanjian bersejarah pada akhir 2013 tentang perombakan prosedur kepabeanan global serta perjanjian yang dicapai pada Juli tentang pemotongan tarif untuk produk-produk teknologi informasi (TI).
Tapi, di tengah kesulitan yang terus berlanjut dalam putaran Doha, beberapa telah menunjukkan kesepakatan perdagangan regional, seperti baru-baru ini diselesaikannya Kemitraan Trans Pasifik (TPP), sebagai cara yang lebih efektif untuk liberalisasi perdagangan.
Azevedo mengatakan bahwa TPP dan kesepakatan regional lainnya "memiliki DNA WTO", dan sering konsisten dengan tujuan organisasi.
Namun dia memperingatkan bahwa negara-negara miskin dapat menutup pakta regional, yang tidak terjadi ketika WTO membimbing pembicaraan.
Ditanya bagaimana dengan skenario kasus terbaik untuk hasil di pertemuan Nairobi, Azevedo mencatat paket bermakna untuk membantu negara-negara miskin dan konsensus umum "tentang beberapa jenis jalan untuk masa depan." "Saya pikir itu sangat tidak mungkin terjadi," katanya. (Antara)
Berita Terkait
-
Tak Hanya Soal Ekonomi! Celios Ungkap Jejak Tiongkok di Indonesia Makin Meluas, Ini Buktinya
-
Udang Beku RI Ditarik AS Karena Diduga Tercemar Radioaktif, Mendag Busan Mengakui
-
E-Commerce RI Dikuasai 4 Raksasa, Menko Airlangga Minta Mendag Perhatikan Platform Kecil
-
Neraca Perdagangan Surplus: Apakah Ini Pertanda Baik untuk Rupiah? Ini Analisis dari Bank Indonesia
-
Neraca Dagang RI Kembali Surplus USD4,17 Miliar, Ekspor Nonmigas jadi Penyelamat
Terpopuler
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
OJK Akui Mayoritas Bank Revisi Target Jadi Lebih Konservatif, Ekonomi Belum Menentu?
-
Pertamina Berhasil Reduksi 1 Juta Ton Emisi Karbon, Disebut Sebagai Pelopor Industri Hijau
-
Pemerintah Dorong Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan Bagi Pengusaha UMKM, Dukung UMKM Naik Kelas
-
Dulu Joao Mota Ngeluh, Ternyata Kini Agrinas Pangan Nusantara Sudah Punya Anggaran
-
Kekhawatiran Buruh Banyak PHK Jika Menkeu Purbaya Putuskan Kenaikan Cukai
-
Investor Mulai Percaya Kebijakan Menkeu Purbaya, IHSG Meroket
-
Resmi! DPR Setuju Anggaran Kemenag 2026 Naik Jadi Rp8,8 Triliun
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
Atasi Masalah Sampah di Bali, BRI Peduli Gelar Pelatihan Olah Pupuk Kompos Bermutu
-
3 Jenis BBM Shell Ini Masih Langka di Seluruh SPBU