Suara.com - PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP), anak usaha PT Pertamina (Persero) yang mengelola ladang migas di luar negeri, memproyeksikan peningkatan produksi hingga 700 ribu barel minyak per hari (BOEPD) pada 2025.
"Kami optimistis dalam 10 tahun mendatang sudah bisa memproduksi 700 ribu BOPD, baik dari blok migas yang ada saat ini yaitu di Irak, Malaysia dan Aljazair maupun dari penambahan aset baru.," kata Direktur Utama PT Pertamina Internasional EP, Slamet Riadhy di Jakarta, Selasa (5/1/2016).
Slamet Riadhy mengatakan selama 2015 realisasi produksinya mencapai 113 ribu BOEPD. Lebih tinggi 20 persen dari target induk usaha kepada perseroan sebesar 93 ribu barel. Dari produksi tersebut, sebanyak 39 ribu BOPD diperoleh dari Aljazair, kemudian ladang minyak Irak berkontribusi sebesar 36 ribu BOPD dan dari blok migas di Malaysia menyumbang sebesar 38 ribu BOPD.
Pada 2025, total produksi blok migas yang ada di tiga negara tersebut akan bertambah menjadi 250 ribu barel. Lapangan West Qurna 1 Irak, akan mengalami produksi puncak pada 2022 sebesar 1,6 juta barel. Dengan partisipasi sebesar 10 persen, bagian dari Pertamina sebesar 160 ribu barel.
Kemudian blok migas di Malaysia dan Aljazair, masing-masing akan memberikan kontribusi sebesar 45 ribu barel sehingga total produksi pada 2025, sebesar 250 ribu barel. Sisanya sebesar 350 ribu barel, diharapkan dari aset baru. Target produksi 700 ribu BOEPD tersebut, belum ditambahkan dari aset eksplorasi.
Selain aset produksi, PIEP juga memiliki aset eksplorasi di Malaysia. Pada 2015 sudah dilakukan pengeboran terhadap satu lapangan prospek dan diharapkan akan ada tambahan sekitar 14-18 juta deposit sehingga kalau ditambahkan dengan eksplorasi yang sudah dilakukan, akan ada tambahan 10-15 persen.
Dengan tambahan tersebut, dia optimistis target PIEP memproduksi 700 ribu BOEPD pada 2025 bisa terpenuhi.
Secara umum, Pertamina akan masuk ke wilayah yang memang dari sisi potensi cukup besar dan akseptabilitas dengan pemerintah dan perusahaan Indonesia sudah sangat baik, seperti yang selama ini terjadi di Irak, Aljazair dan juga Malaysia.
Menurut Dirut PIEP Slamet, pilihan ekspansi ke blok migas luar negeri yang dilakukan Pertamina merupakan sebuah keharusan. Pada 2025 nanti, kebutuhan minyak Indonesia mencapai dua juta barel. Dari jumlah tersebut, Indonesia harus mengimpor 1,5 juta barel.
Pilihan ke luar negeri merupakan upaya untuk mengurangi impor minyak Indonesia karena saat ini saja, impor minyak Indonesia sudah mencapai 900 ribu barel.
"Jadi nanti (2025), kalaupun semua lapangan minyak diserahkan ke Pertamina, hanya mampu berkontribusi sekitar 400 ribu-500 ribu barel. Sisanya harus impor. Jadi semua orang tau bahwa kita harus keluar, tidak bisa tidak," katanya.
Garda terdepan Dalam mengembangkan blok migas di luar negeri, PIEP menjadi garda terdepan, bersinergi dengan anak perusahaan Pertamina lainnya, baik untuk pengeboran, pengapalan dan sebagainya sehingga membentuk kekuatan Indonesia Incorporated. Tugas Pertamina Internasional, bukan saja untuk Pertamina, tetapi juga untuk negara.
"Pengalaman melakukan kegiatan pengusahaan minyak di blok migas luar negeri, menjadi modal bagi Pertamina untuk melakukan pengembangan di dalam negeri. Beberapa lapangan di luar negeri juga merupakan lapangan offshore juga laut dalam," ujarnya.
Sejak 2013, PIEP melakukan ekspansi ke luar negeri dengan mengakuisisi beberapa blok migas yang berada di luar negeri, yakni di Irak, Malaysia dan Aljazair. Pertamina masuk ke Irak pada November 2013, dengan mendapatkan Participating Interest sebesar 10 persen pada blok West Qurna 1 dari ExxonMobil.
Pada 18 Desember 2014, masuk ke Malaysia, dengan memperoleh Participating Interest dari Murphy Sabah Oil Co Ltd dan Murphy Sarawak Oil Co Ltd, kemudian di Aljazair mengakuisisi dan menjadi operator pada blok 405A dari ConocoPhillips Algeria (Copal).
Tahun ini, PIEP menargetkan produksi sebesar 104 ribu BOEPD atau lebih rendah dari realisasi tahun lalu karena secara natural, produksi bakal turun sekitar 18 persen dari tahun lalu.
(Antara)
Berita Terkait
-
ESDM Terus Kejar Target Produksi Minyak Tembus 900 Ribu Barel per Hari
-
Kuasa Hukum Eks Dirut PT PIS Sebut Riza Chalid Tidak Terkait Kasus Pertamina
-
Sejarah! Produksi Sumur Minyak Rakyat Dibeli Pertamina di Jambi
-
Produksi Minyak Naik, Bahlil Sebut Ada Pihak Terusik
-
Dongkrak Produksi Minyak di Papua, SKK Migas dan Petrogas Mulai Injeksi Kimia di Lapangan Walio
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Sepatu New Balance yang Diskon 50% di Foot Locker Sambut Akhir Tahun
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
Grab Indonesia 2025: Ketika Platform Digital Menjadi Bantalan Sosial dan Mesin Pertumbuhan Ekonomi
-
Purbaya Ungkap Peluang Gaji PNS Naik Tahun Depan, Ini Bocorannya
-
ESDM Terus Kejar Target Produksi Minyak Tembus 900 Ribu Barel per Hari
-
Harga Cabai Tak Kunjung Turun Masih Rp 70.000 per Kg, Apa Penyebabnya?
-
Pasokan Energi Aman, Pembangkit Listrik Beroperasi Tanpa Kendala Selama Nataru
-
Bahlil Tegaskan Perang Total Lawan Mafia Tambang
-
Petani Soroti Kebijakan Biodiesel Justru Bisa Rusak Ekosistem Kelapa Sawit
-
Dirayu Menperin soal Insentif Mobil Listrik 2026, Ini Jawaban Purbaya
-
Jelang Tahun Baru, Purbaya: Saya Pikir Menkeu Sudah Tenang 31 Desember
-
Sejarah! Produksi Sumur Minyak Rakyat Dibeli Pertamina di Jambi