Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore (14/1/2016), bergerak melemah sebesar 68 poin menjadi Rp13.903 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp13.835 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan di tengah sentimen harga komoditas yang cenderung negatif serta adanya ledakan bom di Jakarta," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Kamis (14/1/2016).
Rully Nova mengatakan bahwa harga komoditas, terutama minyak mentah dunia, masih menjadi salah satu sentimen negatif bagi mata uang di negara-negara berisiko, termasuk Indonesia.
Ia berharap Indonesia tidak lagi bergantung pada hasil komoditas dalam menopang perekonomian domestik.
Di sisi lain, lanjut dia, perekonomian Tiongkok yang masih melambat juga masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar uang di Indonesia.
Meski sentimennya masih cenderung negatif, menurut Rully Nova, pelemahan nilai tukar rupiah lebih dalam terhadap dolar AS masih dapat ditahan melalui stabilitas fundamental ekonomi domestik.
Ia mengharapakan bahwa kebijakan Bank Indonesia yang memangkas tingkat suku bunga acuan (BI rate) dapat mendorong daya beli masyarakat meningkat sehingga membuat aktifitas ekonomi di dalam negeri naik.
RDG Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI Rate menjadi 7,25 persen dari sebelumnya 7,50 persen dengan suku bunga Deposit Facility 5,25 persen dan Lending Facility pada level 7,75 persen.
Sementara itu, Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management Edward Lubis mengatakan bahwa nilai tukar rupiah terimbas perang mata uang dunia menyusul kebijakan bank sentral AS yang berpotensi melanjutkan kenaikan suku bunganya. Di sisi lain, bank sentral di Tiongkok, Jepang, dan Eropa memperlonggar stimulus moneter.
"Rupiah terimbas perang mata uang dunia. Dolar AS menguat sementara Tiongkok dan beberapa negara lain melemah, mau tidak mau mata uang negara ikutan melemah, kondisinya struktural," ujarnya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Kamis (14/1) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.877 dibandingkan hari sebelumnya (14/1) di posisi Rp13.861 per dolar AS.
(Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
Terkini
-
Sowan ke Menkeu Purbaya, Asosiasi Garmen dan Tekstil Curhat Importir Ilegal hingga Thrifting
-
Emas Antam Merosot Tajam Rp 26.000, Harganya Jadi Rp 2.260.000 per Gram
-
BI Pastikan Harga Bahan Pokok Tetap Terjaga di Akhir Tahun
-
Hana Bank Ramal Dinamika Ekonomi Dunia Masih Panas di 2026
-
Trend Asia Kritisi Proyek Waste to Energy: Ingatkan Potensi Dampak Lingkungan!
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Kuartal Panas Crypto 2025: Lonjakan Volume, Arus Institusional dan Minat Baru Investor
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru