Suara.com - Ekonom Bank CIMB Niaga Winang Budoyo mengakui Indonesia memiliki peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di 2016 dibanding tahun lalu. Namun ia mengakui pertumbuhan ekspor Indonesia tetap tidak akan terlalu signifikan.
"Karena sampai saat ini ekspor kita masih bergantung kepada komoditi. Walaupun memang ada usaha dari pemerintah untuk mendorong pertumbuhan industri pengolahan atau manufaktur, tapi saya kira ini masih butuh waktu," kata Winang saat dihubungi Suara.com, Minggu (7/2/2016).
Penyebab utama sulitnya ekspor Indonesia tumbuh tinggi tak lain dari kondisi ekonomi global yang sedang lesu. Praktis lesunya perekonomian banyak negara membuat permintaan akan komoditi Indonesia menjadi merosot. "Jadi kalaupun ada peluang tetap tumbuh, saya kira tidak akan terlalu tinggi," tutur Winang.
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia Desember 2015 mencapai 11,89 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) atau meningkat 6,98 persen dibanding ekspor November 2015. Sementara dibanding Desember 2014 menurun 17,66 persen.
Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2015 mencapai 150,25 miliar Dolar AS atau menurun 14,62 persen dibanding periode yang sama tahun 2014, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$131,70 miliar atau menurun 9,77 persen.
Dilihat dari persentasenya, eskpor migas hanya 12,35 persen dari total eskpor Indonesia sepanjang 2015 atau senilai 18,55 miliar Dolar AS. Sementara ekspor nonmigas mendominasi dengan 87,65 persen dari total ekspor Indonesia sepanjang 2015 atau senilai 131,70 miliar Dolar AS.
Dari jumlah ekspor nonmigas tersebut, terbanyak dikuasai industri pengolahan 70,97 persen dari total ekspor nonmigas atau 106,63 miliar Dolar AS. Disusul industri pertambangan dengan 12,93 persen dari total eskpor nonmigas atau 19,43 miliar Dolar AS. Terakhir industri pertanian dengan 3,75 persen dari total eskpor nonmigas atau 5,62 miliar Dolar AS.
Berita Terkait
-
Pemerintah Tetapkan SOP Ketat Cegah Masuknya Zat Radioaktif di Tanjung Priok
-
Purbaya Siapkan Rp 2 Triliun dari LPEI untuk Pembiayaan Ekspor Industri Tekstil dan Furnitur
-
Pemerintah Mulai Pangkas Kuota Ekspor Gas Secara Bertahap
-
Tarif Ekspor Indonesia ke AS 'Dipangkas' dari 32% ke 19%, Ini Daftar Produk Kebagian 'Durian Runtuh'
-
Modal Dedaunan, UMKM Ini Tembus Pasar Eropa dan Rusia dengan Teknik Ecoprint
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Pemerintah Kucurkan Bantuan Bencana Sumatra: Korban Banjir Terima Rp8 Juta hingga Hunian Sementara
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas
-
Anggaran Dikembalikan Makin Banyak, Purbaya Kantongi Rp 10 Triliun Dana Kementerian Tak Terserap
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga