Suara.com - Harga minyak jatuh, Sabtu (14/5/2016) karena para pedagang mengambil keuntungan. Ini setelah kenaikan selama 3 hari sebelumnya.
Sementara ada ada harapan bahwa kelebihan pasokan akan berkurang. Xinhua melansir harga minyak AS telah mencapai tingkat tertinggi enam bulan Kamis lalu. Itu setelah Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan kelebihan pasokan minyak global akan berkurang pada semester kedua tahun ini.
Sementara hari ini OPEC mengatakan kelebihan pasokan yang telah mengirimkan harga jatuh sejak pertengahan 2014 mungkin berkurang sebagai akibat berkurangnya produksi dari negara-negara di luar 13 negara anggota kartel produsen minyak.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni ditutup 49 sen lebih rendah pada 46,21 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Untuk pekan ini WTI melonjak lebih dari tiga persen.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juli merosot menjadi 47,83 dolar AS per barel, turun 25 sen dari penutupan Kamis, tapi masih mencatat kenaikan mingguan lebih dari lima persen.
"Kami mungkin memiliki sedikit sentimen bullish ke depan tetapi orang sedang berusaha mendapatkan datar di sini karena kami memiliki seluruh minggu depan," kata Carl Larry, direktur minyak dan gas untuk perusahaan konsultan Frost & Sullivan..
Larry menunjukkan bahwa penggunaan kilang AS dan permintaan produk lebih tinggi. Dia memperkirakan penurunan besar dalam persediaan minyak mentah komersial AS pada pekan ini, karena pasokan minyak Kanada terputus di tengah kebakaran hutan besar-besaran di wilayah pasir minyak Alberta.
Sekitar 900.000 barel hingga satu juta barel per hari produksi minyak Kanada "offline" awal pekan ini karena kebakaran hutan berkecamuk di kota minyak Fort McMurray, menyebabkan beberapa jaringan pipa minyak telah ditutup.
Tim Evans dari Citi Futures juga mencatat ambil untung ringan menjelang akhir pekan, dan mengatakan dolar yang lebih kuat setelah laporan penjualan ritel AS lebih baik dari perkiraan "juga mendorong aksi jual." Kembalinya produksi minyak mentah Kanada secara bertahap juga membebani pasar.
Sementara itu, menurut data yang dirilis perusahaan jasa minyak Baker Hughes pada Jumat, jumlah rig minyak AS yang beroperasi turun 10 rig selama minggu ini menjadi 318 rig.
Pasokan minyak mentah AS pekan lalu kehilangan 3,4 juta barel menjadi 540 juta barel, menurut laporan mingguan Badan Informasi Energi AS (EIA) yang dirilis Rabu. Produksi minyak mentah negara itu menurun 23.000 barel menjadi 8,802 juta barel per hari pada pekan lalu. (Antara/Xinhua)
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar