Suara.com - Bulan Ramadan selalu menjadi momentum bagi para pedagang dan pengusaha untuk meraup keuntungan besar dengan menaikkan harga setinggi-tingginya dengan berbagai cara, misalnya menimbun stok.
Namun bagi Usman (56 tahun) tampaklah tidak seperti itu. Pengusaha daging sapi di Kota Ternate ini mengaku, dalam setiap Ramadan dirinya memang menaikkan harga, karena harga pembelian sapi dari peternak naik, tetapi saat menjual dagingnya ke konsumen selalu pertimbangkan dalam menaikkan harga.
"Saya selalu mengajak teman-teman pengusaha daging sapi agar tidak terlalu banyak mengambil untung dengan menjual harga daging lebih mahal, karena apalah artinya menjual daging dengan harga seperti itu, tetapi omzet penjualan justru menurun dan bersyukur teman-teman bisa memahaminya," ujar ayah tiga anak tersebut.
Usman yang telah menggeluti sebagai pengusaha daging sapi sejak 20 tahun silam itu mengaku, upaya lain yang dilakukan untuk menstabilkan harga daging sapi di Ternate adalah mendorong pemerintah setempat untuk mengurangi pengiriman sapi potong ke luar Malut.
Masalahnya, kata mantan karyawan Pertamina itu, kalau sapi asal Malut dikirim ke provinsi lain, dikhawatirkan akan mengakibatkan berkurangnya stok sapi potong di daerah ini dan pada gilirannya akan mendorong naiknya harga sapi potong di pasaran.
Kalau harga sapi potong mahal, maka dapat dipastikan harga daging juga ikut mahal, tetapi beruntung semua upaya yang dilakukan tersebut berbuah hasil yang efektif, sehingga harga daging di Ternate dan kota lainnya di Malut pada awal Ramadan cukup stabil yakni hanya Rp100 ribu-Rp 110 ribu per kg.
"Padahal, daging sapi di pasaran sempat dikhawatirkan mencapai Rp140 ribu per kg, karena tingginya permintaan masyarakat jelang Ramadan," ujar suami dari Fauziah tersebut.
Kendati demikian, hingga kini harga daging sapi mulai turun, karena permintaan daging sapi tersebut tidak seperti pada memasuki bulan Ramadan.
Pengusaha daging sapi yang mengaku hanya sekolah hingga tingkat SMA itu, selama ini membeli sapi potong dari Pulau Halmahera dengan harga antara Rp8 juta sampai Rp12 juta per ekor. Menurutnya, Malut tidak akan krisis daging sapi, karena stok sapi potong di daerah ini 18 ribu ekor, dengan catatan Pemda harus membatasi pengiriman sapi potong ke provinsi lain. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar
-
Bahlil akan Pangkas Produksi Nikel, Harga di Dunia Langsung Naik
-
Bahlil Ungkap Update Terkini Pemulihan Jaringan Listrik Aceh: 4 Kabupaten Pemadaman Bergilir