Chief Market Analyst Forextime, Jameel Ahmad, menyatakan bahwa Rupiah berhasil menguat terhadap Dollar di awal perdagangan minggu ini. Penguatan ini terutama disebabkan oleh daya tarik tinggi terhadap pasar negara berkembang menyusul harga minyak dunia mencapai mencapai level tinggi selama tiga minggu.
"Dollar sendiri melemah menyusul performa mengecewakan dari data penjualan retail Amerika Serikat di akhir minggu lalu, yang membingungkan para spectator karena mereka kita masih belum melihat korelasi yang signifikan antara pertumbuhan pekerjaan yang konsisten yang bertransisi kepada peningkatan belanja konsumen," kata Jameel dalam keterangan resmi, Kamis (18/8/2016).
Pada akhirnya, harga-harga pada sektor retail perlu untuk diperhatikan karena jika tidak peningkatan pada kenaikan upah dan penciptaan lapangan pekerjaan mempengaruhi aspek lain pada ekonomi AS dan hal ini akan memunculkan kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi AS.
Setiap optimisme atas kejutan positif baru dari pengumuman PDB melalui rilis neraca perdagangan terbaru hancur setelah data menunjukkan bahwa ekspor mencapai level terendah sejak 2009. Tidak hanya ekspor yang kecewa akibat penurunan 17% per tahunan, impor juga menurun di atas 11 persen. Selain itu, Indonesia berada pada ancaman downside dengan tekanan perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan Yen yang memperkuat kemungkinan yang mencegah konsumen Jepang untuk dapat mengimpor produk.
Masih terdapat kemungkinan bahwa mata uang-mata uang negara berkembang terus memiliki buyer sebelum perkiraan tingkat suku bunga AS terus mengalami tekanan. Yang mana, para investor akan dengan sabar menunggu dikeluarkannya FOMC Minutes pada Rabu malam dimana bank sentral diharapkan untuk terus menjaga ke-bias-an mereka akan kenaikan suku bunga di masa depan tetap terbuka tapi pada saat ini hanya beberapa saja yang benar-benar yakin bahwa lonjakan suku bunga AS terjadi sebelum akhir tahun ini.
"Tanda-tanda keraguan lain dari FED terhadap kenaikan suku bunga dapat menginspirasi pendapatan yang lebih banyak bagi mata uang negara berkembang seiring para investor mengalihkan perhatian mereka untuk mencari keuntungan," tutup Jameel.
Suara.com -
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok