Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan tinjauannya mengenai penurunan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2017 sebesar 0,1 persen dari semula 5,3 persen menjadi 5,2 persen.
"Walaupun Nota Keuangan RAPBN 2017 menyebutkan 5,3 persen, kemungkinan proyeksi itu direvisi 0,1 persen menjadi 5,2 persen," kata Sri dalam penjelasan pokok kebijakan fiskal kepada Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis malam (1/9/2016).
Ia mengatakan meski proyeksi pertumbuhan turun 0,1 persen, ada kemungkinan terjadi perubahan dari sisi pendapatan negara.
Sri mengatakan pihaknya masih tetap akan berhati-hati menyikapi perubahan pertumbuhan tersebut memperhatikan perkembangan amnesti pajak yang berpeluang memperluas basis wajib pajak sebagai faktor positif dan penyesuaian pendapatan negara sebagai faktor negatifnya.
Komposisi yang membentuk pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen adalah konsumsi rumah tangga tetap 5,1 persen, konsumsi pemerintah direvisi dari 5,4 persen menjadi 4,8 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dari 6,4 persen ke 6,1 persen, dan ekspor-impor untuk 2017 diperkirakan positif masing-masing 0,4 persen dan 0,8 persen.
"Kami sedikit juga lebih konservatif untuk ekspor dan impor. Satu berita yang setiap hari saya ikuti adalah perkembangan ekonomi Cina karena pengaruhnya luar biasa besar," kata Sri.
Sementara untuk asumsi makro lain masih sama dan pemerintah akan mendiskusikan dengan Komisi XI DPR, seperti misalnya inflasi yang diasumsikan pada level 4,0 persen dan nilai tukar Rp13.300 per dolar AS.
Proyeksi inflasi tersebut sangat tergantung pada kebijakan moneter Bank Indonesia dan kebijakan dan sektor riil oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
Inflasi juga akan tergantung pada kebijakan subsidi yang akan dilakukan, terutama pupuk dan listrik. Perubahan subsidi kemungkinan besar akan mempengaruhi inflasi.
Sementara untuk nilai tukar, Rp13.300 dianggap nilai yang aman dan realistis dengan beberapa faktor terutama perubahan kebijakan moneter di Amerika Serikat.
"Kemungkinan pelonggaran kuantitatif akan mengalami konsolidasi, meskipun tidak drastis, yang memengaruhi sentimen terhadap kondisi di negara berkembang," kata dia.
Sementara itu, anggota Komisi XI DPR Muhammad Misbakhun menilai tinjauan Sri Mulyani patut diperhatikan, namun masih juga perlu memperhatikan nota keuangan RAPBN 2017 yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada 16 Agustus 2016.
"Menurut saya yang resmi tetap ada di nota keuangan," ucap dia. (Antara)
Berita Terkait
-
Purbaya Dipuji Humble Usai Jawab dengan Serius Pertanyaan Receh Anak SMA Soal Cara Ngatur Uang
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi Butuh Ekosistem Bisnis yang Kolaboratif dan Berorientasi Inovasi
-
Ditanya Angka Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2025, Menko Airlangga: Tunggu Besok!
-
Menkeu Purbaya Sebut Krisis China Tak Mungkin, Singgung Sistem Komunis
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Kuartal Panas Crypto 2025: Lonjakan Volume, Arus Institusional dan Minat Baru Investor
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing