Suara.com - Harga minyak berakhir sedikit lebih tinggi pada Rabu (Kamis pagi WIB) setelah sesi berfluktuasi, karena investor mempertimbangkan prospek persediaan yang lebih tinggi terhadap kemungkinan kesepakatan pembekuan produksi.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober bertambah 0,67 dolar AS menjadi manetap di 45,50 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November naik 0,72 dolar AS menjadi ditutup pada 47,98 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak Brent menguat ke tertinggi satu minggu pada Senin (5/9) setelah Rusia dan Arab Saudi sepakat untuk bekerja sama dalam menstabilkan pasar minyak.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen non-OPEC seperti Rusia diperkirakan akan membahas pembekuan produksi dalam pembicaraan informal di Aljazair pada 26-28 September Harga minyak Brent menurun pada Selasa (6/9) setelah Menteri Energi Saudi Khalid Al-Falih mengatakan saat ini belum ada kebutuhan untuk membatasi produksi minyak.
"Tidak ada kebutuhan sekarang untuk membekukan produksi," kata Al-Falih dalam sebuah wawancara pada Senin di Hangzhou, Tiongkok.
"Ini adalah salah satu pilihan yang lebih disukai, tapi tidak perlu hari ini. Pasar dari hari ke hari membaik," kata dia.
Para analis mengatakan investor mencoba untuk membangun keseimbangan karena pasokan yang relatif tinggi secara internasional terhadap prospek bahwa anggota OPEC dan non-OPEC mungkin mencapai kesepakatan yang akan mendukung pasar.
Kenaikan tipis harga minyak pada Rabu juga dibantu oleh dolar AS yang lebih lemah, analis mengatakan, tapi tetap dalam kisaran terbaru mereka, dengan pasar fokus pada pertemuan OPEC tentang produksi akhir bulan ini.
Dolar AS melemah pada Selasa karena laporan mengendurnya aktivitas sektor jasa dalam perekonomian AS bulan lalu, pelambatan mengejutkan yang mengurangi harapan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan ini.
Sebuah greenback yang lemah membuat minyak mentah dalam denominasi dolar lebih murah bagi pengguna mata uang lainnya. (Antara/Xinhua)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Pakar: Peningkatan Lifting Minyak Harus Dibarengi Pengembangan Energi Terbarukan
-
Pertamina Tunjuk Muhammad Baron Jadi Juru Bicara
-
Dua Platform E-commerce Raksasa Catat Lonjakan Transaksi di Indonesia Timur, Begini Datanya
-
KB Bank Catat Laba Bersih Rp265 Miliar di Kuartal III 2025, Optimistis Kredit Tumbuh 15 Persen
-
Ekspor Batu Bara RI Diproyeksi Turun, ESDM: Bukan Nggak Laku!
-
IHSG Berhasil Rebound Hari Ini, Penyebabnya Saham-saham Teknologi dan Finansial
-
Pengusaha Muda BRILiaN 2025: Langkah BRI Majukan UMKM Daerah
-
Ekonomi RI Tumbuh 5,04 Persen, Menko Airlangga: Jauh Lebih Baik!
-
Citibank Pastikan Kinerja Keuangan di Kuartal III 2025 Tetap Solid
-
Alasan Indonesia Belum Jadi Raja Batu Bara Asia, Padahal Pasokan dan Ekspor Tinggi