Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada situsi pertarungan triangular ideologi yang bisa berujung disintegrasi. Di era reformasi yang ditandai dengan demokratisasi justru kehidupan nasional bangsa Indonesia malah jauh dari nilai- nilai kebangsaan. Hal inilah yang diungkapkan oleh Mayjen TNI (Purn) Putu Sastra Wingarta saat acara Diklatnas HIPMI Angkatan IV di Gedung Lemhamnas RI.
“Euforia reformasi telah menjadikan kehidupan nasional salah arah, cenderung kebablasan, sehingga mengabaikan kewaspadaan nasional dari berbagai bentuk ancaman yang menghadangnya,” ujar Putu di Gedung Panca Gatra pada Diklatnas Lemhannas HIPMI, Selasa, (11/10/2016).
Lebih lanjut, Putu menyebutkan 3 problem pokok bangsa Indonesia, antara lain wibawa negara yang terancam, sendi perekonomian bangsa lemah, dan masih banyak kesenjangan sosial di berbagai daerah di seluruh Indonesia, selanjutnya, inteloransi dan krisis kepribadian bangsa sehingga mengikis karakter bangsa.
“Fenomena berbagai konflik sosial sudah masuk tahap penghancuran. Ini disebabkan karena demokrasi kita yang belum matang karena penegakan hukum dan keadilan belum optimal. Parahnya lagi saat ini kebanyakan orang menganggap kekerasan sebagai jalan yang dianggap nalar. Seolah tidak ada lagi car penyelesaian masalah selain jalan kekerasan,” kata Putu.
Untuk itu, Putu mengimbau kepada para pengusaha HIPMI untuk dapat meningkatkan kewaspadaan nasional dari cara yang paling sederhana dulu. Yakni memupuk kepedulian terhadap diri sendiri dulu, kedua kepedulian terhadap keluarga, baru bisa muncul kepedulian terhadap negara. “Kalau terhadap diri dan keluarga saja ia tidak peduli bagaimana ia bisa peduli terhadap bangsanya,” imbuh Putu.
Di era modern ini, sambung Putu, ancaman diartikan sebagai sebuah kondisi, tindakan, potensi, baik alamiah atau hasil rekayasa bisa berbentuk fisik maupun non fisik. Baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. “Ancaman yang datangnya dari luar negeri adalah agresi dari negara lain, berdasarkan perkiraan, ancaman, dalam bentuk ini kecil kemuningkinannya. Ancaman yang lebih memunkinkan adalah ancaman non tradisional yaitu setiap aksi yang mengancam kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan bangsa,” jelasnya.
Untuk itu, kewaspadaan nasional terhadap berbagai kesenjangan sosial sangat berkaitan langsung dengan kualitas nasionalisme. “Nasionalisme saat ini adalah harus membebaskan Indonesia dari keterbelakangan, membangkitkan kebanggaan terhadap bangsa sendiri,” tutup Putu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Lowongan Kerja KAI Properti untuk 11 Posisi: Tersedia untuk Semua Jurusan
-
Cukai Tembakau Tidak Naik, Ini Daftar Saham yang Diprediksi Bakal Meroket!
-
IHSG Cetak Rekor Pekan Ini, Investor Asing Banjiri Pasar Modal Indonesia
-
Cara Hemat Rp 10 Juta dalam 3 Bulan untuk Persiapan Bonus Natal dan Tahun Baru!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Beda Jenjang Karier Guru PNS dan PPPK, Apakah Sama-sama Bisa Naik Jabatan?
-
Menkeu Purbaya Yakin Rupiah Menguat Selasa Depan
-
Pertamina Luruskan 3 Kabar Bohong Viral Akhir Pekan Ini
-
Lakukan Restrukturisasi, Kimia Farma (KAEF) Mau Jual 38 Aset Senilai Rp 2,15 Triliun