Lukman Otunuga, Research Analyst Forextime menyatakan bahwa kurs Rupiah melemah terhadap Dolar di kisaran 13070 pada perdagangan hari Senin (17/10/2016) karena peningkatan ekspektasi kenaikan suku bunga AS dan data perdagangan Indonesia yang kurang menggembirakan mengganggu selera investor. Ekspor Indonesia merosot di bulan September karena lemahnya harga komoditas menekan pemasukan ekspor dan pendapatan pemerintah.
"Terlepas dari kekhawatiran jangka pendek yang diakibatkan oleh rilis data terkini, prospek terhadap Indonesia secara umum masih tetap menjanjikan karena data ekonomi utama masih menunjukkan stabilitas ekonomi. Ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini adalah salah satu negara berkembang dengan kinerja terbaik di tahun 2016. Selain itu, sejumlah langkah reformasi yang digencarkan pemerintah pun berhasil menarik investor asing. Membaiknya optimisme dapat menjadi pendorong bagi Indeks Harga Saham Gabungan dan juga rupiah di jangka waktu menengah," kata Lukman dalam keterangan resmi, Selasa (18/10/2016).
Disisi lain, pasar finansial mungkin akan terekspos dengan level volatilitas yang tinggi pada perdagangan pekan ini apabila rilis sejumlah data ekonomi penting dan pidato beberapa bank sentral yang dijadwalkan pekan ini memicu kegelisahan investor. Dampak dari komentar Janet Yellen Jumat lalu sangat memengaruhi pasar finansial dan menekan saham Asia karena para pemain pasar meninjau kembali kemungkinan peningkatan suku bunga Fed tahun ini. Pasar Eropa juga terkena imbas gelombang negatif di Asia dengan FTSE100 menderita penurunan -0.87% pada saat laporan ini dituliskan. Walaupun Wall Street menguat pekan lalu karena pendapatan perusahaan yang mengesankan, pasar saham rentan mengalami penurunan karena kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan global, isu Brexit, dan ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS mengganggu selera risiko.
Dolar AS Tetap Menguat
Janet Yellen mengguncang pasar global di hari Jumat (14/10/2016) kemarin dengan komentarnya bahwa Fed mungkin perlu menjalankan ekonomi "bertekanan tinggi" demi mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh resesi 2008 lalu. Pasar menafsirkan komentar beliau sebagai agak dovish dan berwacana bahwa Fed mungkin akan mengadopsi kebijakan akomodatif untuk periode yang lebih lama sehingga Dolar pun agak melemah. Pidato Yellen tidak menjelaskan tentang jadwal peningkatan suku bunga AS tahun ini sehingga investor terpaksa kembali berfokus pada data penjualan ritel September yang kuat sebesar 0.6%. Sepertinya investor bullish memanfaatkan lemahnya GBPUSD untuk meningkatkan posisi USD setelah data ritel AS yang baik memperkuat ekspektasi bahwa Fed akan menaikkan suku bunga AS di bulan Desember. Investor mungkin akan sangat mencermati laporan inflasi Selasa ini. Apabila hasilnya melampaui ekspektasi, data ini berpotensi menjadi pemicu pamungkas bagi Fed untuk menaikkan suku bunga di bulan Desember.
Komentar Draghi dinantikan
Rumor pengurangan pelonggaran kuantitatif yang berasal dari laporan tak resmi yang berhembus kencang di pasar finansial membuat investor sangat gelisah. Peserta pasar membutuhkan jawaban dari Bank Sentral Eropa (ECB) mengenai desas-desus China ini dan di sinilah peran Mario Draghi dinantikan. Dengan statisnya inflasi dan lambatnya pertumbuhan Zona Euro, saat ini mungkin bukanlah waktu yang sempurna untuk mulai mengurangi pelonggaran kuantitatif, namun investor tetap perlu mendengar pernyataan langsung dari sumber resmi. Posisi Zona Euro masih rentan sehingga ECB sepertinya tidak akan mengubah kebijakan moneter di hari Kamis ini dan memperpanjang program pelonggaran kuantitatif hingga Maret 2017 demi mempertahankan stabilitas ekonomi.
"EURUSD terus tertekan oleh menguatnya Dolar di bawah level 1.1000. Secara teknikal, pasangan ini bearish pada rentang waktu harian karena secara konsisten ditemukan level terendah yang lebih rendah dan level tertinggi yang lebih rendah. Level supportsebelumnya di 1.1000 dapat berubah menjadi level resistance dinamis yang mendorong penurunan lebih lanjut menuju 1.0900," tutup Lukman.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
-
Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T