Capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup menggembirakan sebetulnya sudah diprediksi. Perekonomian Indonesia pada kuartal I/2017 memang diperkirakan mengalami pertumbuhan yang ekspansif.
"Tetapi kita masih melihat pada satu sisi belanja pemerintah masih belum maksimal. Namun dengan ditopangnya konsumsi masyarakat dan kinerja ekspor yang sebagaimana data BPS, ini menjadi tumpuan yang luar biasa. Apalagi konsumsi masyarakat masih menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi," kata ekonom Komunitas untuk Transformasi Sosial (Katalis) Jakarta, Adi Wibowo, di Jakarta, Jumat (5/5/2017).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif itu seiring dengan adanya pemulihan ekonomi global. Ditambah lagi dengan belanja pemerintah di sektor infrastruktur utamanya yang kian meningkat sehingga dapat memberikan multiplier effect di berbagai sektor. Terutama masuknya investasi swasta dan peningkatan daya beli masyarakat.
“Pada kuartal pertama ini mulai terlihat kinerja ekspor yang membaik didukung oleh perbaikan ekspor nonmigas dan jasa. Kalau kita melihat capaian sebagaimana data yang disampaikan oleh BPS, maka bisa dikatakan kinerja ekspor kita mengalami peningkatan yang cukup baik, tentunya langkah-langah pendorong yang lain juga harus tetap dijaga yaitu tumbuhnya iklim perekonomian yang stabil,” ujar Adi.
Terkait konsumsi rumah tangga saat ini tumbuh 4,93 jika dibandingkan dengan triwulan satu 2016 yang tumbuh 4,97 persen, menurut Adi, memang masih kalah namun diperkirakan dengan meningkatnya belanja pemerintah maka juga akan mengalami pergerakan yang cukup menggembirakan.
Adi yang merupakan alumni Universitas Jember ini mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi pada kuartal kedua baik dari sisi dalam negeri maupun gobal tidak jauh berbeda dibanding kuartal pertama. Diperkirakan pondasi pada kuartal pertama ini telah stabil dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar mampu mencapai target yang tertuan dalam APBN 2017 dapat tercapai.
Terkait struktur PDB dikaitkan dengan pertumbuhan berkualitas atau belum, Adi melihat hari ini sektor konsumsi masih menjadi kontributor penting PDB seiring dengan kenaikan upah minimum pekerja nasional. Sayangnya, kondisi ini belum didukung konsumsi pemerintah yang tumbuh dengan signifikan yaitu dengan belanja pemerintah yang maksimal.
“Dengan melihat struktur PDB selama ini, terlihat adanya kelemahan yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Hal itu terutama dilihat pada rendahnya pertumbuhan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja, seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan, serta sektor industri pengolahan atau yang popular dengan sektor tradable,” jelas dia.
Baca Juga: Nasdem: Serapan Tenaga Kerja Sektor Infrastruktur Mulai Jalan
Berita Terkait
-
Nasdem Ingin Pertumbuhan Ekonomi Q2 2017 Capai 5 Persen
-
INDEF Sindir Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tidak Berkualitas
-
Presiden Jokowi: Sejak 1997, Ekonomi Indonesia Tumbuh 300 Persen
-
Citi Indonesia Optimis Ekonomi Indonesia Bangkit di Semester II
-
Kontribusi Sektor Industri Migas ke PDB Nasional 62,67 Persen
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Kemenkeu Ungkap Lebih dari 1 Miliar Batang Rokok Ilegal Beredar di Indonesia
-
Danantara dan BRI Terjun Langsung ke Lokasi Bencana Kab Aceh Tamiang Salurkan Bantuan
-
PLN Sebut Listrik di Aceh Kembali Normal, Akses Rumah Warga Mulai Disalurkan
-
Penerimaan Bea Cukai Tembus Rp 269,4 Triliun per November 2025, Naik 4,5%
-
BUMI Borong Saham Australia, Ini Alasan di Balik Akuisisi Jubilee Metals
-
Kemenkeu Klaim Penerimaan Pajak Membaik di November 2025, Negara Kantongi Rp 1.634 Triliun
-
BRI Peduli Siapkan Posko Tanggap Darurat di Sejumlah Titik Bencana Sumatra
-
Kapitalisasi Kripto Global Capai 3 Triliun Dolar AS, Bitcoin Uji Level Kunci
-
Kenaikan Harga Perak Mingguan Lampaui Emas, Jadi Primadona Baru di Akhir 2025
-
Target Mandatori Semester II-2025, ESDM Mulai Uji Coba B50 ke Alat-alat Berat