Partai Keadilan Sejahtera menginginkan titik berat pemerintah kepada pembangunan infrastruktur juga harus mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebagai bagian untuk mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran di Tanah Air.
"Setelah tiga tahun fokus melakukan pembangunan infrastruktur, mulai timbul pertanyaan dari masyarakat, sejauh mana pembangunan infrastruktur tersebut mampu mendorong perekonomian nasional," kata Sekretaris Bidang Ekonomi Keuangan Industri dan Teknologi DPP PKS Handi Risza dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Kamis (12/10/2017).
Handi mengingatkan besaran anggaran infrastruktur selalu meningkat dari tahun ke tahun, seperti pada 2009 sebesar Rp76,3 triliun, kemudian melonjak mencapai Rp206,6 triliun pada 2014.
Sedangkan pada pemerintahan Presiden Jokowi, alokasi anggaran infrastruktur mencapai Rp 290 triliun tahun 2015, kemudian terus meningkat menjadi Rp 317,1 triliun pada 2016, dan 2017 kembali meningkat mencapai Rp 390 triliun serta 2018 diperkirakan mencapai Rp409,9 triliun.
"Hanya dalam kurun waktu tiga tahun Presiden Jokowi sudah menaikkan dua kali lipat anggaran belanja Infrastruktur," paparnya.
Namun, ia berpendapat besarnya alokasi anggaran infrastruktur ternyata belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari periode sebelumnya, baik dari sisi konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah maupun dari investasi.
Untuk itu, ujar dia, perlu ada evaluasi secara menyeluruh terhadap kebijakan belanja infrastruktur selama ini, seperti yang diinformasikan bahwa Bappenas telah melakukan kajian terhadap capaian pembangunan infrastruktur terhadap RPJMN hingga 2019.
"Hasilnya, secara nasional, terdapat 13 persen target yang kemungkinan tidak tercapai, 63 persen target bisa dicapai dan 24 persen bisa tercapai dengan kerja keras," paparnya.
Baca Juga: Bangun Infrastruktur, PUPR Dukung Pengembangan Tanjung Selor
Ia menuturkan, dengan melihat usia pemerintahan yang efektif hanya tinggal kurang lebih satu tahun ke depan, agak riskan dengan memaksakan pembangunan proyek infrastruktur besar, tetapi belum tentu bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Hal tersebut, lanjutnya, karena besarnya alokasi anggaran infrastruktur saat ini ternyata belum berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Sebelumnya, Bank Dunia mengingatkan pentingnya kemitraan antara pemerintah dengan swasta untuk menutup kesenjangan dalam bidang infrastruktur dan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih optimal.
"Pemanfaatan investasi sektor swasta dapat membantu Indonesia memenuhi kebutuhan infrastruktur yang besar dengan lebih cepat dan efisien," kata ekonom utama Bank Dunia di Indonesia Frederico Gil Sander di Jakarta, Selasa (3/10/2017).
Gil Sander mengatakan partisipasi yang besar dari sektor swasta sangat dibutuhkan karena alokasi anggaran infrastruktur dari pemerintah masih terbatas dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. (Antara)
Tag
Berita Terkait
-
PUPR Dapat Tambahan Anggaran Rp475 miliar di 2018, Untuk Apa?
-
Jokowi Harus Hati-hati, Prabowo Berpeluang Menang di Pilpres 2019
-
Kwik Kian Gie: Ekonomi Indonesia Masuk Tahap Resesi
-
Ekspor Indonesia Naik 17,58 Persen, Presiden Jokowi Puas
-
Selain TOD Senen, Proyek TOD Juanda dan Tanah Abang Juga Dimulai
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Daftar Pemegang Saham BUMI Terbesar, Dua Keluarga Konglomerat Masih Mendominasi
-
Tips dan Cara Memulai Investasi Reksa Dana dari Nol, Aman untuk Pemula!
-
Danantara Janji Kembalikan Layanan Premium Garuda Indonesia
-
Strategi Bibit Jaga Investor Pasar Modal Terhindar dari Investasi Bodong
-
ESDM Ungkap Alasan Sumber Listrik RI Mayoritas dari Batu Bara
-
Program Loyalitas Kolaborasi Citilink dan BCA: Reward BCA Kini Bisa Dikonversi Jadi LinkMiles
-
IHSG Berbalik Loyo di Perdagangan Kamis Sore, Simak Saham-saham yang Cuan
-
COO Danantara Tampik Indofarma Bukan PHK Karyawan, Tapi Restrukturisasi
-
COO Danantara Yakin Garuda Indonesia Bisa Kembali Untung di Kuartal III-2026
-
Panik Uang di ATM Mendadak Hilang? Segera Lakukan 5 Hal Ini