Suara.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), saat ini memprioritaskan pemulihan fungsi 15 danau kritis di Indonesia. Salah satunya Danau Tondano, di Kabupaten Minahasa, yang merupakan danau terbesar di Provinsi Sulawesi Utara. Danau ini mengalami proses pendangkalan, akibat masifnya pertumbuhan eceng gondok dan sedimentasi.
"Kementerian PUPR tengah melakukan revitalisasi Danau Tondano, untuk mengembalikan fungsi alaminya sebagai tampungan air, termasuk penataan di kawasan DAS. Kita akan keruk sedimen dan bersihkan eceng gondok, seperti halnya di Danau Rawapening, Danau Limboto dan Danau Toba," kata Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, baru-baru ini.
Kegiatan revitalisasi danau diantaranya berupa pengerukan danau, pembuatan tanggul pembatas badan air, pengendalian gulma air dengan pembersihan eceng gondok secara rutin, dan penetapan zona sempadan danau.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) Kementerian PUPR, Imam Santoso, mengatakan, total rencana panjang tanggul yang akan dibuat adalah sepanjang 17,9 km. Pada 2014-2017, sudah terbangun tanggul sepanjang 2,7 km, dengan total alokasi anggaran sebesar Rp82,61 miliar.
"Pembangunan tanggul bertujuan untuk mencegah terjadinya alih fungsi dan okupasi lahan di kawasan tepi danau, walaupun sebenarnya, masyarakat kawasan Danau Tondano sesungguhnya sudah memiliki kesadaran tidak melakukan okupasi pada sempadan danau," kata Imam, saat meninjau Danau Tondano, didampingi Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi, I Djidon R Watania, Sulawesi Utara, Rabu (15/11/2017).
Selain membangun tanggul, Kementerian PUPR juga akan membersihkan eceng gondok yang menggenangi danau secara bertahap. Sebagai langkah awal, Ditjen SDA akan mengirim dua harvester berky untuk mengangkat eceng gondok.
"Nanti akan ditambah excavator dan dump truck," katanya.
Eceng gondok biasanya tumbuh di danau daerah-daerah tropis, dengan kandungan nutrien seperti nitrogen, fosfat dan potasium yang tinggi di dalam sedimennya. Dengan jumlah dan pertumbuhan eceng gondok yang cepat, maka fungsi utama danau menjadi terganggu dan cepat dangkal, sehingga mengurangi volume tampungan danau.
"Dengan bersih dari eceng gondok, Danau Tondano kelak bisa dimanfaatkan untuk mendukung olahraga dayung, pariwisata, dan perikanan," ujar Imam.
Danau Tondano memiliki luas 4.616 hektare, dimana sekitar 500 ha digenangi eceng gondok. Luasnya pun mengalami penyusutan, dimana pada 1992, luasnya sekitar 4.800 ha, sehingga dalam kurun waktu 25 tahun terakhir telah menyusut 184 ha.
Normalisasi Sungai Tondano
Selain revitalisasi Danu Tondano, Kementerian PUPR, melalui BWS Sulawesi I juga tengah menormalisasi Sungai Tondano sepanjang 1.700 m, yang dibagi menjadi dua paket pekerjaan. Paket pertama (6A) sepanjang 800 m dan paket kedua (6B) sepanjang 900 m.
"Program flood control for selected cities dilakukan dengan dukungan Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) di beberapa kota, seperti Padang, Palembang, Gorontalo, Surabaya, dan Manado," ujar Imam.
Untuk paket 6A (800 m) dilakukan dari Jembatan Megawati hingga Jembatan Mahakam, dan dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya, dengan nilai kontrak sebesar Rp64,8 miliar. Paket 6B (900 m) dikerjakan dari kawasan Jembatan Mahakam hingga wilayah pertemuan Sungai Tikala dan Sungai Tondano, oleh PT Basuki Rahmanta Putra, dengan anggaran Rp78,34 miliar.
Kedua paket ini mulai dikerjakan sejak Maret 2016 dan ditargetkan selesai 30 September 2018, sesuai kontrak dengan progress masing-masing sebesar 42,64 persen dan 43,97 persen.
Menurut Imam, normalisasi Sungai Tondano bertujuan untuk menambah kapasitas sungai, dari lebar sebelumnya 10-15 m menjadi 30 m, sehingga bisa menampung debit 450 m3/detik.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
Terkini
-
SPBU Swasta Beli BBM dari Pertamina, Simon: Kami Tak Cari Untung!
-
Jurus SIG Hadapi Persaingan: Integrasi ESG Demi Ciptakan Nilai Tambah Jangka Panjang
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
Kemenhub 'Gandeng' TRON: Kebut Elektrifikasi Angkutan Umum, Targetkan Udara Bersih dan Bebas Emisi!
-
Harris Arthur Resmi Pimpin IADIH, Siap Lawan Mafia Hukum!
-
Fakta-fakta Demo Timor Leste: Tekanan Ekonomi, Terinspirasi Gerakan Warga Indonesia?
-
Alasan Eks Menteri Sebut DJP 'Berburu Pajak di Kebun Binatang': Masalah Administrasi Serius
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri