Suara.com - Otoritas Jasa Keuangan menyatakan besaran suku bunga industri keuangan berbasis teknologi atau "financial technology" (fintech) tergantung kondisi pasar. Dengan demikian suku bunga fintech tidak diatur dalam peraturan yang akan segera dikeluarkan dalam waktu dekat.
"Tetapi industri ini berkembang, makin banyak yang bisa menawarkan dana, tentu ini menjadi persaingan dan itu akan menekan biaya," kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida usai membuka seminar internasional kebijakan dan regulasi 'fintech' di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin (12/3/2018).
Namun apabila tidak banyak perusahaan "peer to peer lending" atau perusahaan dalam jaringan yang mempertemukan peminjam dengan pemberi pinjaman, maka hukum ekonomi akan berlaku atau biaya menjadi lebih tinggi.
Nurhaida menambahkan "fintech" saat ini ditujukan bagi pelaku usaha mikro kecil menengah dan masyarakat yang belum tersentuh akses perbankan sehingga diharapkan mereka mendapatkan dana lebih murah.
OJK, lanjut dia, sedang menyusun aturan terkait "fintech" yang ditargetkan keluar pada triwulan pertama tahun ini atau paling lama semester pertama 2018.
"Tetapi jika ada masukan dari industri yang perlu diakomodasi tentu kami butuh waktu, semoga paling lambat semester satu tahun ini keluar," ucapnya.
Selain tidak mengatur terkait bunga, dalam peraturan yang akan segera keluar itu juga tidak secara spesifik mengatur terkait asal usul uang yang diberikan oleh pemberi pinjaman.
"Itu bagian dari transparansi walau pun tidak spesifik mengatakan asal uang dan lainnya, tetapi yang kami susun itu kriteria transparansi dari sisi peminjam dan pemberi pinjaman," ucapnya.
Hingga Januari 2018, perusahaan "peer to peer lending" atau perusahaan dalam jaringan yang mempertemukan peminjam dengan pemberi pinjaman yang terdaftar di OJK mencapai 36 perusahaan dan satu perusahaan berizin.
Sedangkan 42 di antaranya saat ini tengah melakukan proses pendaftaran di OJK.
OJK mencatat total pinjaman yang disalurkan perusahaan "fintech" sampai Januari 2018 mencapai Rp3 triliun atau naik 17,1 persen.
Sedangkan jumlah penyedia dana 115.900 orang atau naik 14,8 persen dan jumlah peminjam mencapai 330 ribu, tumbuh 27,1 persen dibandingkan posisi Desember 2017. (Antara)
Berita Terkait
-
Usut Kasus CSR, KPK Panggil Politikus Nasdem Rajiv
-
AFPI: Pemberantasan Pinjol Ilegal Masih Menjadi Tantangan Dulu dan Sekarang
-
Ekonomi Awal Pekan: BI Rate Bertentangan Konsensus Pasar, Insentif Jumbo Pacu Kredit
-
BI Buka Ruang Turunkan Suku Bunga, Ini Alasannya
-
Bos BI : Bank Masih Lamban Turunkan Bunga Kredit
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
Terkini
-
BSI Siapkan 5 Strategi UMKM Naik Kelas
-
Laba PTPP Anjlok 97 Persen, Fokus Transisi ke Konstruksi Hijau dan Efisiensi Beban
-
Pantau Bansos PKH-BPNT 2025 Lewat SIKS-NG: Cek Status dan Pencairan Dana Kemensos
-
Jaga Harga Bahan Pokok, BI Terus Tingkatkan Ketahanan Pangan
-
Rupiah Mulai Bangkit Lawan Dolar Amerika
-
Emas Antam Runtuh, Hari ini Harganya Lebih Murah Jadi Rp 2.287.000 per Gram
-
Rokok Ilegal Ancam APBN, Ekonom Ingatkan Pengawasan Ketat di Tengah Jeda Kenaikan Cukai
-
Pemerintah Klaim Ada Kopdes Merah Putih Telah Raih Cuan Rp 200 Juta
-
Raksasa E-commerce Amazon Mau PHK 30 Ribu Karyawan
-
IHSG Bangkit di Awal Sesi, Sentimen AS-China Pengaruhi Pasar