Bisnis / Makro
Kamis, 23 Oktober 2025 | 07:46 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. [Antara]
Baca 10 detik
  • Bank Indonesia mendesak perbankan menurunkan suku bunga kredit karena penurunan BI Rate belum sepenuhnya diikuti oleh bank, sehingga dampaknya ke ekonomi masih lambat.

  • Lambannya penurunan bunga kredit disebabkan antara lain oleh masih tingginya special rate untuk deposan besar yang menyerap 26% dari total dana pihak ketiga.

  • BI dan pemerintah terus bersinergi melalui kebijakan moneter dan fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa meningkatkan risiko inflasi

Suara.com - Bank Indonesia (BI) meminta perbankan menurunkan suku bunga kredit.

Hal ini dikarenakan, BI sudah menurunkan BI Rate sebanyak lima kali sepanjang tahun 2025.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penurunan bunga kredit masih dinilai lamban.

Pasalnya, penurunan bunga kredit untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia

"Isunya, masalahnya adalah bagaimana suku bunga dana pihak ketiga dan suku bunga kredit yang turunnya masih berjalan lambat. Itu yang kami terus dorong. Tentu saja agar suku bunga kredit bisa turun dan mendorong pertumbuhan ekonomi," bebernya seperti dikutip di Youtube BI, Kamis (23/10/2025).

Apalagi, lambannya penurunan suku bunga ini dipengaruhi oleh pemberian special rate kepada deposan besar yang mencapai 26 persen dari total DPK bank.

Ilustrasi bank. [Pixabay]

Adapun, penurunan suku bunga kredit perbankan bahkan berjalan lebih lambat, yaitu sebesar 15 bps dari 9,20 persen pada awal 2025 menjadi sebesar 9,05 persen pada September 2025.

Kata dia, Bank Indonesia juga terus bersinergi kuat dengan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Lantaran pertumbuhan ekonomi saat ini dan tahun depan dinilai masih di bawah kapasitas output nasional.

Baca Juga: Ribut-ribut Dana Pemda Ngendon di Bank, Mantu Jokowi Hingga KDM Tunjuk Menkeu Purbaya

"Dengan demikian mendorong permintaan domestik, mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih sejalan untuk juga keinginan kita mendorong pertumbuhan tanpa menimbulkan risiko kenaikan inflasi, khususnya inflasi inti," ungkapnya.

Bersama Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa, BI terus berupaya menambah ekspansi fiskal belanja pemerintah untuk sektor riil.

"Dua pertimbangan ini, inflasi rendah dan perlunya bersinergi mendorong pertumbuhan, jadi landasan utama kami masih memandang ruang penurunan suku bunga itu masih terbuka," tutur Perry.

Load More